Perbedaan mendasar da'wah Salafiyyah dengan da'wah hizbiyyah

Da'wah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jama'ah senantiasa menegakkan Al-Islam dengan tauhid, menghancurkan berbagai macam bentuk kesyirikan dan bid'ah di dalam agama setelah Allah سبحانه و تعالىٰ sempurnakan. Inilah da'wah para nabi dan rasul sebagaimana telah Allah سبحانه و تعالىٰ terangkan di dalam al-Qur-an.

Allah ﷻ berfirman :

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah (tuhan yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku (Allah), maka beribadahlah kepada-Ku." (QS. Al-Anbiyaa' [21] : 25)

Adapun da'wah hizbiyyah senantiasa menegakkan Al-Islam melalui politik praktis demokrasi yang menyelisihi prinsip da'wah para nabi dan rasul dengan mengabaikan permasalahan tauhid, dan tidak mempedulikan bahaya kesyirikan kepada ummat. Bahkan tidak jarang mereka mencampuradukkan al-haq (kebenaran) dengan kebathilan demi mencari suara dan kursi.
2 jalan

Allah ﷻ berfirman :

"Dan janganlah kalian campuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah [2] : 42)
_______

Da'wah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jama'ah senantiasa mengajak kepada perbaikan dengan tashfiyah dan tarbiyah sebagaimana yang dibawa, diajarkan dan dipahami oleh Rasulullah ﷺ dan para Shahabat رضي الله تعالىٰ عنهم اجمعين.

Adapun da'wah hizbiyyah senantiasa mengajak manusia kepada kelompoknya dengan mengabaikan permasalahan prinsip 'aqidah dan manhaj Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
_______

Da'wah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jama'ah senantiasa menganjurkan untuk tolong-menolong dalam kebajikan dan ketakwaan, mendo'akan kebaikan kepada pemimpin muslim berupa hidayah dan taufiq serta bersabar jika mereka menahan hak-hak kita sebagai rakyatnya.

Allah عز وجل berfirman :

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maa'idah [5] : 2)

Dari 'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata,

Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya, sepeninggalku akan terjadi kesewenang-wenangan dan banyak perkara yang kalian ingkari."

Para Shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan pada kami apabila kami mendapati zaman tersebut?"

Beliau ﷺ menjawab, "Tunaikanlah kewajiban kalian terhadap penguasa dan mintalah hak kalian kepada Allah, karena mereka (para penguasa) akan dituntut tentang kewajiban mereka, dan kalian akan dituntut tentang kewajiban kalian." (Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 3603, 7052, dan Muslim, no. 1843, dan at-Tirmidzi, no. 2195)

Dari Salamah bin Yaziid Al-Ju'fi رضي الله تعالىٰ عنه, ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ,

"Wahai Nabiyallaah, bagaimana pendapatmu jika kami punya amir (pemimpin dimana mereka) meminta haknya dari kami akan tetapi mereka menahan hak kami?"

Maka beliau ﷺ berpaling darinya, dan kemudian ia (Salamah) bertanya kembali dan beliau ﷺ berpaling, sampai hal tersebut terulang dua kali atau tiga kali. Asy'ats bin Qais pun kemudian menarik Salamah رضي الله تعالىٰ عنهما. Maka beliau ﷺ pun menjawab,

"(Hendaklah kalian) dengar dan taati mereka, karena sesungguhnya mereka akan menanggung perbuatan yang telah mereka perbuat, dan atas kalian apa yang kalian perbuat." (Shahiih, HR. Muslim, no. 1846)

Dari Anas bin Malik رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

"Sesungguhnya kalian nanti akan menemui para pemimpin (penguasa) yang tidak memenuhi hak rakyatnya, maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di telagaku nanti." (Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 7057, dan Muslim, no. 1845)

Imam An-Nawawi رحمه الله تعالىٰ ketika mensyarahkan hadits di atas berkata,

"Di dalam (hadits) ini terdapat anjuran untuk mendengar dan taat kepada penguasa, walaupun ia seorang yang zhalim dan sewenang-wenang. Maka berikan haknya (sebagai pemimpin) yaitu berupa ketaatan, tidak keluar ketaatan darinya, dan tidak menggulingkannya.

Bahkan (perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim adalah) dengan sungguh-sungguh lebih mendekatkan diri kepada Allah سبحانه و تعالىٰ supaya Dia menyingkirkan gangguan atau siksaan darinya, menolak kejahatannya, dan agar Allah سبحانه و تعالىٰ memperbaikinya (kembali taat kepada-Nya dengan meninggalkan kezhalimannya)."

(Syarh Shahiih Muslim, XII/232)

Imam Ath-Thahawi رحمه الله تعالىٰ berkata,

"Kami tidak berpendapat bolehnya memberontak terhadap para pemimpin dan penguasa, sekalipun mereka telah berbuat zhalim. Kami juga tidak mendo'akan keburukan atas mereka ataupun membatalkan janji untuk taat kepada mereka. Menurut Kami, ketaatan kepada pemimpin hukumnya wajib karena ia termasuk salah satu bentuk ketaatan kepada Allah سبحانه و تعالىٰ, yakni selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Dan, kami tetap mendo'akan agar mereka diberikan kebaikan dan keselamatan."

(Al-'Aqiidah ath-Thahaawiyyah, hal. 540)

Adapun da'wah hizbiyyah senantiasa memprovokasi kaum muslimin dari kalangan orang-orang awam untuk mencela, menghina dan mencacimaki pemimpin muslim dengan dalih sebuah nasihat, sementara benang merah antara nasihat dengan celaan begitu jelas, terang dan gamblang.
_______

Da'wah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jama'ah senantiasa mengajak kepada persatuan di atas al-haq (kebenaran), dengan 'aqidah dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Allah ﷻ berfirman :

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara." (QS. Ali 'Imraan [3] : 103)

'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه berkata, "Rasulullah ﷺ membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda,

'Ini jalan Allah yang lurus.'

Lalu beliau ﷺ membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian beliau ﷺ bersabda,

'Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru kepadanya.'

Selanjutnya beliau ﷺ membaca firman Allah سبحانه و تعالىٰ :

"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan memcerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.'" (QS. Al-An'aam [6] : 153)

[Shahiih, HR. Ahmad, I/435, 465, ad-Darimi, I/67 - 68, no. 202, al-Hakim, II/318, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 97, As-Sunnah libni Abi 'Ashim, no. 17, Ath-Thayaalisi, no. 244, ath-Thabari dalam Tafsiir-nya, VIII/88, Tafsiir An-Nasaa-i, V/94, no. 194, 8364, VI/343, no. 11174, dan Ibnu Hibbaan, I/180 - 181, no. 6 - 7]

Syaikh Dr. 'Abdussalam bin Salim as-Suhaimi حفظه الله تعالىٰ berkata,

"Sesungguhnya solusi agar terbebas (selamat) dari perpecahan dan perselisihan adalah (dengan) mengikuti kelompok yang selamat lagi mendapat pertolongan, yaitu al-Jama'ah, mereka adalah orang-orang yang berjalan menempuh manhaj Nabi ﷺ dan para Shahabatnya, tidak berpaling darinya dan tidak pula menyimpang."

Beliau حفظه الله تعالىٰ melanjutkan,

"Sesungguhnya, jalan keselamatan itu adalah mengikuti Salafush Shalih, baik dalam ucapan, perbuatan dan i'tiqad (keyakinan), serta tidak menyelisihi dan menyimpang dari mereka.

Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :

"Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisaa' [4] : 115)

Maka mengikuti jalan kaum mukminin yaitu para Shahabat رضي الله تعالىٰ عنهم اجمعين dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan para imam yang mendapatkan hidayah, itulah jalan keselamatan."

(Kun Salafiyyan 'alal Jaaddah, hal. 99 - 100) [Ushulul Iman, hal. 293]

Adapun da'wah hizbiyyah senantiasa mencampuradukkan al-haq dengan kebathilan, meskipun berbeda 'aqidah dan manhaj menurut mereka itu adalah persatuan.

Syaikh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ pernah ditanya :

"Apakah mungkin persatuan itu (akan terwujud) bersamaan dengan berbeda-bedanya manhaj dan 'aqidah?"

Beliau حفظه الله تعالىٰ menjawab :

Persatuan tidak akan terwujud bersamaan dengan (adanya berbagai kelompok) yang memiliki bermacam-macam manhaj dan 'aqidah, sebaik-baik bukti akan hal itu adalah keadaan bangsa Arab sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ, di mana mereka saat itu berpecah-belah dan saling bertengkar, maka setelah mereka masuk Islam dan berada di bawah bendera tauhid, 'aqidah dan manhaj, maka bersatulah mereka, dan berdiri tegaklah daulahnya.

Sungguh Allah سبحانه و تعالىٰ mengingatkan tentang hal itu dengan firman-Nya :

"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali 'Imraan [3] :103)

Dan Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman kepada Nabi-Nya ﷺ :

"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak bisa mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah akan mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Anfal [8] : 63)

Allah عز وجل selama-lamanya tidak akan menyatukan antara hati orang-orang kafir, murtad dan firqah-firqah (kelompok-kelompok) sesat], Allah سبحانه و تعالىٰ hanya menyatukan hati orang-orang mukmin yang bertauhid.

Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman mengenai orang-orang kafir dan munafik yang menyelisihi manhaj Islam dan 'aqidahnya :

"Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah-pelah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak mengerti." (QS. Al-Hasyr [59] : 14)

Dan firman-Nya :

"Dan mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu." (QS. Hud [11] : 118]

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat Rabbmu”, mereka itu ialah orang-orang yang memiliki 'aqidah yang benar dan manhaj yang benar, maka mereka itulah orang-orang yang selamat dari perselisihan dan perpecahan.

Adapun orang-orang yang berusaha menyatukan ummat, padahal 'aqidahnya masih rusak, manhajnya bermacam-macam dan berbeda-beda, maka itu adalah (upaya) yang mustahil terwujud, karena sesungguhnya menyatukan dua hal yang berlawanan itu adalah hal yang mustahil.

Karena tidak bisa menyatukan hati dan menyatukan ummat ini, kecuali kalimat tauhid, yang dimengerti makna-maknanya, diamalkan kandungannya secara lahir dan batin, bukan hanya sekedar mengucapkannya, sedang pada sisi yang lain masih mau menyelisihi apa yang menjadi tuntutannya. Maka sesungguhnya ketika itu kalimat tauhid ini tidak akan ada manfaatnya.

(Al-Ajwibah Al-Mufidah, hal. 93)

Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq.

artikel by Abu 'Aisyah Aziz Arief_

Tidak ada komentar: