inilah nasehat imam ghazali untuk umat islam tapi pro ahok

Tindakan pelecehan Ahok terhadap Surat al-Maidah ayat 51 sudah keterlaluan. Meski laki-laki berkacamata ini sudah meminta maaf dan tindakan hukum masih berlangsung, ada kelakuan segelintir oknum elit dan kaum Muslimin yang menggelikan dan menjijikkan.

Entah apa motifnya, mereka yang terlihat dan terkenal sebagai cendekiawan Muslim ini justru menyampaikan pendapat yang melawan arus. Ditambah dengan sosok-sosok sok pintar yang menghina ulama dan memuja-muji Ahok secara membabi buta.
Apakah layak bagi kita menjadikan penghina al-Qur’an sebagai teman akrab

Sungguh miris, tapi mereka nyata ada. Ada sosoknya.

Sebagaiamana dijelaskan dalam tafsir surat al-Maidah [5] ayat 51 oleh Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala, haram memilih orang non-Muslim sebagai pemimpin. Hal ini disepakati oleh sebagian besar ulama’. Ada yang merenggangkan, tapi harus ada syaratnya. Misalnya, boleh memilih pemimpin non-Muslim di daerah mayoritas non-Muslim.

Selain tafsir Surat al-Maidah ayat 51 ini, ada pula nasihat mencengangkan dari Imam al-Ghazali. Nasihat yang terdapat di dalam buku Bidayatul Hidayah ini, konteksnya sangat tepat ditujukan kepada siapa pun yang mengaku Islam, tapi membela Ahok secara membabi buta.

“Perhatikan tata cara berteman. Agar engkau tidak berteman dengan orang yang tidak layak dijadikan sebagai teman atau sahabat.” tutur Imam al-Ghazali.

Para pembela Ahok, sebagian berteman langsung dengannya. Sedangkan sebagian lagi tak ada riwayat pertemanan. Tapi jika melakukan pembelaan secara fanatik, kelak Anda dihukumi sebagai teman, bahkan loyalis bagi Ahok.

Apakah sebagai Muslim, Anda layak membela Ahok yang nyata menistakan ayat suci al-Qur’an?

Imam al-Ghazali kemudian mengutip sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

“Seseorang mengikuti agama orang yang diakrabinya. Oleh karena itu, hendaklah engkau pikirkan siapa yang akan engkau jadikan teman akrab.”

Apakah layak bagi kita menjadikan penghina al-Qur’an sebagai teman akrab hingga dibela mati-matian?

Apakah layak bagi orang Islam menjadi loyalis laki-laki yang terang-terangan menistakan perkataan Allah Ta’ala Yang Mahasuci?

Apakah pantas mengklaim penghina al-Qur’an sebagai pro Islam, sementara loyalisnya mengatakan bahwa penghina al-Qur’an itu milik Yesus?

Sungguh, tiada yang layak kita bela mati-matian, kecuali Allah Ta’ala, Islam, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan al-Qur’an yang mulia.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Tidak ada komentar: