عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي اللّه عنه قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم أُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أن لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
"Lihatlah kepada yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian. Sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allāh yang Allāh berikan kepada kalian".
(HR Imām Bukhāri dan Imām Muslim, lafadz ini milik Muslim nomor 5264, versi Syarh Shahih Muslim nomor 2963)
Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Hadits ini mengajarkan kita dalam masalah dunia; hendaknya kita melihat ke bawah.
Bagaimanapun kekurangan yang ada pada diri kita dalam masalah dunia, pasti masih ada orang-orang yang lebih parah daripada kita.
Lihatlah kita sekarang dalam keadaan sehat alhamdulillāh. Kalau kita melihat ke bawah, betapa banyak orang yang sakit, terkapar di tempat tidur tidak bisa bergerak karena sakit, juga orang yang cacat.
⇒Yang lebih parah dari kita lebih banyak. Dan seorangpun kalau diapun sakit masih ada yang lebih parah sakitnya. Senantiasa pasti ada yang lebih menderita daripada apa yang kita rasakan.
Kalau kita selalu melihat ke bawah dalam masalah kesehatan saja, maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan ini memang berat, senantiasa bersyukur bukan perkara yang mudah. Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
"Lihatlah kepada yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian. Sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allāh yang Allāh berikan kepada kalian".
(HR Imām Bukhāri dan Imām Muslim, lafadz ini milik Muslim nomor 5264, versi Syarh Shahih Muslim nomor 2963)
Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Hadits ini mengajarkan kita dalam masalah dunia; hendaknya kita melihat ke bawah.
Bagaimanapun kekurangan yang ada pada diri kita dalam masalah dunia, pasti masih ada orang-orang yang lebih parah daripada kita.
Lihatlah kita sekarang dalam keadaan sehat alhamdulillāh. Kalau kita melihat ke bawah, betapa banyak orang yang sakit, terkapar di tempat tidur tidak bisa bergerak karena sakit, juga orang yang cacat.
⇒Yang lebih parah dari kita lebih banyak. Dan seorangpun kalau diapun sakit masih ada yang lebih parah sakitnya. Senantiasa pasti ada yang lebih menderita daripada apa yang kita rasakan.
Kalau kita selalu melihat ke bawah dalam masalah kesehatan saja, maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan ini memang berat, senantiasa bersyukur bukan perkara yang mudah. Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
"Hanya sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur." (QS Saba': 13)
Kita berdo'a semoga Allāh menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba Allāh yang sedikit tersebut.
Dan diantara hal yang membuat kita senantiasa bersyukur adalah melihat ke bawah dalam masalah dunia.
Demikian juga masalah harta, misalnya kita mungkin punya kendaraan yang mungkin kurang bagus, tetapi masih banyak orang di bawah kita yang kendaraannya lebih jelek daripada kendaraan milik kita.
Dan bisa jadi, masih banyak orang yang hanya memiliki motor atau memiliki sepeda. Bahkan masih banyak orang yang hanya bisa berjalan kaki, tidak memiliki kendaraan sama sekali.
Maka dalam hal dunia kita lihat ke bawah, jangan kita lihat ke atas. Karena dunia kalau lihat ke atas maka tidak akan ada habisnya.
Maka Rasūlullāh melarang untuk melihat ke atas masalah dunia. Dunia tidak akan pernah habisnya, orang yang mencari dunia akan senantiasa haus akan dunia.
Terkadang kita heran tatkala melihat ada seorang sudah tua, umur sudah 60 tahun atau 70 tahun atau bahkan 80 tahun, namun masih sibuk tenggelam dalam dunia, masih memikirkan ini memikirkan anu, kapan dia mau istirahat? Kapan dia mau menikmati dunianya?
Sementara dia terus mencari dunia dan demikian terus kehidupannya.
Mungkin kita heran, tapi dia sendiri tidak heran. Kenapa?
Karena memang tidak ada rasa batas terakhir masalah kepuasan dunia. Seorang kapan mendapatkan sesuatu, maka dia masih akan mencari yang lain lagi.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
Terkadang kita heran tatkala melihat ada seorang sudah tua, umur sudah 60 tahun atau 70 tahun atau bahkan 80 tahun, namun masih sibuk tenggelam dalam dunia, masih memikirkan ini memikirkan anu, kapan dia mau istirahat? Kapan dia mau menikmati dunianya?
Sementara dia terus mencari dunia dan demikian terus kehidupannya.
Mungkin kita heran, tapi dia sendiri tidak heran. Kenapa?
Karena memang tidak ada rasa batas terakhir masalah kepuasan dunia. Seorang kapan mendapatkan sesuatu, maka dia masih akan mencari yang lain lagi.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ
"Seandainya anak Ādam memiliki 2 lembah emas maka dia akan mencari lembah yang ke-3. Dan dia tidak akan berhenti kecuali kalau pasir sudah dimasukkan dalam mulutnya."
(HR Bukhari no. 5956, versi Fathul Bari no 6436 dari shahābat Ibnu 'Abbas)
⇒Kalau sudah meninggal baru dia berhenti.
Dunia itu ibarat air laut yang asin; semakin ditelan maka akan semakin membuat haus seseorang.
Makanya dalam masalah dunia, kita lihat dibawah agar kita senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Berbeda halnya dengan masalah akhirat, masalah akhirat kita lihat ke atas.
Allāh mengajarkan kita untuk semangat dalam masalah akhirat.
Oleh karenanya tatkala kita shalat kita mengatakan :
(HR Bukhari no. 5956, versi Fathul Bari no 6436 dari shahābat Ibnu 'Abbas)
⇒Kalau sudah meninggal baru dia berhenti.
Dunia itu ibarat air laut yang asin; semakin ditelan maka akan semakin membuat haus seseorang.
Makanya dalam masalah dunia, kita lihat dibawah agar kita senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Berbeda halnya dengan masalah akhirat, masalah akhirat kita lihat ke atas.
Allāh mengajarkan kita untuk semangat dalam masalah akhirat.
Oleh karenanya tatkala kita shalat kita mengatakan :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ () صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ ()
"Ya Allāh, tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka."
Siapa? Mereka yaitu nabiyyīn wa shiddiqīn wasy syuhadā wash shālihīn (jalan para Nabi, jalan para orang shidiq, para syuhada dan orang-orang shalih).
Kita disuruh untuk melihat ke atas masalah akhirat senantiasa minta petunjuk mereka, petunjuk jalan yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang hebat-hebat seperti para Nabi, para syuhada, para shalihīn.
Demikian juga Allāh mengatakan:
Siapa? Mereka yaitu nabiyyīn wa shiddiqīn wasy syuhadā wash shālihīn (jalan para Nabi, jalan para orang shidiq, para syuhada dan orang-orang shalih).
Kita disuruh untuk melihat ke atas masalah akhirat senantiasa minta petunjuk mereka, petunjuk jalan yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang hebat-hebat seperti para Nabi, para syuhada, para shalihīn.
Demikian juga Allāh mengatakan:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"Dan untuk yang demikian (masalah surga), maka hendaknya orang-orang yang berlomba, berlomba-lombalah." (QS Al Muthaffifīn: 26)
Dalam masalah surga maka berlomba-lombalah. Kata Allāh :
Dalam masalah surga maka berlomba-lombalah. Kata Allāh :
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Berlomba-lombalah dalam kebaikan (QS Al Baqarah: 148)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
"Berlomba-lombalah untuk meraih ampunan Allāh. Dan berlomba-lombalah untuk segera meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi." (QS Āli 'Imrān: 133)
Dalam masalah kebaikan (agama) maka seorang melihat ke atas sehingga dia tidak merasa puas dengan agama yang dia miliki, dia tidak merasa ujub (merasa bangga).
Bukan sebaliknya, sebaliknya orang masalah dunia lihat ke atas, masalah agama lihat ke bawah. Masalah dunia tidak pernah puas, melihat ke atas terus.
Sudah punya mobil masih melihat tertarik kepada mobil yang mewah, melihat tetangganya, melihat teman-temannya. Masalah agama malah justru lihat ke bawah.
Dia mengatakan: "Ah, alhamdulillāh saya sudah shalat, masih banyak orang yang tidak shalat".
Ya benar, memang masih banyak orang yang tidak shalat, bersyukur kepada Allāh.
Tapi lihat ke atas, agar kau merasa dirimu penuh kekurangan.
Masih banyak orang-orang yang lebih hebat dari engkau sehingga engkau terpacu untuk mencari yang lebih dalam masalah agama.
Karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :
Dalam masalah kebaikan (agama) maka seorang melihat ke atas sehingga dia tidak merasa puas dengan agama yang dia miliki, dia tidak merasa ujub (merasa bangga).
Bukan sebaliknya, sebaliknya orang masalah dunia lihat ke atas, masalah agama lihat ke bawah. Masalah dunia tidak pernah puas, melihat ke atas terus.
Sudah punya mobil masih melihat tertarik kepada mobil yang mewah, melihat tetangganya, melihat teman-temannya. Masalah agama malah justru lihat ke bawah.
Dia mengatakan: "Ah, alhamdulillāh saya sudah shalat, masih banyak orang yang tidak shalat".
Ya benar, memang masih banyak orang yang tidak shalat, bersyukur kepada Allāh.
Tapi lihat ke atas, agar kau merasa dirimu penuh kekurangan.
Masih banyak orang-orang yang lebih hebat dari engkau sehingga engkau terpacu untuk mencari yang lebih dalam masalah agama.
Karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَأَعْلَى الْجَنَّةِ
"Jika engkau minta surga maka mintalah surga Firdaus, surga yang paling tinggi. Karena itulah surga yang paling tinggi." (HR Al Bukhāri)
Rasūlullāh mengajarkan kepada kita untuk memiliki himmah 'āliyah (semangat yang tinggi) di dalam masalah agama dan kita tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki sekarang.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang-orang yang memandang ke bawah tatkala masalah dunia dan menjadikan kita orang-orang yang memandang ke atas dalam masalah agama.
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Al Adab
artikel: BimbinganIslam.com
Rasūlullāh mengajarkan kepada kita untuk memiliki himmah 'āliyah (semangat yang tinggi) di dalam masalah agama dan kita tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki sekarang.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang-orang yang memandang ke bawah tatkala masalah dunia dan menjadikan kita orang-orang yang memandang ke atas dalam masalah agama.
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Al Adab
artikel: BimbinganIslam.com
Tidak ada komentar: