Keluarga Kami Dulu Diincar PKI

Keluarga Nauman Djamil Datuk Mangkuto Ameh, salah satu leluhur kami dari sisi trah Minangkabau, yang saat itu anti PKI dan Wakil Gubernur Riau di masa-masa Pemberontakan PKI ketiga di tahun 1965, dulu juga diincar, ditandai PKI.

Bahkan satu malam, saat beliau sakit, di masa-masa pemberontakan PKI ketiga tahun 1965 itu, para penjaga, sahabat, dan kerabat keluarga kami melihat di ujung jalan rumah kami di jalan Gajah Mada, Pekanbaru, ada Truk berisikan banyak orang, berhenti. Lalu ada beberapa orang turun. Cepat-cepat para penjaga memberitahu pak Datuk, dan menukar pak Datuk dengan seseorang di tempat tidurnya.

Keluarga Kami Dulu Diincar PKI

Benar, mereka lalu masuk ke halaman rumah. Dan saat ditanya hendak perlu apa malam-malam datang, mereka berkata hendak membezuuk pak Datuk. Namun ternyata mereka juga membawa senjata tajam setelah diperiksa. Maka mereka diminta meninggalkan senjata tajamnya di luar rumah. Dan mereka pun diperbolehkan masuk ke rumah dan kamar pak Datuk bersama para sahabat dan penjaga rumah itu.

Herannya, mereka rupanya tidak tahu bahwa yang di kamar atau di tempat tidur itu, bukanlah pak Datuk. Sementara pak Datuk ada di sana menyaksikan ini, berdiri, tak jauh dari tempat tidur 'si sakit' itu.

Setelah berbasa-basi sebentar, mereka pun lantas pergi.

Dan setelahnya, kerabat diamankan, dan penjagaan diperketat.

Di Jawa Timur, adik ipar pak Datuk, adik dari nenek kami H. Sotina Tianor, yakni Ir. H. Sotion Ardjanggi, yang saat itu adalah Direktur P.T. Semen Gresik (*) juga diincar di rumahnya, di Jl. Awikoen, Kompleks Semen Gresik, Gresik.

(*) Pak Sotion di kemudian hari selain menjadi Direktur P. T. Pusri, Dirjen Aneka Industri Kabinet Pembangunan IV, anggota DPR, MPR, dll., juga adalah mertua dari Prof. DR. H. Dien Samsudien, yang juga dikenal sebagai mantan Ketua Umum PP "Muhammadiyah" dan Ketum MUI Pusat, salah seorang 'ulama senior, dll.

Ibu saya dan kerabatnya yang saat itu di sana, di rumah Awikoen, melihat orang-orang yang tak dikenal mengintai dari pepohonan. Maka kerabat pun lebih diamankan, dan penjagaan pun diperketat pula.

Alhamdulillaah sampai masa-masa PKI diperangi, dilarang Tap MPR RI, usaha ini semua tak pernah berhasil.

Demikianlah cerita keluarga kami, dikisahkan, diingatkan di antara kami, turun-temurun.

Kini, meniliki segala keadaan, kiranya waspadalah.

Kini kiranya, kader Neo mereka pun tak hanya sendirian. Para Munafiquun, Kafiruun, Syi'ah, dkk. terbukti bersama mereka di berbagai belahan dunia. 'Iraq, Suriah, Yaman, Libanon, setidaknya, adalah contoh nyata. Belum lagi persekutuan pragmatis mereka dengan kaum lainnya.

Berbagai Bisyaroh (pemberitahuan akan masa depan) dari Hadits, juga mengisyaratkan hal-hal yang pantas diwaspadai kaum beriman. Dan memang satu per satu terjadi.

Dan tentu saja kekayaan alam Nusantara Indonesia tak mungkin diabaikan oleh mereka, kaum yang serakah keduniawian. Dan menghalalkan segala cara. Kaum yang tidak percaya akan Kehidupan Akhirah, Surga, dan Neraka.

Dan sungguh, ingatlah, ini memanglah Masa-masa Akhir Jaman.

Keangkaramurkaan pasti datang, dan tentu dilawan oleh kaum yang beriman.

Puncaknya, bersama Rosuululloh 'Isa (Esau, Yeshua) bin Maryaam Al Masih - 'alaihis salaam - dan Al Imaam Al Mahdi, kaum yang beriman pewaris ajaran 124.000 nabi dan rosul Tauhiid sejak awal jaman pasti - in syaa Allah, sesuai janjiNya - memenangkannya. Dan juga menyelamatkan, menyejahterakan, menenteramkan seluruh makhluk dunia di masa puncak Akhir Jaman.

Sampai masa Kehidupan berikutnya.

Fa bi ayyi 'alaa'i Robbikuma tukadzibaan?

Alhamdulillaah.

Abu Taqi Mayestino (A. Machicky Mayestino Triono Soendoro)

Tidak ada komentar: