sangat penting, perhatikan kepada siapa kamu berteman dan berguru

Rasulullah ﷺ bersabda, "Seseorang itu tergantung pada agama teman (sahabat) karibnya. Maka hendaklah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa dia bersahabat karib."

(Shahiih, HR. Ahmad, II/303, 334, Abu Dawud, no.4833, at-Tirmidzi, no. 2378, dan al-Hakim, IV/171, no. 7319, ath-Thayalisi, no. 2573, al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman, no. 9436, 9438, Abu Nu'aim dalam al-Hilyah, III/165, Ibnu Humaid dalam Musnad-nya, 1431, Silsilah ash-Shahiihah, no. 928)
sangat penting, perhatikan kepada siapa kamu berteman dan berguru

Benar, teman atau guru sangatlah berpengaruh bagi kehidupan dan agama seseorang oleh sebab itulah jangan sampai di antara kita salah atau keliru di dalam mengambil sahabat karib dan guru di dalam menuntun kita ke jalan yang benar.

Dari Abu Musa al-Asy'ariy رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia memberikanmu minyak, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan aroma yang harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi ia membakar bajumu atau engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya."

(Shahiih, HR. Al-Bukhari, II/741, no. 1995, 2101, 5534, Muslim, no. 2628, dan Ahmad, IV/408, no. 19127)

Imam an-Nawawi رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Di dalam hadits ini terdapat keutamaan bermajelis dengan orang-orang shalih, orang-orang yang memiliki kebaikan, akhlak mulia, wara', ilmu, dan adab. Dan di dalamnya juga terdapat larangan bermajelis dengan pelaku kejahatan, ahlul bid'ah, orang-orang yang membicarakan aib orang lain, dan yang selainnya dari berbagai macam perbuatan tercela."

(Syarah Shahiih Muslim, XVI/178)

Burung tidaklah terbang melainkan dengan teman (kelompoknya), begitupun manusia tidaklah ia berkumpul dan berteman dekat melainkan yang sejenis dengannya.

Imam Muhammad bin Sirin رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Sesungguhnya 'ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian?"

(Diriwayatkan oleh Muslim dalam muqaddimah kitab Shahiih-nya, I/27 - 28, Ad-Darimi dalam Musnadnya, I/343, 399, 438, al-Khathib Al-Baghdadi dalam al-Kifayah fi 'Ilmir Riwayah, hal. 121 - 122, dan al-Faqih wal Mutafaqqih, I/191, 192, 378)

Imam Malik bin Anas رحمه الله تعالىٰ berkata,

"Tidak boleh menuntut 'ilmu dari empat orang, yaitu :
1. Orang bodoh yang menampakkan kebodohannya meskipun banyak meriwayatkan hadits.
2. Ahlul bid'ah yang mengajak kepada hawa nafsunya.
3. Orang yang berdusta saat berbicara dengan orang lain meskipun ia tidak berdusta dalam meriwayatkan hadits.
4. Orang shalih ahli ibadah namun tidak memahami apa yang ia katakan."

(Siyar A'laamin Nubalaa', VI/61)

Ustadzuna Aris Munandar حفظه الله تعالىٰ berkata,
"Belajar agama tanpa guru bisa sesat, akan tetapi salah mengambil di dalam beragama bisa tambah sesat."

Maka sudah kelayaknya bagi seorang muslim untuk memperhatikan hal ini, mengambil 'ilmu dari orang-orang yang jelas 'aqidahnya, jelas manhajnya dan telah teruji di atas keistiqomahan ala manhaj Salaf, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq.

repost from group dakwah whatsapp

Tidak ada komentar: