Bayarlah Hutang Jangan Sampai Dibawa Mati

Bismillah.

Ada beberapa kawan dan bahkan keluarga yang saya kenal berhutang harta. Dan - setahu saya - berusaha keras membayarnya.

Namun ada saja penagih yang sampai tega berkata macam-macam, menghinai, bahkan menambahi macam-macam kata dan kondisi yang menyalahi 'aqad hutang-piutangnya.

Dan sampai pula zalim tega mengaitkan pula ke mana-mana.

Kedengkian, atau nafsu, atau kekurangpengetahuan, atau godaan lupa, atau semua ini, dll., mungkin menjadikan Setan mudah meraja di hatinya. Sementara yang berhutang, tak lari dari kewajibannya.

Bayarlah Hutang Jangan Sampai Dibawa Mati

Tentu lain perkaranya, jika yang ditagihi adalah orang jahat, pengemplang, tak menjaga kehormatan amanah. Bahkan melarikan diri dari tanggungjawab hutangnya. Maka ia pun pantas diperkarakan sesuai Hukum. Dengan tetap berlandaskan kasih-sayang, dan keadilan. Sesuai syari'ah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Semoga Allah memberikan petunjuk, taufiq, hidayah, dan inayahNya, untuk kita semua. Aamiiin.

Apapun juga, bagi yang berhutang dan menghutangi, sudilah juga kiranya mengingat ini:

"Apabila seseorang menghutangi orang lain maka janganlah mengambil suatu kelebihan (komisi)." (HR. Ahmad)

Rosululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - memutuskan untuk mendahulukan penyelesaian hutang sebelum melaksanakan wasiat. (HR. Al Hakim)

Keterangan: Hadits ini merupakan petunjuk bagaimana tata urutan menunaikan harta warisan ketika seseorang meninggal dunia. Maka yang pertama adalah pembayaran hutang, lalu menunaikan wasiat, kemudian baru sisa harta warisan yang ada dibagikan kepada ahli waris.

"Berhati-hatilah dalam berhutang. Sesungguhnya berhutang itu adalah suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) di siang hari." (HR. Ibnu Babawih dan Al-Baihaqi)

"Hutang adalah bendera Allah di muka Bumi. Apabila Allah hendak menghinakan seorang hamba maka diikatkan ke lehernya." (HR. Ahmad dan Al Hakim)

"Orang kaya yang menunda-nunda (mengulur-ulurkan waktu) pembayaran hutangnya adalah kezaliman." (HR. Bukhari)

"Ruh seorang Mu'min masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di dunia dilunasi." (HR. Ahmad)

"Jangan menimbulkan ketakutan pada dirimu sendiri sesudah terasa olehmu keamanan (ketentraman)." Para Sahabat Nabi bertanya, “Apa yang menimbulkan ketakutan itu, ya Rosululloh?” Beliau - shollollohu 'alaihi wasallam - menjawab, “Hutang.” (HR. Ahmad)

"Yang sebaik-baiknya dari kamu adalah yang paling baik dalam membayar hutangnya." (HR. Bukhari)

"Seorang hamba Muslim yang membayarkan hutang saudaranya, maka Allah akan melepaskan ikatan penggadaiannya pada Hari Kiamat." (HR. Mashabih Assunnah)

"Waspadalah dan hindarilah do’a orang yang dalam kesulitan untuk membayar kembali hutangnya." (HR. Ad-Dailami)

"Berlakulah lunak dan saling mengasihi. Hendaklah kamu saling mengalah terhadap yang lain. Apabila orang yang punya hak mengetahui kebaikan yang akan diperolehnya disebabkan menunda tuntutannya atas haknya pasti orang yang punya tuntutan atas haknya akan lari menjauhi orang yang dituntutnya." (HR. Bukhari)

Allah Subhanahu Wa Ta'aala berfirman:

๐ŸŒบ ุงِู†َّู…َุง ุงู„ุตَّุฏَู‚ٰุชُ ู„ِู„ْูُู‚َุฑَุงุٓกِ ูˆَุงู„ْู…َุณٰูƒِูŠْู†ِ ูˆَุงู„ْุนٰู…ِู„ِูŠْู†َ ุนَู„َูŠْู‡َุง ูˆَุงู„ْู…ُุคَู„َّู€ูَุฉِ ู‚ُู„ُูˆْุจُู‡ُู…ْ ูˆَูِู‰ ุงู„ุฑِّู‚َุงุจِ ูˆَุงู„ْุบٰุฑِู…ِูŠْู†َ ูˆَูِูŠْ ุณَุจِูŠْู„ِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ูˆَุงุจْู†ِ ุงู„ุณَّุจِูŠْู„ِ ؕ ูَุฑِูŠْุถَุฉً ู…ِّู†َ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ؕ ูˆَุงู„ู„ّٰู‡ُ ุนَู„ِูŠْู…ٌ ุญَูƒِูŠْู…ٌ
"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS. At-Taubah: Ayat 60)

Firman Allah dalam Surah At Taubah ayat 60 itu, in syaa Allah bermaksud:

“Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanya untuk orang-orang fakir dan orang-orang miskin dan amil-amil dan muallaf yang dijinakkan hati-hati mereka dan hamba-hamba yang hendak memerdekakan dan orang-orang berhutang dan untuk (dibelanjakan pada jalan Allah dan orang-orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan”.

Fakir (al Fuqara) – adalah orang yang tiada harta pendapatan yang mencukupi untuknya dan keperluannya. Tidak mempunyai keluarga untuk mencukupkan nafkahnya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

Miskin (al-Masakin) – mempunyai kemampuan usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya akan tetapi tidak mencukupi sepenuhnya seperti ia memerlukan sejumlah harta tetapi hanya memperoleh kurang darinya.

1. Amil – orang yang dilantik untuk memungut dan menyalurkan uang zakat.

2. Muallaf – seseorang yang baru memeluk agama Islam.

3. Riqab – seseorang yang terbelenggu dan tiada kebebasan diri.

4. Gharimin – penghutang muslim yang tidak mempunyai sumber untuk membayar hutang yang diharuskan oleh syari'ah pada perkara asasi untuk diri dan tanggungjawab yang wajib atasnya.

5. Fi Sabilillah – orang yang berjuang, berusaha dan melakukan aktivitas untuk menegakkan dan meninggikan agama Allah.

6. Ibnus Sabil – musafir yang kehabisan bekalan dalam perjalanan atau semasa perjalanan dari negaranya yang mendatangkan hal yang baik kepada Islam dan umatnya atau orang Islam yang tiada perbekalan di perjalanan.

Demikian. Wallohua'lam. Walhamdulillah. Wastaghfirulloh.

Abu Taqi Mayestino

Tidak ada komentar: