Berhati-hati dari persatuan semu, karena tidak sedikit orang-orang yang terperdaya olehnya...

Bersatu itu wajib di atas al-haq (kebenaran) dengan mengikuti metode (manhaj) Nabi ﷺ dan para Shahabat رضي الله تعالىٰ عنهم اجمعين, bukan hanya sebatas kumpul-kumpul namun hakikatnya berselisih.

Contoh :

[1]. Ahlus Sunnah katakan Allah سبحانه و تعالىٰ bersemayam di atas 'Arsy sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya tanpa menyerupakan dengan makhluk.


Adapun ahlul bid'ah mengatakan Allah ada dimana-mana atau mengatakan Allah ada tanpa tempat yang sejatinya menunjukkan Allah سبحانه و تعالىٰ itu tidak ada.

Padahal dalam hal ini nash begitu jelas dan gamblang yang menunjukkan Allah سبحانه و تعالىٰ di atas langit, bersemayam di atas 'Arsy sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
tauhid

Allah ﷻ berfirman :

"Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), bersemayam di atas 'Arsy." (QS. Thahaa [20] : 5)

Allah عز وجل berfirman :

"Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk le dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kesana." (QS. Al-Hadiid [57] : 4)

Juga dari hadits Nabi ﷺ.

Dari Mu'awiyah bin Hakam as-Sulami رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata,  Rasulullah ﷺ bersabda kepada seorang budak wanita, "Di mana Allaah?"

Ia menjawab, "Allah itu di atas langit."

Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Siapa aku?"

"Engkau adalah Rasulullah." Jawabnya.

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda,

"Merdekakanlah ia, karena sesungguhnya ia seorang wanita mukminah."

(Shahiih, HR. Muslim, no. 537, Abu 'Awanah, II/141 - 142, Abu Dawud, no. 930, an-Nasaa-i, III/14 - 16, ad-Darimi, I/353 - 354, Ibnul Jarud dalam al-Muntaqaa', no. 212, al-Baihaqi, II/249 - 250, dan Ahmad, V/447 - 448)
Terdapat dua permasalahan yang terkandung di dalam hadits ini :

1. Disyari'atkan untuk bertanya kepada seorang muslim : "Di mana Allah?"

2. Jawabannya yang ditanya adalah : "Di atas langit."

Maka, barangsiapa yang memungkiri dua masalah ini, berarti ia memungkiri Rasulullah ﷺ.

(Mukhtasharul 'Uluw, hal. 81)

Lantas, mungkinkah kelompok-kelompok bid'ah lagi sesat yang mengklaim 'persatuan' dapat bersatu dalam hal ini sementara ini adalah perkara ushul (prinsip agama)?
______

[2]. Ahlus Sunnah katakan setiap bid'ah di dalam agama itu sesat.

Adapun ahlul bid'ah mengatakan tidak setiap bid'ah itu sesat, namun ada bid'ah yang baik (hasanah).

Padahal dalam hal ini nash begitu jelas dan gamblang yang menunjukkan setiap bid'ah di dalam agama itu sesat.

Dari Jabir bin 'Abdillah رضي الله تعالىٰ عنهما, ia berkata, Rasulullah ﷺ dalam khutbahnya sering bersabda,

"Sebaik-baik ucapan adalah Kitabullaah (Al-Qur-anul Karim) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ﷺ. Seburuk-buruk perkara adalah yang dibuat-buat dan setiap yang dibuat-buat adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka."

(Shahiih, HR. Muslim, no. 867, An-Nasaa-i, III/188 - 189, Shahiih Sunan An-Nasaa-i, I/346, no. 1487, Ibnu Hibbaan, no. 10, dan Al-Baihaqi dalam al-Asma' was Shifat, I/310, Misykatul Mashaabiih, I/51, Irwaa-ul Ghaliil, III/73, no. 608)
Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata,

"Suatu hari Rasulullah Muhammad ﷺ pernah shalat bersama kami, lalu memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membekas pada jiwa, yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati takut."

Salah seorang Shahabat berkata,

"Wahai Rasulullah! Nasihat ini seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah, maka apakah yang engkau wasiatkan kepada kami?"

Maka beliau ﷺ bersabda,

"Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah سبحانه و تعالىٰ, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah para Al-Khulafa'ur Rasyidin. 

Peganglah erat-erat Sunnah tersebut dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian setiap perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru dalam agama adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka."

(Shahiih, HR. Ahmad, IV/126 - 127, Abu Dawud, no. 4607, At-Tirmidzi, no. 2676, Ibnu Majah, no. 42, 43, 44, Ad-Darimi, I/44, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, I/205, no. 102, Ad-Darimi, I/44, Al-Hakim, I/95 - 96, Ibnu Hibbaan, no. 5, Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah, no. 54 - 59, Al-Baihaqi, X/114, dan al-Laalika-i dalam Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, I/83, no. 81, Irwaa-ul Ghaliil, VIII/107 - 109, no. 2455, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah, no. 937, 2735)
Lantas, mungkinkah kelompok-kelompok bid'ah lagi sesat yang mengklaim 'persatuan' dapat bersatu dalam hal ini sementara ini adalah perkara ushul (prinsip agama)?
______

[3]. Ahlus Sunnah menetapkan baik hadits Ahad maupun Mutawatir bisa diterima baik dalam 'aqidah maupun hukum.
Adapun ahlul bid'ah tidak, mereka menolak hadits Ahad dalam 'aqidah karena meyakini hadits tersebut tidak terpercaya meskipun sanad hadits itu shahiih.

Padahal dalam hal ini nash begitu jelas dan gamblang yang menunjukkan baik itu hadits Ahad maupun Mutawatir selama itu shahiih maka dapat diterima baik 'aqidah maupun hukum.

Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :

"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya." (QS. Al-Hasyr [59] : 7)

Lantas, mungkinkah kelompok-kelompok bid'ah lagi sesat yang mengklaim 'persatuan' dapat bersatu dalam hal ini sementara ini adalah perkara ushul (prinsip agama)?
______

Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya...

Ya, jika dikatakan ini adalah 'persatuan' maka benar, ini adalah persatuan namun persatuan yang sifatnya sementara (nisbi) karena tidak dibangun atas dasar al-haq (kebenaran). Mereka inilah seperti yang Allah ﷻ gambarkan di dalam al-Qur-an sebagai persatuan yang semu.
Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :

"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah-belah." (QS. Al-Hasyr [59] : 14)

Semoga kita bukan termasuk orang-orang munafiq yang berusaha mencampuradukkan al-haq dengan kebathilan sebagaimana Allah سبحانه و تعالىٰ terangkan di dalam al-Qur-an.

Allah عز وجل berfirman :

"Janganlah kalian campuradukan antara kebenaran dengan kebathilan, dan jangan kalian sembunyikan yang benar itu padahal kamu mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah [2] : 42)

Rasulullah ﷺ telah mengkhabarkan kepada kita bahwasanya ummat Islam akan berpecah-belah menjadi 73 golongan, namun solusi apa yang beliau ﷺ berikan?

Al-Jawaab :

Dengan mengikuti manhaj (pemahaman) para Shahabat رضي الله تعالىٰ عنهم اجمعين dan menjauhi bid'ah di dalam agama sebab karena bid'ah itulah ummat Islam menjadi berpecah-belah sebagaimana hadits 'Irbadh bin Sariyyah رضي الله تعالىٰ عنه di atas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالىٰ berkata,

"Sesungguhnya Sunnah itu menyertai (identik) dengan persatuan (jama'ah), sebagaimana bid'ah menyertai (identik) dengan perpecahan (furqah), maka disebutlah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sebagaimana disebutkan ahlul bid'ah wal furqah." (Al-Istiqamah, I/42)

'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه berkata,

"Al-Jama'ah (persatuan) adalah jika engkau mengikuti kebenaran, meskipun seorang diri."

(Diriwayatkan oleh Al-Lalika-i dalam Syarh I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, no. 160, dan Ibnu 'Asakir dalam Tarikh Dimasyq, II/322, no. 13)
Syaikh Salim 'Ied al-Hilali حفظه الله تعالىٰ berkata,

"Sesungguhnya mayoritas para da'i dan penyeru Islam, terjebak dalam kesalahan ketika melupakan manhaj ini. Bahkan mereka telah melakukan kesalahan yang sangat fatal ketika berkata,

'Sesungguhnya sekarang ini bukanlah saatnya untuk melaksanakan tashfiyah dan tarbiyah, tetapi sekarang saatnya untuk bersatu dan berkumpul.'

Maka dijawab,

'Bagaimana mungkin kita bisa bersatu sementara perselisihan tetap ada baik dalam masalah ushul (prinsip agama), maupun furu' (cabang agama), sehingga kelemahan dan kemunduran tetap ada di kalangan ummat Islam. Maka obat satu-satunya adalah kembali secara benar kepada Islam yang shahih (benar), atau berdiri tegak di atas manhaj tashfiyah dan tarbiyah sebagaimana yang ajarkan oleh Rasulullah ﷺ.'"

(Bashaair Dzaisy Syaraf Bi Syarh Marwiyaati Manhajis Salaf, hal. 118 - 119)

Persatuan itu penting, namun yang harus di ingat dan diketahui serta dicatat baik-baik adalah persatuan yang di bangun di atas al-haq (kebenaran) dengan 'aqidah dan manhaj yang benar yaitu manhaj Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah bukan berusaha 'menyatukan' semua kelompok sesat menjadi satu sementara hati-hati mereka bercerai-berai.

Syaikh Dr. 'Abdussalam bin Salim as-Suhaimi حفظه الله تعالىٰ berkata,

"Sesungguhnya solusi agar terbebas (selamat) dari perpecahan dan perselisihan adalah (dengan) mengikuti kelompok yang selamat lagi mendapat pertolongan, yaitu al-Jama'ah, mereka adalah orang-orang yang berjalan menempuh manhaj Nabi ﷺ dan para Shahabatnya, tidak berpaling darinya dan tidak pula menyimpang."

Beliau حفظه الله تعالىٰ melanjutkan,

"Sesungguhnya, jalan keselamatan itu adalah mengikuti Salafush Shalih, baik dalam ucapan, perbuatan dan i'tiqad (keyakinan), serta tidak menyelisihi dan menyimpang dari mereka.

Allah عز وجل berfirman :

"Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisaa' [4] : 115)

Maka mengikuti jalan kaum mukminin yaitu para Shahabat رضي الله تعالىٰ عنهم اجمعين dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan para imam yang mendapatkan hidayah, itulah jalan keselamatan." (Kun Salafiyyan 'alal Jaaddah, hal. 99 - 100)

Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq.

✒ Abu 'Aisyah Aziz Arief_

Tidak ada komentar: