Orang Indonesia Banyak yang gagal paham tentang Wahhabi

Wahhabi dalam penulisan barat mempunyai banyak uraian, semuanya menjurus pada aliran Islam yang berpegang kepada nash Al Quran dan hadist secara literal dan enggan melihat tafsiran yang lebih modern atau yang agak western influence. Sebagian lagi melihat Wahhabi sebagai aliran yang menganggap hanya merekalah yang benar, identik dengan unsur-unsur padang pasir.

Di Indonesia Wahabi disebut dengan golongan dalam pemahaman Islam, yang suka memvonis bida'h dan syirik pemahaman lain, laki-lakinya berjenggot dan celana setengah betis dan bercadar wanitanya.

Konon kata Wahhabi diambil dari nama pembawa pemikiran ini yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab yang terkenal dengan kitabnya Ushulus tsalasah dan kitabut tauhid.
Orang Indonesia Banyak yang gagal paham tentang Wahhabi

Cahaya baru di tengah-tengah padang pasir itu pada tahun 1116 H/1704 M, yaitu 12 abad setelah tiadanya Nabi dengan lahirnya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, guru besar ajaran Wahhabi yang masyhur. Kembali pada ajaran Rasul Shalallahu alaihi wasallam yang asli adalah dasar pengajarannya. Tauhid yang khalis, yang tidak bercampur dengan syirik sedikit juga, kesanalah semua umat harus pulang agar selamat dunia akhirat. (Hamka/ Sejarah umat Islam : 289)

Di dalam Islam telah datang Muhammad bin Abdul Wahhab dan Sayyid Jamaluddin Al Afgany, pemikir dan pejuang yang menyeru kepada jalan yang telah dibawa Nabi Muhammad juga. Tidaklah cukup kitab untuk memaparkan jasa masing-masing dari pejuang itu. (Hamka/Lembaga hidup :377)

Seperti itulah pujian Hamka Mantan Ketua MUI dan Ketua Umum Muhammadiyah terhadap yang tertuduh ekstrim itu, jasanya sangatlah banyak untuk umat ini.

Kaum Wahhabi menyebut diri mereka Salafi, Ustadz kenamaan Aswaja Abdul Somad yang mana bintangnya sedang bercahaya beberapa tahun terakhir ini, menyebutkan permasalahan ini dalam kitabnya 37 masalah populer di masalah yang ke 36. Disana disebutkan pendapat-pendapat ulama yang kontra salafi dan dapat dipahami bahwa salafi wahabi adalah jamaah sesat dan fitnah bagi umat islam. (Silahkan baca 37 Masalah Populer : 216-227)

Lalu bagaimanakah perkembangannya di Indonesia?

Ahli sejarah Melayu Buya Hamka berkata "menurut perhitungan sejarah, pembaharuan paham Islam di Indonesia ini dalam rangka kebangunan Dunia Islam umumnya dimulai pertama kali di Minangkabau. Yaitu kembalinya tiga orang haji dari Mekkah : Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang sekitar tahun 1803. Faham-faham dan ajaran agama yang terpengaruh oleh ajaran tuan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang lebih terkenal dengan sebutan Wahhabi, inilah yang mereka sebarkan di Minangkabau. (Hamka/ Islam dan adat Minangkabau : 181)

Pemahaman itu pulalah yang dipegang oleh Pahlawan Indonesia Tuanku Imam Bonjol. Setelah benteng Bonjol dikalahkan pada abad ke 19 maka lahirlah di abad 20 di Minangkabau dakwah pembaharuan kedua oleh murid-murid Ahmad Khatib yaitu Syekh Abdullah Ahmad, M. Jamil Jambek, Abdul Karim Amrullah dan Muhammad Thaib, sedangkan di Jawa atau Jogja muncul pula KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, di Malaysia Syaikh Taher Jalaluddin Al Azhari, di Langkat Haji Muhammad Nur yang menjadi Mufti di sana, Syeikh Hasan Ma'shum di Deli dan Binjai, di Selanggor Syaikh Muhammad Shaleh, Mufti Perak, Haji Muhammad Simabur yang semuanya dituduh Wahhabi.

Hamka menuturkan : Wahhabi adalah permulaan kebangkitan bangsa Arab, setelah jatuh pamornya karena serangan Bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad. Wahhabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa penjajah, karena apabila ia masuk kesuatu negri, ia akan mengembangkan mata penduduknya menantang penjajah. Sebab paham Wahhabi ialah meneguhkan kembali ajaran tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik. Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah taala. Wahhabi adalah menentang keras kepada jumud, yaitu memahami agama dengan beku, orang harus kembali kepada Al quran dan al hadist.

Sekarang Wahhabi dijadikan kembali sebagai alat untuk menekan semangat kesadaran Islam oleh beberapa golongan tertentu, yang bukan surut ke belakang di Indonesia, melainkan kian maju dan tersiar. Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran Wahhabi, melainkan "nama Wahhabi" (Hamka/Dari perbendaharaaan lama : 216)

Walaupun banyak tuduhan negatif diberikan untuk penganut paham Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini, dakwahnya tetap jalan dan semakin dirasakan manfaatnya. Seperti yang dinyatakan Hamka : Negeri-negeri Melayu mulai merasakan kebangkitan baru dari Islam karena masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum Wahhabi. (Hamka/Sejarah umat Islam : 521)

Penamaan Wahhabi, kehormatan atau penghinaan?

Dulu banyak orang atau organisasi yang bangga jika dkaitkan dengan Wahhabi, termasuk Muhammadiyah. (Hamka/ Muhammadiyah melalui tiga zaman : 108)

Dr. Abdul Karim Amrullah -ayah Hamka- dan kawan-kawan awalnya merasa resah dengan sebutan Wahhabi itu, namun lama-kelamaan merekapun bangga dengan nama yang disematkan pada mereka itu, sebagaimana yang dijelaskan Hamka dalam bukunya "Ayahku".

Namun, sekarang citra Wahhabi di dunia Islam dan dunia secara umum begitu buruk. Ini diantaranya dikaitkan dengan kebiasaan kerajaan Arab Saudi, hukum yang diterapkan di negara itu, aliansi pemerintah Saudi dengan Amerika Serikat, suksesnya kampanye anti-arab, pengaitan Wahabisme dengan terorisme. Akibat dari isu-isu tersebut banyak umat Islam yang tidak mau disebut Wahabi, termasuk beberapa orang Muhammadiyah. (Ahmad Najib Burhani/ Muhammadiyah berkemajuan : 35)

Pada abad ke-19, Kerajaan Turki menyuruh penguasa Negri Mesir memerangi penganut paham Wahhabi di Tanah Arab. Untuk ini, dibuat propaganda di seluruh dunia Islam bahwa Wahhabi telah keluar daris garis Islam yang benar, sehingga sisa dakinya sampai sekarang masih bersarang dalam otak golongan tua dalam Islam. (Hamka/ Tafsir Al Azhar : l/503-504)

Apa saja ajaran Wahhabi yang ditentang Masyarakat itu?

Dalam aqidah asma' wa sifat mereka menolak takwil, hal ini bertentangan dengan aqidah a'sary.

Pemahaman mereka adalah sebagaimana yang disampaikan Nuaim bin Hammad al-Khuza'i guru Imam Bukhari "barang siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, dan siapa yang tidak mau percaya akan sifat Allah yang telah dijelaskan-Nya sendiri tentang diri-Nya, diapun kafir" (Hamka / Tafsir Al Azhar : lll/438)

Diantara Ulama mutaakkhirin yang keras menganut paham salaf ini adalah Ibn Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim, pada zaman terakhir adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan terakhir sekali Sayyid Rasyid Ridha. Ibn Taimiyah sampai dituduh oleh musuh-musuhnya berpaham "mujassimah" (mensifatkan Allah bertubuh) karena kerasnya mempertahankan paham ini. (Silahkan rujuk, 1001 Soal Kehidupan karya Hamka)

Melarang taklid, tidak membenarkan tawasul dengan orang mati, tidak membenarkan sifat ghuluw terhdap Nabi dan orang-orang shaleh, mengingkari ibadah tanpa dalil.

Bagaimana pandangan terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab sebenarnya?

Dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab semata-mata hanya dakwah islamiyah dan dakwah salafiyah yang berjalan diatas manhaj salafus shalih, dan apa-apa yang bertentangan dengan salaf hanyalah tuduhan semata. (Dr. Nashir bin Abdul Karim/ Islamiyah la Wahhabiyah : 59)

Lalu mengapa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dituduh dengan hal yang buruk?

Sesungguhnya keburukan yang menimpa muslimin adalah berani memvonis tanpa meneliti terlebih dahulu, melemparkan tuduhan keji kepada orang-orang mulia tanpa mempelajari dan mencari bukti. Dan sifat tercela ini juga merambah kepada kaum terpelajar sampai-sampai mereka ikut orang awam dalam setiap keburukan. (Muhammad Hamid al Faqy/ Atsaru da'wah wahhabiyah: Muqaddimah, 2)

Sesungguhnya apa-apa yang dituduhkan musuh Beliau tidak akan ditemukan dalam karangannya yang begitu banyak. (Muhammad bin Saad As Syuwai'ir / Tashih akta' tarikhy haula al wahabiyah : 82)

Dan tuduhan-tuduhan itu tentu tidak akan didapati bukti nyatanya dalam sejarah, tidak pula di zaman ini.

Para pembenci dakwah Beliau bahkan menuduhnya "mengaku nabi, sebagai khawarij, mudah mengkafirkan kaum muslimin, memusuhi Rasulullah, mengingkari karamah para wali dan tuduhan lainnya. ( Ahmad bin Abdul Aziz / Dakwah Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab : 262)

Kita kembali ke penyebutan Salafi dengan Wahhabi, pantaskah?

Banyak orang Salafi yang tidak terima dengan penamaan ini, padahal nama itu bisa dikatakan mau tidak mau melekat pada mereka. Memang bukan mereka yang menamai diri mereka, tapi dengan itulah mereka disebut orang. Seperti penamaan "Khawarij" dan "Jamaa'h kompor" apakah itu dari mereka?

Dr. Abdul Karim Amrullah peraih gelar doktor kehormatan pertama dari Universitas Al Azhar disebut Wahhabi, muridnya Rahmah el Yunusiah peraih gelar Doktor dan Syaikhah (Guru besar) kehormatan satu-satunya dari Universitas Al Azhar pun sama, Pahlawan Indonesia Tuanku Imam Bonjol, Hamka peraih tiga Doktor Kehormatan dari tiga negara Islam juga dituduh Wahhabi, KH. Ahmad Dahlan pun begitu, Dr. Muhammad Asri bin Zainul Abidin Mufti Perlis juga disebut Wahhabi.

Kalaulah Wahhabi adalah orang-orang yang diakui ilmunya, yang telah meraih gelar kehormatan, menjadi ketua MUI, guru besar, pendiri organisasi islam terbesar di Indonesia, Pahlawan Nasional dan Mufti sebuah negri maka sebutlah kami Wahhabi.

Jika Wahhabi adalah seperti yang dipahami Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim dan diteruskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan yang mengikuti mereka maka sebutan Wahhabi pantaslah menjadi kebanggaan bagi kami (penulis). Sebagaimana kebanggaan yang dirasakan Dr. Haka, Prof. Hamka dan Muhammadiyah dulunya.

Dan semua tuduhan buruk terhadap dakwah Salafi yang mereka sebut kaum Sawah (Salafi Wahhabi) itu biarlah berlalu seperti gumpalan debu yang menghalangi jalan kami, tapi jalan kami takkan pernah terhenti.

Namun, tidak pula kami menyalahkan Salafi yang tidak terima dengan nama ini, karna memang nama itu bukan dari Salafi.

Dan kami juga tidak menafikan ada kemungkinan salah pada Salafi atau Wahhabi menurut nama yang mereka berikan itu, karna setiap kita wajib mencari kebenaran sesuai kesanggupan masing-masing.

(Rail / al - munir : ...)

Tidak ada komentar: