Sejarah Kesyirikan zaman rasulullah dan perbedaan zaman ini

Jika engkau telah mengetahui bahwasanya musyrikin di zaman Nabi mengakui Allah sebagai penciptaNya, pemberi dia rezeki, pengatur segala urusan sebagaimana yang Allah kabarkan tentang kondisi mereka:

Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (QS. Yusuf: 106)

musyrikin di zaman sekarang

Dimana keimanan mereka sebagaimana disebutkan oleh ibnu Abbas radhiyallahu'anhu adalah ketika mereka ditanya siapakah yang menciptakan langit, siapakah yang menciptakan bumi, dan siapakah yang menciptakan gunung-gunung itu?" Mereka menjawab, "Allah," padahal mereka masih dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan yang lain.

Bahkan dalam talbiyyah, mereka mengatakan:

"Kami memenuhi seruanMu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu, kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu; Engkau memilikinya, sedangkan dia tidak memiliki."

Maka ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk mentaatiNya, bahwasanya musyrikin di zaman Nabi melakukan kesyirikan tersebut ketika kondisi lapang, adapun jika mereka dalam keadaan terjepit mereka meninggalkan sesembahan sesembahan mereka selain Allah, mereka mengikhlaskan doa mereka kepada Allah semata:

Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (QS. Al-Ankabut: 65)

Adapun musyrikin di zaman sekarang, kesyirikan mereka lebih sering dan dasyat. Disaat lapang, mereka datang ke kuburan kuburan wali untuk bersyukur kepada wali tersebut, menganggap apa yang mereka raih adalah karena berkah dari wali tersebut.

Sementara disaat mereka tertimpa musibah, mereka bukannya malah mengingat Allah, menangis, serta memohon kepada Allah semata, malah datang ke kuburan wali wali mereka, menganggap musibah yang menimpa mereka karena kurangnya mereka mengunjungi kuburan wali dan meminta doa darinya.

Demikian juga ketika kondisi mereka terjepit yang diingat adalah walinya, bukan Allah, yang menurut cerita mereka dengan mengingat wali nya tersebut, datanglah keajaiban dan pertolongan dari walinya tsb.

Jika engkau telah mengetahui hakikat kesyirikan umat terdahulu, dimana mereka meyakini Allah lah yang mendatangkan manfaat dan mudhorot bagi mereka, adapun tuhan tuhan mereka selain Allah hanyalah sebagai perantara yang bisa mendekatkan diri kepada Allah atau pemberi syafaat bagi mereka disisi Allah.

Maka ketahuilah seseorang tidak bisa disebut sebagai muslim selama dia hanya mengakui Allah sebagai penciptanya, pemberinya rezeki dan penguasa alam semesta sementara dia belum membersihkan ibadah dan keyakinannya dari kesyirikan.

Karena syirik itu merusak dan membatalkan seluruh amalan sebagaimana hadats yang membatalkan thoharoh.

Ucapan seseorang yang mengatakan wali wali ini hanyalah perantara bagi kami, kami butuh kepada mereka, kami ini tidak sholeh, mereka sholeh, sehingga kami berdoa kepada mereka, memberikan kurban untuk mereka, bernadzar kepada mereka agar mereka mau berdoa kepada Allah, membantu kami mendekatkan diri kami kepada Allah adalah keyakinan yang sama, yang dimiliki oleh musyrikin di zaman Nabi, keyakinan yang karenanya para nabi diutus untuk memperingatkannya dan menjauhinya, dan mengingklaskan ibadah hanya kepada Allah.

Tanpa membagi-bagi ibadah tsb kepada selain Allah, walaupun dengan label sebagai perantara.

Bersambung...

Allahua'lam

Tidak ada komentar: