Penting untuk diketahui : Pokok-Pokok Da'wah Salaf, Ahlus Sunnah wal Jama'ah :

1. Kembali kepada Al-Qur-an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyedia bagi mereka Surga-Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah [9] : 100)
alquran

Pertanyaan :

"Mengapa harus dengan pemahaman Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah?"

Al-Jawaab :

Karena pemahaman Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah satu-satunya pemahaman yang selamat sebagaimana keterangan dari Rasulullah ﷺ.

Dari Mu'awiyyah bin Abi Sufyan ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﻤﺎ , ia berkata,

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) telah berpecah-belah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan. Sesungguhnya ummat Islam akan berpecah-belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama'ah."

(Shahiih, HR. Ahmad, IV/102, Abu Dawud, no. 4597, Ibnu Majah, no. 3992, al-Hakim, I/128, ad-Darimi, II/241, Ibnu Abi 'Ashim dalam Kitaabus Sunnah, no. 63, al-Aajurri dalam as-Asyari'ah, dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, I/113, no. 149 - 150, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 203 - 204)

Dalam riwayat lain disebutkan makna al-Jama'ah adalah :

"Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali 1 (satu) yaitu yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya."

(Shahiih, HR. At-Tirmidzi, no. 2641, dan al-Hakim, I/129, Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir, no. 5343)

Dari 'Abdullah bin 'Amr ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﻤﺎ , ia berkata,  Rasulullah ﷺ bersabda,

"Ketahuilah, sesungguhnya ummat-ummat sebelum kalian dari kalangan ahlul kita (ummat Yahudi dan Nasrani telah berpecah-belah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan. Sesungguhnya ummat Islam akan berpecah-belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya 1 (satu) golongan di dalam Surga yaitu yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya."

(Shahiih, HR. Ahmad, IV/102, Abu Dawud, no. 4597, At-Tirmidzi, no. 2641, dan al-Hakim, I/129, Shahiihul Jaami', no. 5343)

'Abdullah bin Mas'ud ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ berkata,

"Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah ﷺ. Karena sesungguhnya mereka adalah ummat yang paling baik hatinya, paling lurus ilmunya, paling sedikit bebannya, paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah ﷻ telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus."

(Diriwayatkan oleh Ahmad, IV/126 - 127, Abu Dawud, no. 4607, at-Tirmidzi, no. 2676, Ibnu Majah, no. 42, ad-Darimi, I/44, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, I/205, Ibnu 'Abdil Baar dalam Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlih, II/947, no. 1810, dan al-Hakim, I/95, Syarh 'Aqidah Thahawiyah, II/546, I'laamul Muwaqi'in, IV/113, Irwaa-ul Ghaliil, no. 2455)

2. Da'wah yang memfokuskan kepada masalah tauhid, yaitu perbaikan kepada 'aqidah yang shahih (benar).

Pertanyaan :

"Mengapa da'wah para nabi dan rasul memfokuskan kepada tauhid?"

Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah (tuhan yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku (Allah), maka beribadahlah kepada-Ku." (QS. Al-Anbiyaa' [21] : 25)
tauhid

Al-Jawaab :

Sebab tauhid adalah pondasi, ia adalah pondasinya amal.

Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Allah menyatakan bahwa tidak ada ilah (sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Ali 'Imraan [3] : 18)

3. Memperingatkan kaum muslimin dari bahaya syirik.

Allah ﷻ berfirman :

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.'" (QS. Luqman [31] : 13)
syiah bukan islam

Dari Mu'adz bin Jabal ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata, "Aku pernah dibonceng Nabi ﷺ di atas seekor keledai yang bernama 'Ufair, lalu beliau ﷺ bertanya kepadaku,

'Wahai Mu'adz! Tahukah engkau apa hak Allah ﷻ yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya, dan apa hak hamba atas Allah?'

Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.'

Kemudian beliau ﷺ bersabda,

'Sesungguhnya hak Allah ﷻ yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka beribadah hanya kepada Allah ﷻ saja dan mereka tidak boleh berbuat syirik (menyekutukan Allah ﷻ) dengan suatu apa pun juga. Sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ adalah bahwa Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.'"

(Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 2856, 5967, Muslim, no. 30 [48], 30 [49], Abu Dawud, no. 2559, dan at-Tirmidzi, no. 2643)

Syirik adalah kezhaliman yang paling besar, yang pelakunya diancam dengan Neraka Jahannam yaitu engkau beribadah kepada selain Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ sementara Dia yang menghidupkan dan yang mematikan serta yang memberikan rizki kepada engkau.

Allah ﷻ berfirman :

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka sungguh Allah mengharamkan Surga baginya, dan tempatnya ialah Neraka dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maa'idah [5] : 72)

Dari 'Abdullah bin 'Amr ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﻤﺎ , ia berkata,  Rasulullah ﷺ bersabda,

"Termasuk dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ durhaka kepada kedua orangtua, membunuh seorang muslim (tanpa haq) dan bersumpah palsu."

(Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 6675, Ahmad, no. 6845, at-Tirmidzi, no. 3021, an-Nasaa-i, no. 4011, dan ad-Darimi, no. 2360)

4. Berda'wah kepada ittiba' (mengikuti) Rasulullah ﷺ dan menjauhi taklid buta.
payung

Allah ﷻ berfirman :

"Katakanlah : 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali 'Imraan [3] : 31)

Al-Hafizh Ibnu Katsir ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ketika menafsirkan ayat di atas berkata,

"Ayat yang mulia ini merupakan hakim atau pemutus bagi orang-orang yang mengaku cinta Allah ﷻ dan Rasul-Nya tetapi dia tidak mengikuti jalan yang ditempuh Nabi Muhammad ﷺ , dia dusta dalam pengakuannya (cintanya) sehingga dia mengikuti syari'at (ajaran) dan agama Nabi Muhammad ﷺ dalam setiap ucapan, perbuatan dan keadaannya." (Tafsir Ibnu Katsir, I/477)

Ittiba' adalah, "Mengikuti satu pendapat dari seorang 'ulamaa dengan didasari pengetahuan dalil baik dari al-Qur-an dan As-Sunnah yang dipakai oleh 'ulamaa tersebut."

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ memberikan penjelasan yang menukil dari perkataan Imam Ahmad bin Hanbal ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ menyatakan,

"Ittiba' adalah seseorang mengikuti apa yang datang dari Rasulullah ﷺ dan para Shahabat ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﻢ ." (I'lamul Muwaqqi'in, II/139)

Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya, amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)." (QS. Al-A'raaf [7] : 3)

Allah ﻋﺰ ﻭﺟﻞ berfirman :

"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya." (QS. Al-Hasyr [59] : 7)

Al-Hafizh Ibnu Katsir ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ketika menafsirkan ayat di atas berkata,

"Hendaknya berhati-hati orang yang menyelisihi syari'at Rasulullah ﷺ secara lahir dan batin, mereka akan ditimpa fitnah di dalam hatinya berupa kekufuran, kemunafiqkan dan bid'ah, atau ditimpa dengan fitnah di dunia dengan dibunuh, diberi hukuman hadd, dipenjara atau yang lainnya." (Tafsir Ibnu Katsir, VI/89 - 90)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berkata,

"Wahai saudaraku, berhati-hatilah jika engkau membenci sesuatu yang datang dari Rasulullah ﷺ atau engkau menolak Sunnah Rasulullah ﷺ karena mengikuti hawa nafsumu, atau membela madzhabmu, atau membela syaikhmu, membela gurumu, atau kalian menolak Sunnah Rasulullah ﷺ karena engkau sibuk dengan dunia, mementingkan dunia, mengikuti syahwat. Sesungguhnya Allah ﷻ tidak mewajibkan ketaatan kepada seorang pun, melainkan taat kepada Rasulullah ﷺ dan kita wajib berpegang dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ.

Kalau seandainya seorang hamba menyalahi (tidak mengikuti) seluruh makhluk dan mengikuti Rasulullah ﷺ , maka Allah ﷻ tidak akan bertanya kenapa engkau menyalahi seluruh makhluk. Justru yang akan ditanya, kenapa seseorang tidak mengikuti Rasulullah ﷺ , tapi malah mengikuti madzhab, syaikh, guru. Jika ia mengikuti Rasulullah ﷺ , justru inilah yang akan membawa kepada keselamatan dunia dan akhirat. Dan sebaliknya, jika ia menyalahi Sunnah Rasulullah ﷺ, maka ia akan celaka dan binasa di dunia dan di akhirat."

(Majmuu' Al-Fataawaa, XVI/527 - 529)

5. Da'wah Salafiyyah menolak (mengingkari) dan memberantas kebid'ahan di dalam agama.

Karena da'wah Salafiyyah meyakini bahwa risalah yang telah disampaikan oleh Rasulullah Muhammad ﷺ telah sempurna dan ia tidak butuh kepada penambahan syari'at setelah Islam sempurna.
syiah sesat


Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu." (QS. Al-Maa'idah [5] : 3)

Al-Hafizh Ibnu Katsir ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ menafsirkan ayat di atas dengan berkata,

"Ini merupakan nikmat yang terbesar atas ummat ini, dimana Allah ﷻ telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka, mereka tidak membutuhkan agama selain dari agama Islam, mereka tidak butuh pada nabi selain daripada Nabi Muhammad ﷺ, karena itu Allah ﷻ jadikan Nabi Muhammad ﷺ sebagai penutup para nabi, Allah ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ kepada golongan jin dan manusia. Tidak ada yang halal kecuali yang dihalalkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkan oleh Nabi Muhammad ﷺ." (Tafsir Ibnu Katsir, III/26)

Dari Jabir bin 'Abdillah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﻤﺎ , ia berkata, Rasulullah ﷺ dalam khutbahnya bersabda,

"Sebaik-baik ucapan adalah Kitabullaah (Al-Qur-anul Karim) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ﷺ. Seburuk-buruk perkara adalah yang dibuat-buat dan setiap yang dibuat-buat adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka."

(Shahiih, HR. Muslim, no. 867, An-Nasaa-i, III/188 - 189, Shahiih Sunan An-Nasaa-i, I/346, no. 1487, Ibnu Hibbaan, no. 10, dan Al-Baihaqi dalam al-Asma' was Shifat, I/310, Misykatul Mashaabiih, I/51, Irwaa-ul Ghaliil, III/73, no. 608)

Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata,

"Suatu hari Rasulullah Muhammad ﷺ pernah shalat bersama kami, lalu memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membekas pada jiwa, yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati takut."

Salah seorang Shahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Nasihat ini seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah, maka apakah yang engkau wasiatkan kepada kami?"

Maka beliau ﷺ bersabda,

"Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ , tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah para Al-Khulafa'ur Rasyidin. Peganglah erat-erat Sunnah tersebut dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian setiap perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru dalam agama adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka."

(Shahiih, HR. Ahmad, IV/126 - 127, Abu Dawud, no. 4607, At-Tirmidzi, no. 2676, Ibnu Majah, no. 42, 43, 44, Ad-Darimi, I/44, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, I/205, no. 102, Ad-Darimi, I/44, Al-Hakim, I/95 - 96, Ibnu Hibbaan, no. 5, Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah, no. 54 - 59, Al-Baihaqi, X/114, dan al-Laalika-i dalam Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, I/83, no. 81, Irwaa-ul Ghaliil, VIII/107 - 109, no. 2455, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah, no. 937, 2735)

Dari Ummul Mukminin, Ummu 'Abdillah, 'Aisyah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﺎ , ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Barangsiapa yang mengada-adakan hal yang baru (bid'ah) dalam urusan (agama) kami ini yang tidak ada contohnya, maka amalan tersebut tertolak."

Dalam lafazh lainnya disebutkan :

"Barangsiapa yang beramal tanpa ada tuntutan dan contohnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."

(Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 2697, Muslim, no. 1718 [17, 18], Abu Dawud, no. 4606, Ahmad, VI/146, 180, 256, 270, Ibnu Majah, no. 14, dan Ibnu Hibbaan, no. 26, 27)

Imam Ahmad bin Hanbal ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berkata,

"Prinsip Ahlus Sunnah adalah berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Shahabat ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻬﻢ dan mengikuti jejak mereka, meninggalkan bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat."

(Diriwayatkan oleh al-Laalika-i dalam Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, I/176, no. 317)

6. Menyibukkan diri dengan menuntut 'ilmu syar'i.

Sebab menuntut 'ilmu syar'i hukumnya adalah wajib atas setiap muslim.

Allah ﷻ berfirman :

"Allah akan meninggikan kedudukan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi 'ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah [58] : 11)
hadir kajian

Dari Anas bin Malik ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Menuntut 'ilmu itu wajib atas setiap muslim." (Shahiih, HR. Ibnu Majah, no. 224, Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir, no. 3911)

Imam An-Nawawi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berkata,

"Hendaklah seorang penuntut 'ilmu berkemauan keras untuk belajar 'ilmu syar'i, ia selalu dan senantiasa menggunakan seluruh waktunya untuk menuntut 'ilmu, baik malam maupun siang, di saat mukim (tidak bepergian) maupun ketika safar. 

Ia tidak mau sedikit pun waktunya hilang sia-sia dengan tidak memperoleh 'ilmu, kecuali sekedar keperluan makan, tidur, dan hal-hal yang mesti ia lakukan dan juga untuk istirahat sebentar untuk menghilangkan kebosanan (kejenuhan) dan hal-hal yang penting lainnya. 

Dan tidak termasuk orang yang berakal (seorang penuntut 'ilmu) yang sudah ditempatkan sederajat dengan pewaris para nabi kemudian ia menyia-nyiakan waktu untuk tidak menuntut 'ilmu."

(Syarah Muqaddimah al-Majmu', hal. 145)

Pertanyaan :

"Mengapa kita harus menyibukkan diri dengan 'ilmu syar'i?"

Al-Jawaab :


Karena dengan 'ilmu, kita dapat mengetahui mana yang haq (benar) dengan mana yang bathil sehingga yang dengannya Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ akan mudahkan jalan seorang hamba ke dalam Surga.

Dari Abu Darda' ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Barangsiapa yang berjalan menuntut 'ilmu, maka Allah ﷻ mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut 'ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. 

Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya para 'ulamaa itu pewaris para nabi. 

Dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah 'ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil 'ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang banyak."

(Shahiih, HR. Ahmad, V/196, Abu Dawud, no. 3641, at-Tirmidzi, no. 2682, Ibnu Majah, no. 223, dan Ibnu Hibbaan, no. 80)

Dari Abu Hurairah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut 'ilmu, maka Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah ﷻ (masjid) untuk membaca Kitabullaah (al-Qur-anul dan As-Sunnah) dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketentraman akan turun atas mereka, rahmat (Allah ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰٰ ) meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya."

(Shahiih, HR. Muslim, no. 2699, Ahmad, II/252, 325, Abu Dawud, no. 3643, at-Tirmidzi, no. 1425, 2646, 2945, Ibnu Majah, no. 225, ad-Daarimi, I/99, Ibnu Hibbaan, no. 78, ath-Thayaalisi, no. 2439, al-Hakim, I/88 - 89, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 127, dan Ibnu 'Abdil Barr dalam Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi, I/63, no. 44)

7. Melakukan Tashfiyah (memurnikan ajaran Islam) dan Tarbiyah (mendidik) kaum muslimin dengan 'aqidah ash-Shahiihah,.

Tashfiyah yaitu memurnikan atau menyucikan Islam dari segala noda-noda kesyirikan, bid'ah dan penyimpangan pemikiran.

Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maa'idah [5] : 2)
jalan lurus

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin 'Aus ad-Daari ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata,

Rasulullah ﷺ bersabda, "Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat."

Para Shahabat bertanya,  "Untuk siapa, wahai Rasulullah?"

Beliau ﷺ menjawab, "Untuk Allah ﷻ , Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan imam kaum muslimin (para penguasa kaum muslimin), dan bagi kaum muslimin pada umumnya."

(Shahiih, HR. Muslim, I/74, no. 55 [95], Ahmad, IV/102 - 103, Abu Dawud, no. 4944, an-Nasaa-i, VII/156 - 157, al-Humaidi, no. 837, Ibnu Hibbaan, no. 4555, al-Baihaqi, VIII/163, ath-Thabrani, no. 1260 - 1268, dan al-Baghawi, XIII/93, no. 3514)

Adapun Tarbiyah adalah mendidik dan menasihati kaum muslimin dengan 'aqidah yang shahih (benar).

8. Memperbaiki akhlak manusia dan melakukan penyucian jiwa (tazkiyatun nufus).
ikhwan keren

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (Shahiih, HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, no. 273, Ahmad, II/318, dan al-Hakim, II/613)

9. Memperingatkan kaum muslimin dari bahaya hadits-hadits lemah, palsu dan mungkar.

Karena hadits lemah, palsu apalagi mungkar bukan termasuk ucapan atau sabda Rasulullah ﷺ. Dan pelakunya yakni orang yang menyebarkan hadits dusta (palsu) apalagi mungkar maka diancam dengan masuk ke dalam Neraka.
kitab ulama

Dari Mughirah bin Syu'bah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ , ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Berdusta atas namaku, tidak seperti berdusta atas nama orang lain. Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, silahkan mempersiapkan tempatnya di Neraka." (Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 1291, Muslim, no. 5, dan Ahmad, no. 18140)

10. Memerangi hizbiyyah dan fanatik golongan.

Allah ﷻ berfirman :

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar-Rum [30] : 31 - 32)
fanatik kelompok

'Abdullah bin Mas'ud ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ ﻋﻨﻪ berkata, "Rasulullah ﷺ membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda, 'Ini jalan Allah yang lurus.'

Lalu beliau ﷺ membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian beliau ﷺ bersabda,

'Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru kepadanya.'

Selanjutnya beliau ﷺ membaca firman Allah ﷻ :

"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan memcerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.'" (QS. Al-An'aam [6] : 153)

[Shahiih, HR. Ahmad, I/435, 465, ad-Darimi, I/67 - 68, no. 202, al-Hakim, II/318, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 97, As-Sunnah libni Abi 'Ashim, no. 17, Ath-Thayaalisi, no. 244, ath-Thabari dalam Tafsiir-nya, VIII/88, Tafsiir An-Nasaa-i, V/94, no. 194, 8364, VI/343, no. 11174, dan Ibnu Hibbaan, I/180 - 181, no. 6 - 7]

11. Berusaha mewujudkan kehidupan Islami dan menegakkan hukum Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰٰ di muka bumi.
islam bersatu

Allah ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰٰ berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah [2] : 208)

Semoga Allah ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰٰ memberikan hidayah dan taufiq.

Abu 'Aisyah Aziz Arief

Tidak ada komentar: