Imam Mazhab: Berusahalah kembali ke ajaran Salaful sholih

Pesan Para Imaam Madzhab Agar Kembali Sedapat Mungkin Ke Ajaran Kaum Salafush Sholih Sesuai Al Qur'aan dan As Sunnah
Bismillaah.

Seseorang yang mengaku sebagai Muslim, amat pantas, bahkan harus mengikuti semurni mungkin ajaran Rosuululloh Muhammad shollollohu 'alaihi wa sallaam, dan kaum Salafush Sholih (kaum Pendahulu Yang Salih). Yakni seluruh 124.000 nabi dan rosul sejak awal jaman dan para muridnya, khususnya ajaran Rosuululloh Muhammmad shollollohu 'alaihi wa sallaam, dan tiga (3) generasi pertama murid beliau yakni: kaum generasi Shahabah Nabi, generasi Tabi'iin, dan generasi Tabi'ut Tabi'iin; tiga generasi pertama kaum Muslimiin.

Berusahalah kembali ke ajaran Salaful sholih

Karena MEREKA DIJAMIN ALLAH, kebenaran cara hidupnya, keselamatannya. Dan ditetapkan menjadi teladan Muslimiin.

Simaklah Hadits, dari Imraan bin Hushain rodhiyollohu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rosuululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallaam - bersabda:

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (kaum Shahabah Nabi). Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya, kaum Tabi'iin), lalu orang-orang yang setelah mereka (kaum Tabi'ut Tabi'iib.” (Shohih Al-Bukhori, no. 3650)

Merekalah orang-orang yang yang paling benar , paling baik, paling selamat, dan paling dalam pengetahuannya dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi, dan disebut sebagai: "as-Salafu ash-Sholih".

Adapun soal keberadaan berbagai Madzhab, maka berbagai Madzhab ini barulah ada di generasi keempat dan kelima Muslimiin, dan seterusnya. Merupakan hasil pendapat para Imaam, yang berusaha menetapkan hal-hal dengan mengacu kepada ajaran kaum Salafush Sholih sebelumnya, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Ingatlah pula, karenanya, perkataan berharga dari Imaam Madzhab Hanafiyyaah, yakni Imaam Abu Hanifah dan muridnya Abu Yusuf, beliau berkata:

لاَ يَحِلُّ لأَِحَدٍ أَنْ يَقُوْلَ بِقَوْلِنَا حَتَّى يَعْلَمُ مِنْ أَيْنَ قُلْنَاهُ
"Tidak boleh bagi seorang pun mengambil perkataan kami sampai ia mengetahui dari mana kami mengambil perkataan tersebut (artinya sampai diketahui dalil yang jelas dari Al Quran dan Hadits Nabawi)."

Dari Imaam Madzhab Malikiyyaah, yakni Imam Malik, beliau berkata:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِىءُ وَأُصِيْبُ فَانْظُرُوا فِي قَوْلِي فَكُلُّ مَا وَافَقَ الكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوْا بِهِ وَمَا لَمْ يُوَافِقْ االكِتَابَ وَالسُّنَّةّ فَاتْرُكُوْهُ
"Sesungguhnya aku hanyalah manusia yang bisa keliru dan benar. Lihatlah setiap perkataanku, jika itu mencocoki Al Qur’an dan Hadits Nabawi, maka ambillah. Sedangkan jika itu tidak mencocoki Al Qur’an dan Hadits Nabawi, maka tinggalkanlah."

Imaam Abu Hanifah 'pendiri' Madzhab Hanafiyyaah dan Imaam Asy Syafi’i 'pendiri' Madzhab Syafi'iyyaah berkata:

إِذَا صَحَّ الحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِي
"Jika hadits itu shohih, itulah pendapatku."

Dan Imaam Asy Syafi’i berkata:

إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي
"Jika terdapat hadits yang shohih, maka lemparlah pendapatku ke dinding. Jika engkau melihat hujjah diletakkan di atas jalan, maka itulah pendapatku."

Imam Ahmad bin Hanbal 'pendiri' Madzhab Hanbaliyyaah berkata:

مَنْ رَدَّ حَدِيْثَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ عَلَى شَفَا هَلَكَةٍ
"Barangsiapa yang menolak hadits Rosuululloh shollollohu ‘alaihi wa sallam, maka ia berarti telah berada dalam jurang kebinasaan."

Alhamdulillaah. Wallohua'lam. Wa laa ilaa ha illallaah. Wallohu akbar!

Abu Taqi Mayestino

Tidak ada komentar: