Sebelum Menasehati, Rasakanlah baru bicara!

Permasalahan dan kesulitan pasti kita rasakan dan lalui dalam kehidupan ini, disaat ditimpa musibah jalan terbaik yang harus kita lakukan adalah bersabar dan memuhasabah diri, karna bisa saja musibah itu adalah u'qubah (hukuman) dari kesalahan yang kita lakukan.

Saat musibah menimpa, sering kali kita dapati banyak orang yang pandai memberi nasehat, menghibur dan memotivasi mereka yang berduka.

Itu wajar, dan memang seperti inilah seharusnya. Namun, hendaklah sipemberi nasehat atau motivasi merasakan apa yang dirasakan mereka yang bersedih, mendalami keadaan, meresapinya dengan penuh perasaan, sehingga hatilah yang berbicara untuk menyirami jiwa yang bersedih.

Karna penderitaan, kemiskinan, kesengsaraan dan ketakutan takkan ada yang dapat merasakan pahitnya kecuali yang pernah menikmati, sedangkan orang yang tak pernah mengecapnya takkan mengetahui betapa getirnnya kenyataan pahit itu.

(Ibn Hazm/Al akhlak was siyar fi mudawamatin nufus:28)

Oleh karena itu kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh orang yang senasib atau memiliki pengalaman pahit yang sama lebih mudah memasuki hati mereka yang menikmati penderitaan hidup karna musibah yang menimpanya, hal itu karna si pemberi motivasi benar-benar paham hakikat dari apa yang menimpa kita baik kesusahan, kehinaan, ketakutan, kemiskinan, kecacatan, kemalangan, celaan, dan berbagai warna kesedihan lainnya.
Rasakanlah baru bicara

Penderita sakit berat, adakah orang sehat memahami bagaimana ia menahan sakit itu?

Si mandul, mampukah yang punya anak merasakan betapa beratnya hidup tanpa buah hati?

Si cacat, mungkinkah yang sempurna tubuhnya menikmati kekurangan itu?

Yatim piatu, yang hidup dalam asuhan orang tua, apakah dapat mengecap kehilangan kasih sayang ayah dan ibu?

Kemiskinan, adakah orang kaya mengetahui susahnya mendapatkan sesuap nasi setiap harinya?

Kehidupan yang harmonis antara suami istri, dapatkah mereka menyentuh air mata pedihnya perceraian?

Adakah pengusaha sukses mengetahui hancurnya hati karna kegagalan dalam usaha yang telah jaya?

Bisakah mereka yang telah menikah merasakan kemeranaan dan keresahan para bujangan sedangkan umur semakin tua, namun jodoh entah dimana?

Mereka hanya mudah bicara, seandainya musibah dan derita itu terjadi pada mereka entah bagaimana cara mereka menanggapinya!

Tak ada orang yang menguasai seni dalam tersenyum kecuali pemilik mata yang lelah menangis namun tak seorangpun peduli untuk menghapus tetesan dan deraian tinta mata yang menari, dan tidak ada yang bisa diam dengan indah kecuali mereka yang berteriak sekeras-kerasnya meminta belas kasihan, namun tak ada yang mendengarkannya.

Bagi dirimu yang bersedih, bersabar dan teguhkan hati, serta gantungkan harapan hanya kepada Allah taala semata, karna hanya kepada-Nya sajalah kita memohon dan meminta. Dan pahamilah bahwa semua apa yang menimpamu adalah milikmu, kau sendirilah yang menjalani dan menyelesaikannya. Sedangkan mereka yang menyayangimu hanya bisa membantu, kamulah tonggak utama untuk mampu berdiri kokoh menghadapi kenyataan ini.
Tanamkan dalam hati percaya diri dan kesungguhan, tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali sesuai kemampuannya dan untuk menaikkan derajatnya.
Bagi engkau yang peduli pada mereka, pandailah membaca keadaan, bayangkan kau berada diposisi mereka, pilih kata yang tepat dan selalu bangun jiwa mereka semampumu dengan mengharap ridha Allah taala.

Dan ketahuilah kaum muslimin bersaudara, mereka harus saling peduli dan mempedulikan, musibah yang menimpa saudara kita adalah musibah kita juga.

(Rail/Alam takambang jadi guru:...)

Tidak ada komentar: