Semangat belajar tanpa memandang usia

Terkadang kita malas belajar karna umur sudah petang, bayang-bayang waktu yang dilalui condong ke timur meninggalkan tempat terbitnya hari kelahiran, dan tak lama lagi senjapun datang tanda hidup segera tutup mata.

Banyak alasan yang dilemparkan untuk membela diri agar bisa menjauh dari yang namanya belajar, kesibukan mencari nafkah, ingatan yang pudar, pendengaran melemah, mata kabur dan berjuta alasan lainnya menjadi perisai untuk tidak menuntut ilmu, ia tidak sadar bahwa perisai itulah yang menebas leher kejahilan.

Tak jarang sebuah ucapan yang disandarkan kepada Imam Syafii menjadi sebab melemahnya semangat dan menjadi cara berfikir yang mendalam, ucapan itu adalah "belajar di waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu dan belajar di kala tua seperti mengukir di atas air"
Semangat belajar tanpa memandang usia

Rata-rata mereka yang belajar sejak dini akan mengingat apa yang mereka pelajari, karna di usia tersebut hati dan fikiran menerima pelajaran dengan baik kemudian menyimpannya rapi dalam memori.

Sedangkan ucapan kedua, tidak semua orang seperti itu, bagi mereka yang memiliki himmah a'liyah, semangat membara membakar jiwa hingga tubuhnya lelah mengikuti keinginan hati, walaupun begitu tubuh tetap patuh karna hati adalah pemandu seluruh anggota tubuh.

Banyak contoh dari para Ulama besar yang belajar di usia yang tidak muda lagi, seperti Al Fudhail bin Iyadh dan Malik bin Dinar bahkan kedua ulama besar ini dulunya bukanlah orang shaleh, kemudian Allah taala memberikan hidayah hingga mereka belajar dengan sepenuh hati dan mencapai apa yang kita ketahui saat ini.

Seorang Ulama besar bernama Abul Wafa' ibn Aqil yang terkenal dengan kitab al fununnya, memakan roti yang direndam lebih ia sukai dari roti kering karna memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, semangatnya patut kita contoh dalam menuntut ilmu. "Ibn Aqil adalah lautan ilmu, pemilik banyak karya ilmia'h dalam banyak disiplin ilmu" ( Az Zahabi : Siyar A'lam an nubala' : 14/331) Beliau juga dikatakan "salah satu orang hebat yang unggul dizamannya dalam keilmuan dan penghapalan dalil dan unggul dalam kecerdasan" (Az Zahabi/ Mizanul I'tidal fi Naqdir Rijal : 3/146)

Bagaimana semangat Ibn Aqil dalam menuntut ilmu, Ia menyatakan tentang dirinya " tidak pantas rasanya aku menyia-nyiakan waktuku walau sekejap, jika lisanku berhenti untuk bermuzakarah dan munazharah dan mataku tidak lagi mentelaa'h buku, maka aku memfungsikan fikiranku saat istirahat. Dan aku mendapati diriku pada usia delapan puluh tahun ini jauh lebih semangat untuk menuntut llmu dari pada usiaku dua puluh tahun lalu. ( Abdurrahman bin Rajab / Dzailul Thabaqat al Hanabilah : 1/324)

Jika hati berkata jujur maka anggota badan akan bertindak dengan penuh kesetiaan.

Sekitar lima tahun yang lalu Saya menemui seorang yang telah lanjut usianya, kira-kira dua puluh orang anak-anak belajar Alquran darinya. Ia mengisahkan "dulu Aku tak bisa membaca Alquran, aku tak tau shalat, aku tak mengenal alif ba ta, namun aku sadar aku harus belajar, pada saat itu umurku enam puluh tahun, aku belajar sungguh-sungguh dan alhamdulillah Allah memudahkanku. Sekarang di usiaku yang ke enam puluh dua ini, banyak orang tua yang mempercayai anak-anak mereka belajar  Alquran dariku"

Lihatlah, dari usia enam puluh tahun baru mulai belajar alif ba ta, kita sudah punya bekal, apa lagi alasan untuk bermalas-malas?

Ibn Hazm yang terkenal dibidang sastra dengan Thauqul hamamahnya, di bidang fiqih dengan Al Muhallanya, ia juga dikenal dibidang sejarah, tibbun Nabawi, politik dan lain-lain. Ia mulai belajar agama pada usia dua puluh enam tahun, tapi semangatnya mengalahkan keadaan hingga menjadi ulama besar dizamannya.

Seorang Ulama kenamaan belajar qiraat sepuluh dari Ibn Al Baqilany, pada waktu itu umurnya sudah delapan puluh tahun, Imam Az Zahaby berkata "Fanzhur ila hadzihil himmatil a'liyah" perhatikanlah semangat yang menjulang ini!" (Az Zahaby / Siyar A'lam An nubala' : 15/462) Ulama yang disebutkan Az Zahabi adalah Abul Faraj Abdurrahman ibn A'li yang Masyhur dengan sebutan Ibnul Jauzi pengarang Shifatus Shafwah.

Bagaimana dengan kita?

(Rail / Nilai sebuah impian :...)

Tidak ada komentar: