Siapa Sebenarnya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizahullah ?

Memang fakta-fakta tentang Ustadz Yazid Jawas ini membuat heran banyak orang yang belum mengenalnya. Disini akan kami bongkar beberapa fakta tersebut agar anda mengetahui sosok Ustadz yang dicintai kalangan Ahlus Sunnah di Indonesia sekaligus dibenci oleh orang-orang Syi'ah dan Tarekat Sufi yang sangat suka mengkeramatkan kuburan.

Ustad Yazid Jawaz yang dikenal dengan ceramahnya yang tegas ini ternyata mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Siapa sangka Ustadz Senior dari kalangan Ahlus Sunnah ini mampu menghafal kitab Ulama klasik, yaitu Bulughul Maram. Kitab Bulughul Maram ini dihafal oleh Ustadz Yazid Jawwas diluar kepala.

Padahal, kitab ini terbilang sangat lengkap karena pengarangnya, yaitu Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani menyusun kitab ini dengan metode tematis (maudhu’i) berdasarkan tema-tema fikih, mulai dari Bab Bersuci (Thaharah) sampai Bab Kompilasi (al-Jami’).

Ibnu Hajar juga menyeleksi beberapa hadits dari kitab-kitab shahih, sunan, mu’jam, dan al-Jami yang berkaitan dengan hukum-hukum fiqih. Karena keistimewaannya ini, Bulughul Maram hingga kini tetap menjadi kitab rujukan hadits yang dipakai secara luas tanpa mempedulikan mazhab fikihnya.

Diantara penyebabnya Ustadz Yazid dapat menghafal banyak rujukan kitab seperti Bulughul Maram adalah sebagaimana dikisahkan oleh murid-murid Yazid Jawas, bahwa dia selalu meluangkan waktu minimal 2 sampai 4 jam setiap harinya atau bahkan lebih dari itu untuk membaca‬ kitab-kitab Islam yang bermanfaat.

Murid Syaikh Utsaimin dari Indonesia

Murid langsung Syaikh Al Utsaimin yang berasal dari Indonesia. Salah seorang pewaris keilmuan dari Ulama Dunia ini bernama Syaikh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas mempunyai hubungan murid dan guru dengan Ulama Besar yang bernama Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Beliau sempat berguru kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, juga diizinkan mengikuti ‪kelas‬ khusus di majelis Syaikh Utsaimin.

Ustadz Yazid sangat beruntung bisa berguru kepada Syaikh Ibnu Utsaimin, karena Syaikh Utsaimin adalah seorang Ulama yang terkenal. Syaikh Utsaimin mengajar pada ma’had Ilmi di Unaizah, Fakultas Syari'ah dan Ushuluddin pada cabang Universitas Ibnu Su’ud di Qosim, dekan Jurusan Aqidah dan aliran-aliran kontemporer, anggota bagian pengajaran di Univeritas Ibu Su’ud Qosim, dan bahkan merupakan anggota Hai’ah Kibaril Ulama’ (Majelis Ulama Besar Kerajaan Saudi Arabia

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memiliki semangat dan kesungguhan yang besar dalam bidang dakwah, mengajar, menyusun buku, memberi fatwa, menulis risalah dan memberikan ceramah umum di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan berbagai kota di Kerajaan Saudi Arabia, dengan gaya beliau yang khas dan penuh hikmah, mauizah hasanah (nasehat yang baik) dan teguh diatas Manhaj Salafus Shalih.

Suatu ketika Ustadz Mustafid Markaz bertanya kabar dari Ustadz Yazid Jawas, dengan terheran kami bertanya, "Bima Araftahu?" (Bagaimana antum mengenalnya?)

Tak sangka nama beliau dikenal di markaz. Sangkaan kami karena beliau keturunan Hadhramaut Yaman, sehingga tak heran dikenal. "Huwa Kanaa thalib Syaikh Utsaimin rahimahullah, sami'tu min syaikh Abdullah Mar'i Hakadza", sang ustadz menjawab pertanyaan kami tadi.

"Hadza Shahih?" tambah terheran saya mendengar, karena jujur saja selama ini riwayat pendidikan dari Ustadz Yazid memang tak banyak yang mensharing-nya, sehingga informasi terbatas saja. Kemudian kami mengkonfirmasi kepada salah satu ustadz keturunan Arab yang sudah lama menetap di Yaman sejak zaman Syaikh Muqbil rahimahullah.

Kemudian beliau juga membenarkan bahwa Ustadz Yazid, merupakan murid Syaikh Utsaimim, kabar dari Syaikh Abdullah Mar'i. Tak heran Ustadz Yazid banyak mewarisi keilmuan Syaikh Utsaimin sehingga banyak pujian diberikan pada Ustadz Yazid. Seperti perkataan da'i sunnah bahwa "Di antara kemiripan Syaikh Utsaimin dengan Syaikh Yazid Jawas adalah mereka berdua adalah lautan ilmu, sama-sama dianggap Ulama Besar, dan mereka tidak mengajarkan jamaahnya untuk taklid kepada diri mereka".

Dari pujian tersebut dapat kita simpulkan bahwa meskipun Syaikh Utsaimin adalah guru beliau, hal ini tidak membuat Ustadz Yazid Jawas menjadi fanatik kepada Syaikh Utsaimin.

Buku Karangan Ustadz Yazid Jawas

Hal yang berbeda dengan para Ustadz Sunnah yang lain adalah begitu semangatnya Ustadz Yazid dalam menulis. Hal ini dibuktikan banyaknya buku-buku karangan beliau yang bertebaran dijual secara luas.

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas sudah mengarang banyak kitab/buku. Buku terbaru yang ditulis dan diterbitkan adalah "Syarah Kitab Tauhid" dengan penerbit Pustaka Imam Asy Syafi'i.

Buku tersebut menyuguhkan pembahasan tauhid secara tuntas dan benar berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur'an dan As Sunnah serta perkataan ulama-ulama salaf yang lurus. Tulisan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ini merupakan ulasan atau syarah terhadap Kitab Tauhid yang terkenal.

Selain buku "Syarah Kitab Tauhid", beliau juga telah menulis buku fenomenal yang berjudul "Mulia dengan Manhaj Salaf".

Dalam buku tersebut, terdapat penjelaskan prinsip-prinsip penting manhaj salaf dalam aqidah, manhaj, dakwah, akhlak dan lainnya. Ada juga buku beliau yang berjudul Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang sampai sekarang terus menjadi bahan kajian dan rujukan bagi Ustadz-ustadz sunnah lain dikarenakan sangat komprehensifnya buku karangan Ustadz Yazid ini.

Ustadz Yazid dan Ustadz Abdul Hakim Abdat di Mata Malaysia.

Di Malaysia, kedua Ustadz Sunnah senior ini ternyata telah lama dikenal oleh masyarakat Malaysia. Mereka berdua menjadi rujukan ilmu bagi masyarakat Ahlus Sunnah disamping juga Ustadz Sunnah asal Malaysia.

Di Malaysia, daurah yang mengundang Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas sampai sekarang masih ada. Terakhir kami ketahui, daurah Ustadz Yazid pernah diselenggarakan pada 2014 di Masjid Al Qurtubi, Taman Seri Segambut, Kuala Lumpur.

Ustadz Yazid dan Ustadz Abdul Hakim dikenal baik oleh masyarakat di negeri jiran. Hal ini dikarenakan kedua sosok Ustadz ini sangat aktif dalam menulis kitab-kitab yang sesuai dengan pemahaman Salaf berbahasa Indonesia.

Karena perkembangan penerbitan Indonesia yang semakin maju, buku-buku manhaj salaf termasuk buku/kitab karangan mereka dapat diimpor dari Indonesia menuju Malaysia.

Ustadz Abdul Hakim Abdat sendiri dinilai sebagai pakar hadits asal Indonesia bagi mereka yang berada di Malaysia.

Bagi masyarakat Ahlus Sunnah di Malaysia, mereka dinilai banyak berjasa dalam berdakwah menyebarkan aqidah ahlus sunnah di Indonesia. Juga banyak menulis buku-buku, mempunyai banyak rekaman dalam VCD maupun MP3 yang telah banyak beredar.

Salah seorang saudara kami di Malaysia berkata dan memberi nasihat, yaitu "Bacalah karya-karya beliau, Sungguh Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjadikan pada karyanya demikian banyak manfaat yang melimpah." Memang benar, karya Ustadz Yazid Jawas dan Ustadz Abdul Hakim Amri Abdat sangatlah bermanfaat. Tidak mengherankan jika Ustadz Ahlus Sunnah dari Negeri Jiran, seperti Ustadz Dr. Fathul Bari menganjurkan untuk membeli buku Ustadz Yazid Jawas.

Buku-buku Ustadz Yazid yang laris terjual di Malaysia, seperti "Mulia dengan Manhaj Salaf", "Birrul Walidain", "Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah", "Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga", dan "Doa & Wirid Mengobati Guna-guna dan Sihir". Terlebih lagi, Karya Ustadz Abdul Hakim Abdat yang berjudul "Al Masaa'il". Sebuah kitab yang membahas permasalahan-permasalahan agama.

Buku ini menghimpun sejumlah koreksi atas pemahaman tentang berbagai masalah-masalah agama yang beredar di kalangan muslimin khususnya di Indonesia dengan ditopang oleh dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah serta diperluas dengan pendapat dari Imam-imam Ahlus Sunnah yang terpercaya.

Uraiannya dibuat secara sistematis dan dengan gaya bahasa yang mudah dicerna dengan tidak mengurangi tingkat keilmiahan Ustadz Abdul Hakim yang mengacu pada standar ilmu hadits.

Sejarah Ustadz Yazid Jawas dalam Mendakwahkan Sunnah

Tidak banyak yang tahu tentang perjuangan dakwah dari Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam mendakwahkan pemahaman Salafush Shalih.

Maka, ada baiknya kita melihat sejarahnya secara singkat dan bagaimana perkembangannya terlebih dahulu.

Pada awal tahun 2000-an, Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary (sekarang Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary) pertama kalinya mengundang Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ke Yogyakarta.

Beliau diundang berkenaan dengan acara Tabligh Akbar yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM yang baru jadi (beliau sebagai pemateri). Kala itu, kondisi dakwah tidak seperti sekarang ini, dimana jumlah ikhwan dan akhwat (bermanhaj salaf) masih sangat sedikit, belum ada Radio Rodja dan Rodja TV, ma'had-ma'had dan sekolah-sekolah salaf masih sedikit, wanita berjilbab besar apalagi bercadar masih sangat asing, celana di atas mata kaki masih sangat jarang, shof-shof di Masjid belum rapat dan masih banyak kata sedikit atau jarang lainnya bila dikaitkan dengan kondisi dakwah pada saat itu.

Kondisi dakwah pada saat itu juga sedang diuji oleh saudara-saudara kita jauh diseberang sana.

Tatkala dalam perjalanan, kami dan beberapa asatidz sempat berdiskusi dengan beliau, terutama berkaitan dengan kondisi dakwah pada saat itu. Ditengah-tengah diskusi tersebut beliau berkata "Saya yakin, In syaa Allah, dakwah salaf akan berkembang di negeri ini". Sebuah kalimat penuh keyakinan yang keluar pada saat kondisi dakwah diuji dengan berbagai ujian.

Kini, setelah belasan tahun berlalu, Alhamdulillah kalimat beliau sedikit demi sedikit mulai menjadi kenyataan.

Dakwah salaf mulai berkembang dan dikenal masyarakat, wanita bercadar bukan sesuatu yang sangat asing laki, celana di atas mata kaki tidak dibilangin banjir lagi, shof-shof masjid mulai rapat (kami rasakan di Yogyakarta), ma'had-ma'had dan sekolah-sekolah salaf mulai berjamuran, sarana-sarana dakwah berkembang (Radio, TV, Majalah-majalah, buletin-buletin dan lain sebagainya), masyarakat berbondong-bondong dari kelas petani sampai pejabat mulai hijrah ke manhaj ini. Alhamdulillah allaadzi bini'matihi tatimmushalihaat.

Pesan Ustadz Syafiq Riza Basalamah kepada Jamaahnya

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas adalah tokoh senior dalam dakwah salafiyyah di Indonesia. Banyak asatidzah sunnah yang menghormati beliau yang telah banyak berjuang dalam mengajak orang dalam kebaikan.

Ustadz Yazid Jawas bersama Ustadz Abdul Hakim Abdat adalah sosok yang begitu dihormati.

Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Ustadz Syafiq Riza Basalamah. Ustadz Syafiq berwasiat kepada jamaah yang mendatangi pengajiannya untuk menuntut ilmu kepada Ustadz besar dan senior, seperti Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dan Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.

Ketika itu Ustadz Syafiq membahas sebuah hadits yang menerangkan bahwa dicabutnya ilmu terjadi dengan diwafatkannya para ulama. Dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.
‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’” [HR Bukhari dan Muslim]

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam hadits-hadits terdahulu yang mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah pembawanya meninggal, dan manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemutus hukum yang memberikan hukuman dengan kebodohan mereka, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” [Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim]

Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu Al Qur'an dan As Sunnah, ia adalah ilmu yang diwariskan dari para Nabi Allaihissallam, karena sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan dengan kepergian (wafat)nya mereka, maka hilanglah ilmu, matilah sunnah-sunnah Nabi, muncullah berbagai macam bid’ah dan meratalah kebodohan.

Oleh karenanya, Ustadz Syafiq menekankan sekali lagi untuk menghadiri majelis ilmu yang diisi oleh Ustadz Yazid Jawas dan Ustadz Abdul Hakim Abdat.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala merahmati Ustadz Yazid dan asatidz lainnya, dan semoga dakwah salaf terus berkembang dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat negeri ini walaupun akan dihadapi dengan berbagai ujian. Amin ya rabbal alamin.

Kisah Ustadz Yazid Jawas dan Polisi Jepang

Sebuah kisah menarik tentang pengalaman Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ketika mengisi kajian di Kobe, Jepang. Kisah ini diceritakan oleh Ustadz Prof. Andy Bangkit hafizhahullah, salah seorang Ustadz sekaligus profesor yang mengajar di Universitas Nagoya Jepang. Berikut ini kutipan kisahnya.

Sebagaimana biasanya, setiap musim panas ikhwah di Jepang mengadakan dauroh dengan mendatangkan ustadz dari Indonesia. Pada kali ini, yang berkesempatan datang di dauroh yang diadakan di Masjid Kobe adalah ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz hafidzahullah. Akhirnya, hari-hari dauroh itupun datang juga.

Adalah sebuah kebiasaan yang telah dipahami oleh sebagian ikhwah di Jepang bahwa apabila diadakan dauroh di Masjid Kobe—dan juga di tempat lain—maka terkadang ada orang-orang dari pihak kepolisian Jepang terdekat yang baik itu secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan datang untuk mencari tahu apa yang sedang kita lakukan. Tidak berbeda pula dengan hari itu.

Ketika itu hari sangat terik, dan ada dua orang anggota polisi Jepang yang sembunyi-sembunyi—dengan cara berdiri di depan gerbang masjid—mencari tahu kegiatan dauroh ini. Panasnya matahari dan suhu ketika itu rupanya tidak menjadikan mereka mundur dari tugas itu.

Ustadz Yazid pun melihat mereka dan bertanya: “Itu orang ngapain?”

Kami pun menjawab: Biasa ustadz, mereka dari kepolisian yang mencari tau kegiatan. Kayak mata-mata gitu…

Ustadz Yazid kemudian berkata:

“Kasihan mereka…hari terik begini. Suruh saja mereka masuk supaya mereka juga lihat sendiri apa yang kita lakukan. Biar mereka tahu bahwa kita menuntut ilmu, belajar di sini. Antum yang bisa bahasa Jepang, tolong diterjemahkan saja di belakang.

Dan bilang ke mereka, jangan gaduh supaya tidak mengganggu yang sedang belajar. Siapa tahu ada manfaatnya bagi mereka”.

Akhirnya, kita undang kedua orang polisi itu dan mereka duduk dengan senangnya di bagian belakang majelis. Salah seorang ikhwan membantu mereka dengan menterjemahkan apa yang dijelaskan oleh ustadz Yazid.

Esoknya, hari kedua dauroh dimulai. Ada sedikit kekagetan di antara ikhwah panitia. Mereka mendapatkan beberapa parsel berisi buah-buahan dari para polisi itu sebagai bentuk terima kasih mereka karena diajak masuk ke majelis.

Ketika Abdul Hakim bin Amir Abdat Berkenalan dengan Yazid Jawas

Pada kajian pagi yang disini oleh Ustadz Sulam Mustareja yang membahas kitab "Mulia Dengan Manhaj Salaf", Beliau bercerita pada mukadimahnya bahwa kemarin beliau duduk di majelis Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, sahabat dekat Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, penulis buku yang sedang dibahas pada kajian tersebut.

Ada pertanyaan di secarik kertas, yang tadinya Ustadz Sulam berpikir bahwa itu pertanyaan tidak penting dan tidak akan dijawab oleh Ustadz Abdul Hakim. Apa pertanyaannya? Singkat saja pertanyaannya adalah "Sejak kapan kenal Ustadz Yazid?".

Ternyata Ustadz Abdul Hakim menjawabnya dengan cukup rinci. Seakan-akan beliau sedang teringat sahabatnya yang sekarang ini sedang menghadapi tantangan dakwah yang cukup terjal, sampai-sampai masjid tempat sehari-hari beliau beribadah dan berdakwah dibekukan karena desakan demo sekelompok orang.

Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat bercerita bagaimana awal-awal beliau hanya sekolah sampai SMP kelas 2. Sebab, orang tua beliau telah mengarahkannya guna bisa lebih konsentrasi menggeluti bidang agama. Sampai suatu ketika, pada tahun 1980-an LIPIA baru dibuka.

Beliau ikut mendaftar tapi ditolak karena ketiadaan ijazah. Singkat cerita, atas upaya keras dan bantuan dari Ibunda beliau yang sampai menemui pendiri lembaga tersebut yang ternyata masih ada hubungan keluarga, maka diterimalah Ustadz Abdul Hakim di LIPIA walaupun tanpa ijazah sekolah resmi.

Setiap selesai kuliah, Ustadz Abdul Hakim tidak kemana-mana kecuali ke perpustakaan menekuni berbagai kitab. Suatu ketika, datanglah seorang pemuda ke perpustakaan, yang sama tekunnya dengan beliau, setiap hari terus datang dan melahap semua kitab-kitab di sana. Ustadz Abdul Hakim memperhatikan pemuda tersebut selalu membawa secarik kertas kecil dan pena untuk mencatat faidah dari kitab-kitab yang ditekuninya.

Dari saling pandang, tersenyum, maka berkenalanlah Ustadz Abdul Hakim dengan pemuda tersebut. Dialah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Dari seringnya diskusi yang mereka lakukan berdua di perpustakaan, maka mereka berdua saling cocok satu sama lain. Mulailah fase dakwah mereka di masa-masa tersebut yang tentu saja banyak tantangannya. Alhasil, perpustakaan menjadi basis mereka berdua sebagai tempat belajar, berdiskusi, membedah berbagai persoalan agama dan lain-lain.

Terkadang, datang tantangan-tantangan debat dari pihak-pihak yang kontra dengan dakwah mereka dan mereka layani di perpustakaan tersebut.

Hingga kini, kita sama-sama tahu kiprah dan kualitas mereka berdua dalam dakwah sunnah. Semoga Allah senantiasa menjaga mereka berdua dalam mengawal dakwah salaf yang penuh berkah ini.

Kisah Kesabaran Ulama Salafi di Indonesia

Cerita ini disarikan dari teman akrab Ustadz Yazid saat i'tikaf di Masjid Ar Rayyan Taman Cimanggu sekitar tahun 2000-an. Beliau bercerita kepada kami layaknya seorang bapak menceritakan pengalamannya kepada anaknya.

"Masjid ini tidak akan berdiri tegak tanpa izin Allah dan usaha Ustadz Yazid. Warga perumahan ini tidak akan mengenal sunnah tanpa kesabaran Ustadz Yazid, teman sekaligus guru saya". Beliau (Fadhilatusy Syaikh Yazid bin Abdul Qodir Jawas) hafizhahullah rela menolak mengajar di Madinah oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah hanya demi cintanya kepada tanah kelahirannya.

Sampailah beliau tinggal di sekitar perumahan Taman Cimanggu. Dari sinilah kesabaran beliau diuji. Mulai dari ancaman rumahnya mau dibakar sampai mau dibunuh. Pernah suatu hari, di salah satu musholla/masjid pemukul bedugnya hilang. Lalu dituduhlah beliau sampai-sampai mau dipenjara. Namun tuduhan tersebut hanyalah tuduhan tanpa bukti.

Puncaknya beliau diusir dari rumahnya, hanya kajian beliau lebih banyak jamaahnya ketimbang kajian kelompok mereka.

Namun, apa yang terjadi? Api dakwah padam? Tidak..!! Semangat dakwah beliau tetap membekas seiring pengusiran mereka. Banyak dari mereka akhirnya sadar akan kesalahannya. Bahkan sempat meminta maaf kepada beliau termasuk yang ikut mengusir beliau.

Berkat kesabaran dan doa beliau, manhaj salaf bersemi di dada-dada mereka. Sehingga tegaklah masjid yang menjadi tempat sholat warganya, tempat i'tikaf dan kajian bagi sekitarnya.

Ketika Ustadz Yazid Membongkar Hadits Palsunya Kyai Bid'ah

Sudah menjadi kebiasaan Ustadz Bid'ah adalah menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu. Terlebih lagi, pada bulan Rajab dan Sya'ban, Kyai dan Habib Bid'ah secara kompak menyebarkan hadits palsu tersebut ke tengah-tengah masyarakat.

Sebagai Ulama Sunnah di Indonesia, Fadhilatusy Syaikh Yazid bin Abdul Qadir Jawas sangat teliti dalam memeriksa hadits-hadits yang beredar di masyarakat. Syaikh Yazid mengerti tentang ilmu hadits dan berhasil mematahkan hadits yang dipegangi selama puluhan tahun oleh Kyai Bid'ah.

Ustadz Yazid memaparkan dalam Kitabnya yang berjudul Ar-Rasaail(kitab yang berisi Risalah Aqidah, Fiqih & Hukum) dimana beliau menjelaskan tentang Hadits palsu tersebut berbunyi:

“Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku."

Ustadz Yazid mengatakan bahwa hadits yang biasa dibawakan Kyai Kondang adalah Maudhu' (Palsu). Beliau mengutip perkataan Syaikh Ash Shaghani yang menyatakan tentang kepalsuan hadits tersebut pada kitab Maudhu’atush Shaghani (I/61, No 129).

Tidak tanggung-tanggung, Ustadz Yazid bahkan membawakan redaksi tambahan dari hadits palsu tersebut yang berbunyi:

"Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Ragha'ib…"

Ustadz Yazid menerangkan riwayat hadits tersebut dengan mengutip perkataan Ulama Besar Ibnul Qayyim yang berkata pada kitab Al Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if no. 168-169 bahwa, "Hadits ini diriwayatkan oleh ‘Abdur Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Muhammad bin Sa’id al-Bashri, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin ‘Abdullah as Shan’ani, dari Humaid ath-Thawil dari Anas, secara marfu’".

Titik kritis dari hadist palsu ini menurut Ustadz Yazid terletak pada Ibnu Jahdham. Hal senada diperkuat oleh Ibnul Jauzi dalam kitab Al Maudhu’at (II/125) yang berkata, "Aku telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: “Rawi-rawi hadits tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka."

Pukulan telak berikutnya ketika Ustadz Yazid membawakan perkataan Imam Adz Dzahabi yang berkata: "’Ali bin ‘Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan hadits." Jika anda tidak percaya kepada Ustadz Yazid, anda bisa cek sendiri pada kitab Mizanul I’tidal (III/142-143, No 5879).

Ulama yang lurus selalu mengeluarkan perkataan yang berlandaskan dengan ilmu. Di antaranya adalah Asy-Syaikh Al-Walid Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah. Beliau adalah tokoh reformis (pemurni) Islam dan merupakan Ulama Salafi Kontemporer di Indonesia.

Petuah-petuahnya memiliki untaian hikmah yang sangat mendalam. Allah memberinya kecerdasan batin hingga dengan karunia Allah ‘Azza wa Jalla banyak kaum muslimin di Indonesia mampu mendapatkan faedah tak ternilai untuk menjadi seorang mukmin yang ikhlas dalam menjalani roda kehidupan selaras dengan petunjuk-Nya.

Inilah Persamaan Zakir Naik dengan Ustadz Yazid

Zakir Naik dan Ustadz Yazid, keduanya merupakan anugerah dari Allah subhanahu wa ta'ala yang diberikan bagi Umat Islam.

Namun, keduanya malah terkena tahdzir dari salah seorang Kyai Kondang asal Jawa Timur. Padahal keilmuan dari kedua orang cerdas ini sudah tidak usah diragukan lagi.

Ustadz Yazid merupakan Ulama Tauhid yang juga murid dari Syaikh Utsamin, yang mana Syaikh Utsaminin ini memiliki sanad keilmuan yang jika dirunut bersambung kepada Rsulullah shallallahu alaihi wa sallam, sedangkan Zakir Naik merupakan pendakwah kelas dunia yang banyak mengislam jutaan orang.

Itulah beberapa fakta mencengangkan tentang Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas.

semoga Bermanfaat.

artikel yg sama ayat-kursi.com

Tidak ada komentar: