Biarkan hanya Allah yang mengenalku !!!!…"diangkat dari kisah nyata"

Mungkin kalau dizaman sekarang kita semuanya ingin terkenal bahkan sikit-sikit kita berfoto selfie dan mengupload di facebook, twiteer, bbm, bahkan di galeri foto penuh dengan foto berbagai macam gaya, ada gaya gavitasi bumi, gaya maknet he he,, bahkan sikit sikit pergi ke pasar poto, kegunung, bahkan senyum dan sedih pun di poto dan lain-lain. Akan tetapi pernahkah kita menyadari bahwa hal tersebut sungguh memudaratkan kita bahkan allah tidak menyukai orang yang suka memamerkan diri yang suka menampak-nampakkan diri. 
Biarkan hanya Allah yang mengenalku !!!!…"diangkat dari kisah nyata"

Bahkan para salaf mereka menjauhi popularitas dan menjauhi terkenal dari manusia. Seperti kisah Muhammad ibn al-munkadir seorang berkulit hitam dan berkerja sebagai tukang sepatu! Pada suatu malam yang gelap, udara terasa lebih panas dari biasanya, tidak aneh memang, sebab hari-hari kemarau panjang dikota itu. Sudah setahun kota ini tidak pernah curahan hujan, dan malam itu Muhammad ibn al-munkadir meninggalkan rumahnya dan bergegas kemesjid nabawi, usai mengerjakan shalat ibn al-munkadir bersandar ditiang masjid, tiba-tiba di melihat seorang yang bekulit hitam agak kecoklatan, tapi ia tidak sama sekali mengenalnya, ia tidak menyadari kehadiran ibn al munkadir tidak jauh dari tempatnya sendiri.

Ia mengerjakan shalat dua raka’at. Usai itu, ia duduk bersimpuh. Begitu khusyu’ ia bermunajat. Dan dalam munajat itu, ia mengatakan, “Duhai Rabbku, penduduk negeri haram-Mu telah bermunajat dan memohon hujan padaMu namun engkau tidak kunjung mengaruniakannya pada mereka. Duhai Rabbku, sungguh aku mohon padaMu curahkanlah hujan itu untuk mereka.” Ibn munkadir yang menengar munajat itu agak sedikit mencibir.’’Dia berpikir dirinya siapa mengatakan seperti itu,’’ katanya dalam hati.’’ Orang-orang shaleh seantero madinah telah keluar untuk berdoa meminta hujan, namun tak kunjung dikabulkan…lalu tiba-tiba, orang ini ingin berdoa pula…,’’ gumannya.

Namun sungguh diluar dugaan, belum lagi pria hitam itu menurunkan kedua tangannya, tiba-tiba saja suara guntur bergemuruh dari langit. Ur… ur…. Tetesan air hujan menetes kebumi. Sudah lama tidak begitu, tak terkira betapa gembiranya pria itu. Namun tidak lama kemudian ia berkata penuh denagn ketawadhu’an, “Duhai Rabbku, siapakah aku ini? Siapakah gerangan aku ini hingga engkau berkenan mengabulkan doaku?’’ ibn al munkadir hanya tertekun ditempatnya memandang pria itu. Tidak lama sesudah itu, pria itu bangkit kembali dan melanjutkan raka’at-raka’atnya, hingga ketika shubuh menjelang, sebelum kaum muslimin berdatangan, ia segera menyelesaikan witirnya, dan ketika shalat shubuh ditegakkan, ia masuk kedalam shaf seolah-olah ia baru saja tiba di masjid itu.

Usai shalat ia langsung pulang dengan berjalan cepat sambil mengangkat kain bajunya karna karna digenangi air. Dan pada hari esoknya ibn al munkadir melihatnya hal yang sama juga, ketika dia pulang ibn al munkadir mengikutinya pulang sebuah kelorong dan setibanya dirumah diapun masuk. “Hmm, rupanya di situ pria ini tinggal. Baiklah sebentar aku akan mengunjunginya.’’ ibn al munkadir masuk kerumahnya, ternyata dia sedang sibuk mengerjakan sepatu, begitu melihat ibn al munkadir ia mengenalinya.’’ Marhaban wahai Abu abdillah, adakah yang bisa saya bantu? Mungkin engkau akan memesan sebuah alas kaki ?’’ ujarnya.

Namun ibn al munkadir menanyakan hal lain. “ bukankah engkau yang bersamaku di masjid kemarin malam itu?’’ dan tanpa diduga, wajah pria itu Nampak sangat marah. Dengan nada suara yang agak tinggi ia berkata,” apa urusanmu dengan semua itu, wahai ibn al munkadir??!. “nampaknya sangat marah, aku harus pergi dari sini,” ujar ibn al munkadir dalam hati dan ia pun segera pamit meninggalkan rumah tukang sepatu itu. Pada malam berikutnya ibn al munkadir berharap melihatnya namun pria itu tak kunjung-kunjung datang hingga hari seterusnya, ia tersadar telah melakukan kesalahan. “Inna Lillah! Apakah yang telah aku lakukan??” itulah gumannya saat menyadari kesalahannya itu. 

seusai shalat shubuh dia mendatangi rumah tukang sepatu itu, namun apa yang dia temukan hanya rumah terbuka dan tidak !!!!! pria itu tidak ada lagi. Penghuni rumah itu berkata: apa yang engkau lakukan dengan pria itu? Ketika engkau keluar dari sini kemaren itu, ia segera mengumpulkan semua barang hingga tidak ada yang tersisa, lalu dia pergi kami pun tidak mengetahuinya. Dan sejak itu ibn al munkadir mengelilingi kota madinah dan tidak menemukannya. Namun sia-sia belaka.

Hingga abad ini tidak ada yang tau siapa pria tukang sepatu tersebut. Seolah sejarah berguman, “biarlah, hanya Allah yang mengenalku….’’]]

ditulis oleh ahmadireza mahasiswa PBA semester 3 STAI Assunnah tanjung morawa

tambahan admin
*kisah ini terdapat dalam kitab syiar a'lam nubala
*teks arab bisa dibaca disini

Tidak ada komentar: