Membantah Istilah Wahabi Dan Konotasi Buruknya

PERNYATAAN DARI para ustadz di PAGI FB (Perkumpulan Administrator Grup Islam FB): 🌍 SEKELUMIT BANTAHAN ISTILAH DAN KONOTASI BURUK BOHONG 'WAHHABI' DARI BEBERAPA 'ULAMA DAN TOKOH SERTA ORGANISASI DUNIA DAN LAIN-LAIN 📚🌺

Bismillahirrohmaanirrohiim.

🔹 (A) PERNYATAAN BANTAHAN PARA 'ULAMA DAN TOKOH DUNIA

1. Syaikh Mas’ud An-Nadawy dari India berkata:

“Sesungguhnya adalah kebohongan yang amat nyata yang dituduhkan terhadap dakwah Islam dari Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab, penamaannya dengan 'Wahhabi', tetapi bahkan orang-orang yang rakus berusaha mempolitisir nama tersebut (menjadi) sebagai agama di luar Islam.

Lalu Inggris dan Turki (*) serta Mesir (+) bersatu untuk menjadikannya sebagai lambang yang menakutkan, yang mana setiap muncul kebangkitan Islam di berbagai negeri, lalu orang-orang Eropa melihat akan membahayakan mereka, mereka lalu menghubungkannya dengan 'Wahhabi', sekalipun keduanya saling bertentangan.”

(Muhammad bin Abdul 'Wahhab Mushlih Mazhluum, hal: 165)

(*) Turki di masa Sekuler di bawah rezim Kemal Ataturk.
(+) Mesir saat dijajah Inggris.

2. Syaikh Muhammad Syukri Al 'Alusy berkata, setelah beliau menyebutkan berbagai tuduhan bohong yang disebarkan oleh musuh-musuh terhadap dakwah Tauhid dan pengikutnya:

“Seluruh tuduhan tersebut adalah kebohongan, fitnah dan dusta semata dari musuh-musuh mereka, dari golongan pelaku bid’ah dan kesesatan, bahkan kenyataannya seluruh perkataan dan perbuatan serta buku-buku mereka menyanggah tuduhan itu semua.”

(al Alusy, Tarikh Nejd, hal: 40). Beliau adalah 'ulama besar Ahlus Sunnah 'Iraq.

3. Begitu pula Raja 'Abdul 'Aziz dalam sebuah pidato yang beliau sampaikan di kota Makkah di hadapan jamaah haji tanggal 11 Mei 1929 M dengan judul “Inilah 'Aqidah Kami”:

"Mereka menamakan kami sebagai orang-orang 'Wahhabi', mereka menamakan madzhab kami 'Wahhabi', dengan anggapan ini adalah madzhab khusus.

Ini adalah kesalahan yang amat keji, muncul dari isu-isu bohong yang disebarkan oleh orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu (yang buruk), dan kami bukanlah pengikut madzhab dan 'aqiidah baru.

Muhammad bin 'Abdul Wahhab tidaklah membawakan sesuatu yang baru. 'Aqiidah kami adalah 'aqiidah kaum Salafush Sholih (kaum Pendahulu Yang Salih), yaitu yang terdapat dalam kitab Allah dan Sunnah Rosul-Nya, serta apa yang menjadi pegangan kaum Salafush Sholih.

Kami memuliakan Imam-imam Yang Empat, kami tidak membeda-bedakan antara Imam-imam Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Abu Hanifah. Seluruh mereka adalah orang-orang yang dihormati, dalam pandangan kami. Sekalipun kami dalam masalah (Madzhab) Fiqh berpegang dengan Madzhab (Fiqh) Hambaly.”

(al Wajiz fi Sirah Malik 'Abdul 'Aziz, hal: 216)

4. Syaikh/Buya Prof. DR. HAMKA, Ketua Umum yang pertama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), seorang tokoh 'ulama dari unsur Organisasi Islam RI tertua yang masih ada yakni "Muhammadiyah" (aktif sejak tahun 1912 di D. I. Yogyakarta), seorang pejuang kemerdekaan RI yang juga pujangga nasional, menulis dalam bukunya yang berjudul "Dari Perbendaharaan Lama":

Di Minangkabau timbullah gerakan yang dinamai “Kaum Muda.”

Di Jawa datanglah K. H. Ahmad Dahlan dan Syekh Ahmad Soorkati (Syaikh Ahmad Surkati Al Anshori - Red.). K. H. Ahmad Dahlan mendirikan “Muhammadiyah.”

Syekh Ahmad Soorkati dapat membangun semangat baru dalam kalangan orang-orang Arab.

Ketika dia mulai datang, orang Arab belum pecah menjadi dua, yaitu Ar Rabithah 'Alawiyyaah (kelompok yang mengklaim dirinya adalah keturunan 'Alawiyyiin/Ali bin Abi Tholib RA seperti kaum Habib, Sayyid, Syarif. - Red.), dan Al-'Irsyad (kaum Masyaikh, Arab yang non-'Alawiyyiin). Bahkan yang mendatangkan Syekh itu ke mari (tadinya) adalah dari kalangan yang kemudiannya membentuk Ar-Rabithah Alawiyyaah.

Musuhnya dalam kalangan Islam sendiri, pertama ialah Kerajaan Turki. Kedua Kerajaan Syarif (yang mengaku sebagai keturunan Nabi/Ahlul Bait. - Red.) di Mekkah, ketiga Kerajaan Mesir. 'Ulama-ulama pengambil muka mengarang buku-buku buat “mengafirkan” Wahabi.

Bahkan ada di kalangan 'Ulama itu yang sampai hati mengarang buku mengatakan bahwa Muhammad bin 'Abdul Wahhab pendiri faham ini adalah keturunan (dari) Musailamah Al Kahzab (Sang Pembohong di masa pemerintahan Khulafahur Rosyidiin para Shahabah Nabi, padahal sesungguhnya Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab adalah keturunan dari Bani Tamim - Red.)!

Pembangunan 'Wahhabi' pada umumnya adalah bermazhab Hambali, tetapi faham itu juga dianut oleh pengikut Mazhab Syafi’i, sebagai kaum 'Wahhabi Minangkabau'.

Dan juga penganut Mazhab Hanafi, sebagai kaum 'Wahhabi' di India.

Sekarang 'Wahhabi' dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk menekan semangat kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju dan tersiar.

Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran 'Wahhabi', melainkan (adalah) nama "'Wahhabi'".

Ir. Dr. Sukarno dalam “Surat-Surat dari Endeh”nya kelihatan bahwa fahamnya dalam agama Islam adalah banyak mengandung anasir (pengaruh) 'Wahhabi'.

Kaum komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentiment Ummat Islam dengan membangkit-bangkit nama 'Wahhabi'.

Padahal seketika terdengar kemenangan gilang-gemilang yang dicapai oleh Raja 'Wahabi' 'Ibnu Saud, yang mengusir kekuasaan keluarga Syarif ('Alawiyyiin) dari Mekkah, Umat Islam mengadakan Kongres Besar di Surabaya dan mengetok kawat mengucapkan selamat atas kemenangan itu (1925).

Sampai mengutus dua orang pemimpin Islam dari Jawa ke Mekkah, yaitu H. O. S. Cokroaminoto dan K. H. Mas Mansur. Dan Haji Agus Salim datang lagi ke Mekkah tahun 1927.

Karena tahun 1925 dan tahun 1926 itu belum lama, baru lima puluh tahun lebih saja, maka masih banyak orang yang dapat mengenangkan bagaimana pula hebatnya reaksi pada waktu itu, baik dari pemerintah penjajahan, walau dari Umat Islam sendiri yang ikut benci kepada 'Wahhabi', karena hebatnya propaganda (dari) Kerajaan Turki dan 'Ulama-ulama pengikut Syarif.

Sekarang Pemilihan Umum (RI) yang pertama sudah selesai (tahun 1955 - Red.). Mungkin menyebut-nyebut “Wahhabi” dan membusuk-busukkannya ini akan disimpan dahulu untuk Pemilihan Umum yang akan datang.

Dan mungkin juga propaganda ini masuk ke dalam hati orang, sehingga gambar-gambar “Figur Nasional,” sebagai Tuanku Imam Bonjol dan K. H. Ahmad Dahlan diturunkan dari dinding (karena dituding, dimaki, sebagai 'Wahhabi' - red.).

Dan mungkin perkumpulan-perkumpulan yang memang nyata kemasukan faham 'Wahhabi' seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan lain-lain diminta supaya dibubarkan saja.

Kepada orang-orang yang membangkit-bangkit bahwa pemuka-pemuka Islam dari sumatera yang datang memperjuangkan Islam di Tanah Jawa ini adalah penganut atau keturunan kaum Wahhabi, kepada mereka orang-orang dari Sumatera itu mengucapkan banyak-banyak terima kasih!

Sebab kepada mereka diberikan kehormatan yang begitu besar!

Sungguh pun demikian, faham 'Wahhabi' bukanlah faham yang dipaksakan oleh Muslimin, baik mereka 'Wahhabi' atau tidak. Dan masih banyak yang tidak menganut faham ini dalam kalangan Masyumi (*)

Tetapi pokok perjuangan Islam, yaitu hanya takut semata-mata kepada Allah dan anti kepada segala macam penjajahan, termasuk Komunis, adalah anutan dari mereka bersama!”

(*) "Masyumi" adalah Majelis Syuro Muslimin Indonesia, persekutuan antara Muhammadiyah, Al 'Irsyad, Persis dan simpatisannya yang memenangkan Pemilu tahun 1955 dan dikenal anti Takhayul, Bid'ah, Khurofat, Komunisme, dsb. - Red.).

5. Surat-surat DR. Ir. Ahmad Sukarno (Presiden RI) kepada Syaikh (Tuan) A. Hasan, 'Ulama Indonesia dari unsur Organisasi Islam Persis (Persatuan Islam):

Endeh, 1 Desember 1934

Assalamu’alaikum,

Jikalau saudara memperkenankan, saya minta saudara mengasih hadiah kepada saya buku-buku yang tersebut berikut ini: Pengajaran Sholat, Utusan Wahabi, Al-Muctar, Debat Talqien. Al-Burhan Complete, Al-Jawahir.

Kemudian, jika saudara bersedia, saya minta sebuah risalah yang membicarakan soal “sajid” (kalangan Sayyid atau Habaib atau Syarif - Red.). Ini buat saya bandingkan dengan alasan-alasan saya sendiri tentang hal ini.

Membantah Istilah Wahabi Dan Konotasi Buruknya

Walaupun Islam zaman sekarang menghadapi soal yang beribu-ribu kali lebih besar dan lebih rumit dari pada soal “sajid” (*) itu, tetapi toch menurut keyakinan saya, salah satu kejelasan Islam Zaman sekarang ini, ialah pengeramatan manusia yang menghampiri kemusrikan itu.

(*) Kaum Sayyiid atau 'Alawiyyiin, termasuk Habaib dan Syarif. - Red.

Alasan-alasan kaum “sajid” misalnya, mereka punya “brosur kebenaran” (yang mengklaim ketinggian derajat kaum Sayyiid, Syarif, Habaib secara mutlak dibandingkan seluruh Muslimiin lain - Red.), saya sudah baca, tetapi tidak bisa menyakinkan saya.

Tersesatlah orang yang mengira, bahwa Islam mengenal satu “Aristokrasi Islam” (macam klaim Sayyiid di atas - Red.)

Tiada satu agama yang menghendaki kesamarataan lebih daripada Islam.

Pengeramatan manusia itu adalah salah satu sebab yang mematahkan jiwa suatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu melanggar tauhid. Kalau Tauhid rapuh, datanglah kebathilan!

Sebelum dan sesudahnya terima itu buku-buku yang saya tunggu-tunggu benar, saya mengucapkan terimakasih.

Wassalam,

Soekarno

Di surat lain kepada Syaikh A. Hasan:

Endeh, 12 Juli 1936
...

Buat menganjal saya punya rumah tangga yang kini kesempitan, saya punya onderstand dikurangi, padahal tadinya sudah sesak sekali buat mempelajari segala saya punya keperluan, maka sekarang saya lagi asyik mengerjakan terjemahan sebuah buku Inggris yang mentarikhkan Ibnu Saud. Bukan main hebatnya ini biografi!

Bagi saya buku ini bukan saja satu ikhtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confenssion. Ia menggambarkan Ibnu Saud dan Wahhabism begitu rupa, mengkobar-kobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum ‘tafakur’ (Sufi atau Tasawuf. - Red.) dan kaum pengeramat Husain c.s (kaum Syi'ah dan Habaib, Sayyid, Syarif. - Red.) akan kehilangan akal nanti sama sekali.

Dengan menjalin ini buku, adalah suatu confenssion bagi saya bahwa, walaupun tidak semua mufakat tentang system Saudisme yang juga masih banyak feudal itu, toch menghormati dan kagum kepada pribadinya itu yang “toring above all moslems of his time; an Immense man, tremendous, vital, dominant. A giant thrown up of the chaos and agrory of the desert, to rule, following the example of this great teacher, Mohammad”.

Selagi menggoyangkan saya punya pena buat menterjemahkan biografi ini, jiwa saya ikut bergetar karena kagum kepada pribadi orang yang digambarkan. What a man!

Mudah-mudahan saya mendapat taufik menjelaskan terjemahan ini dengan cara yang bagus dan tak kecewa. Dan mudah-mudahan nanti ini buku, dibaca oleh banyak orang Indonesia, agar bisa mendapat inspirasi daripadanya.

Sebab, sesungguhnya buku ini penuh dengan inspirasi. Inspirasi bagi kita punya bangsa yang begitu muram dan kelam hati.

Inspirasi bagi kaum muslimin yang belum mengerti betul-betul artinya perkataan “Sunah Nabi”, yang mengira, bahwa Sunah Nabi SAW itu hanya makan kurma di Bulan Puasa dan cela' mata dan sorban saja !.

Wassalam,

Soekarno

Kepada Syaikh A. Hassan pimpinan Persis, Soekarno juga bercerita mengenai ibu mertuanya yang telah meninggal dunia, dan kritik oleh kaum Islam Tradisional dan 'Alawiyyiin yang dialamatkan kepadanya. Ini karena beliau dan keluarganya TIDAK mengadakan acara peringatan kematian dengan hitungan hari menurut warisan budaya Hindu Jawa di hari 1, 3, 7, 40, 100, 1000 atau yang kemudian populer di Nusantara - khususnya Jawa - sebagai 'Tahlilan', untuk mendiang ibu mertua beliau.

Dalam surat tertanggal 14 Desember 1935, Soekarno menulis:

"Kaum kolot di Endeh, di bawah ajaran beberapa orang Hadaramaut (Habaib, Sayyid, Syarif dll. - Red.) , belum tenteram juga membicarakan halnya tidak bikin ‘selamatan tahlil’ buat saya punya ibu mertua yang baru wafat itu, mereka berkata bahwa saya tidak ada kasihan dan cinta pada ibu mertua itu.

Biarlah!

Mereka tak tahu-menahu, bahwa saya dan saya punya istri, sedikitnya lima kali satu hari, memohonkan ampunan bagi ibu mertua itu kepada Allah.

Moga-moga ibu mertua diampuni dosanya dan diterima iman Islamnya. Moga-moga Allah melimpahkan Rahmat-Nya dan Berkat-Nya … "

Begitulah cuplikan surat-surat Sukarno kepada sahabatnya, Tuan (Syaikh) A. Hassan, 'ulama besar Indonesia dari unsur Ormas Islam Persis.

6. Ustadz DR. Tiar Anwar Bachtiar dari Persis di tulisan beliau yang berjudul "WAHABI: Antara Stigmatisasi dan Adu Domba Umat Islam", menulis antara lain:

Iran dan Syi'ah pada umumnya cukup cerdik memainkan media. Mereka masuk ke dalam konflik modern di kalangan umat Islam sendiri.

Konflik yang mereka pilih adalah antara pendukung gerakan Muhammad 'ibn 'Abdul Wahhab (baca: 'Wahhabi'. - Red) dengan penentangnya.

Umumnya penentang gerakan 'Wahhabi' ini adalah kalangan tradisionalis bermazhab Syafi'i yang memiliki pengikut paling banyak di berbagai belahan dunia (di RI biasanya bergabung di Nahdlatul Ulama/NU bercampur dengan kaum Sufi-Mistik dan Habaib juga Kejawen serta Syi'ah penyusup yang ditengarai juga di NU. - Red.).

Sementara gerakan 'Wahhabi' bukan mainstream.

Syi'ah masuk ke dalam konflik yang sudah cukup lama ini dengan mengambil posisi berlawanan dengan 'Wahhabi'.

Posisi ini kelihatannya tidak diambil karena kalangan tradisionalis tidak menolak Syi'ah, tetapi lebih pada strategi diplomasi dengan kelompok yang lebih besar.

Kalangan tradisionalis ('Islam Jawa'. - Red.), sekalipun berkonflik dengan 'Wahhabi', tetapi sebagai Sunni tetap menolak secara mendasar ajaran-ajaran Syi'ah.

Akan tetapi di beberapa tempat, kalangan tradisionalis ini lebih mudah untuk disusupi, walaupun sebenarnya tegas menolak Syi'ah sehingga Syi'ah lebih leluasa untuk masuk kepada kelompok ini.

Oleh sebab itu, sebagai aksi nyatanya di dalam berbagai media cetak, elektronik, maupun dunia maya Syi'ah secara atraktif menyebut musuh mereka adalah 'Wahabi', 'Salafy', atau 'Takfiri'. Ketiga istilah itu kira-kira ditujukan untuk objek yang sama.

Di kesempatan lain beliau berkata:

“Penyebutan istilah 'Wahhabi' sebenarnya kuranglah tepat. Seharusnya kalau dinisbahkan kepada Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab, maka semestinya bernama: Muhammadiyah,” ujar DR. Tiar dalam acara perdana Ngobrol Bareng Sejarah Indonesia (NGOBRAS) di aula AQL Islamic Center, Tebet Jakarta Selatan, pada Sabtu, 19 September 2015.

Ketua Persatuan Pemuda Persis ini menjelaskan, mengenai nama 'Wahhabi' ini sengaja dipilih oleh para pembencinya.

Tujuannya agar dikesankan negatif seperti gerakan Wahhabiyyaah abad keempat di Maroko, yang dinahkodai seorang Khowarij bernama 'Abdul Wahhab bin Rustum.

“Maka dari itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan istilah,” ujar DR. Tiar.

Menanggapi isu panasnya masalah konflik antara pendukung 'Wahhabi' dan As'yariyyaah (yang biasanya bersama Maturidiyyaah, di NU), DR. Tiar melanjutkan, setidaknya ada dua hal mendasar yang menyebabkan isu ini memanas kembali.

Pertama, isu ini dipolitisasi sedemikian rupa oleh pihak berkepentingan untuk memecah-belah umat.

Kedua, buntunya komunikasi umat.

Akibatnya, terjadi kesenjangan luar biasa di antara umat Islam. Apalagi, jika masalah khilafiyah furu`iyyaah (perbedaan pada masalah agama yang cabang bukan pokok. - Red.) dibesar-besarkan, maka akan menjadi semakin runyam.

Di akhir pembicaraan ia meminta agar umat islam bisa menjaga persatuan dan tidak terpengaruh dengan istilah-istilah provokatif. Kedua, adalah pentingnya menjalin komunikasi yang baik, antar umat Islam.

7. Habib Ahmad bin Zain (Zen) Alkaff, tokoh NU Jawa Timur menyatakan:

“'Wahhabi' sama-sama Ahlus Sunnah (Sunni), kalau mereka (Syi'ah), bukan. Kalau 'Wahhabi' kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama. Sedangkan Syi'ah berbeda ... Kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyyah (cabang Fiqh) dengan 'Wahhabi'”, tegas Habib Ahmad bin Zain Alkaff dalam konperensi pers setelah acara tabligh akbar yang bertajuk “Mengokohkan Ahlus Sunnah wal Jama'ah di Indonesia”, yang digelar di hari Ahad, 16 September 2012, di masjid Al-Furqan Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), Jakarta.

Anggota dewan Syuriah PWNU Jawa Timur ini, menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu terkejut mendengar tuduhan seperti itu, sebab hal tersebut juga yang menimpa dirinya yang jelas-jelas warga Nahdliyyiin NU.

“Tidak usah heran, saya aja yang sudah jelas-jelas bukan 'Wahhabi', dituduh Wahhabi juga sama mereka (Syi'ah)” tutupnya.

Demikian sekelumit bantahan dari para tokoh Islam dunia dan RI. Masih banyak pula yang lainnya, namun kiranya ini cukup dapat mewakili.

🔹(B) KENYATAAN DI INDONESIA DAN DUNIA

Dalam sejarah RI, para pendiri Organisasi Islam Muhammadiyah, lalu Al 'Irsyaad Al Islamiyyaah, Persis, Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), Hidayatullah, Wahdah Islamiyah, HASMI, dsb. sampai kaum Ahlus Sunnah atau Salafiyyiin, berasal dari satu induk komunitas.

Dan mereka juga secara umum, belajar dari guru-guru agama yang sama.

Utamanya dulu para pendahulunya secara umum belajar dari Syaikh Ahmad Surkati Al Anshori, dkk. selain guru-guru lain.

Syaikh Ahmad Surkati (Sudan-Arab) adalah murid generasi berikutnya dari Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab at Tamimi (dari salah-satu keluarga Quraisy terhormat, yakni Bani Tamim), yakni seorang guru agama (syaikh) Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Sunni) bermadzhab Fiqh Hanbaliyyaah dari Arabia Tengah (wilayah ini kini disebut sebagai Arab Saudi), yang di kemudian hari ajarannya difitnah sebagai 'Wahhabi' itu.

BIASANYA hasil ajaran beliau - Syaikh Ahmad Surkati dkk. - dan ini dilakukan para muridnya di RI, adalah:

- Tidak melakukan 'Tahlilan'-'Yaasiinan' memperingati kematian orang sesuai hitungan Hindu Jawa serta Syi'ah dan makan-makan di saat-saat itu.

- Tidak selalu berdoa Qunut kecuali ada bahaya terhadap Muslimiin dan ini malahan tak perlu selalu di sholat Subuh karena dapat berqunut di sholat fardhu lain.

- Tidak senang-tak mau beribadah bahkan mencari wahyu, wangsit, ilham, rizki, kekayaan, pangkat dsb. di kuburan atau melalui kuburan (biasanya kuburan keramat), namun tetap berziarah kubur sesuai tatacara sunnah.

- Tidak Maulidan karena awalnya ini dari kebiasaan Syi'ah 500 tahunan setelah masa Rosululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - yang menunggangi Ahlul Bait Nabi.

- Tidak melakukan Haul peringatan orang yang sudah meninggal.

- Tidak membaca basmalah dengan kencang tetapi dengan lirih sebelum membaca Surah Al Fatihah saat melakukan sholat berjama'ah yang jahr, karena lebih shohih dan lebih banyak hadits demikian.

- Tidak bernyanyi Barzanji karena isinya ada risiko ghuluw-mengkultuskan berlebihan bahkan kesalahan 'aqidah.

- Tidak bersholawat kencang-kencang dan berjama'ah apalagi memakai musik (namun tetap bersholawat sebagaimana tatacara Sunnah).

- Tidak berdzikr kencang-kencang, berjama'ah, apalagi memakai musik.

- Tidak mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana, namun bahwa Allah istiwa' di 'Arsy yang 'Arasy itu berada di atas lapisan-lapisan langit (yang langit itu juga sedang mengembang setelah dulu menjadi satu dengan Bumi), dan kekuasaanNya di mana-mana menjangkau apapun kapanpun tak dibatasi oleh apapun.

- Tidak suka mendalami wilayah mistik, sihir, dan mengakomodasi kebiasaan mistis sisa jaman kuno, dsb.

Dan jaman dulu jadinya di Nusantara Republik Indonesia - selama berpuluh tahun terakhir ini bahkan - MEREKA INI ada yang DISEBUT bahkan DIMAKI-MAKI sebagai:

" ... MUHAMMADIYAH ... !"

Dan mereka ini juga sampai dikonotasikan, dikomentari menjadi macam:

"... Bukan Islam ... Kafir ... Lebih baik berbesan atau bermenantu orang Kristen daripada orang Muhammadiyah ... (!)"

Dan sebagainya.

Hal ini boleh ditanyakan ke para Sejawaran dan keluarga, cucu-cicit dari K. H. Ahmad Dahlan pendiri Ormas Islam Muhammadiyah yang bahkan dulu masjid beliau di Yogyakarta sampai dibakar oleh 'orang Islam Tradisional Jawa penerus sisa adat kebiasaan Jawa-Hindu'. Dan beliau sendiri diserang oleh kaum Jawa Tradisional tersebut, K.H. Ahmad Dahlan hendak mereka bunuh. Dan K.H. Ahmad Dahlan juga mereka katai sebagai "Kyai Palsu".

Maka dulu mereka yang demikian - yang tidak mau Selamatan Kematian-Tahlilan, Maulid, Haul, beribadah di Kuburan, dsb. - jadi dimaki "Muhammadiyah", "Bukan Islam (yang benar)", "Kafir", "Garis Keras", "Putihan", dll., dsb.

Dan SEKARANG sejak semakin ada persekutuan kaum Syi'ah dan Liberalis, Pluralis, Sekuleris, dan kaum penyubur Mistik-Bid'ah dan kawan-kawan di Republik Indonesia, - terutama di masa KH Said 'Aqil Siradj yang kini Ketum PB NU - muncul di permukaan, MAKA kaum Muslimiin YANG SAMA, yang cirinya SERUPA macam di atas, BERUBAH DIMAKI sebagai:

"WAHABI!! ... KAFIR!! ... Teroris! ... Takfiri! ... Ekstrim! ... Garis Keras! ... Bukan Islam Moderat ... Tidak sesuai untuk Nusantara! ... ISIS ... Bukan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah ... Bukan Islam ... !"

Dan sebagainya.

PADAHAL itu semua istilah yang salah, hanya dari sudut pandang satu sisi kaum saja (selain malahan ada yang salah dalam Tata Bahasa dan maknanya serta Sejarahnya bahkan dasar 'Aqidahnya).

Misalnya, dulu kaum penjajah Belanda memaki kaum pejuang kemerdekaan Nusantara RI sampai sebagai "Ekstrimis" dan "Pemberontak", dan mereka bunuhi. Namun kini kaum yang dimaki dan dibunuhi itu menjadi disebut sebagai "Pahlawan" bagi RI.

Masih pula makian itu ditambahi aneka kebohongan lain. Berbagai Fitnah keji dan liar.

Utamanya, dari Syi'ah dan sekutunya, atau yang diperalat-ditungganginya.

Dan yang seperti itu, yang TIDAK DEMIKIAN, yang tidak melakukan macam di atas - yakni tidak Selamatan-tahlilan-yaa siinan kematian dan 'makan-makannya', tidak memperingati kematian (haul), tidak bersholawat berjama'ah, tidak berdzikir berjama'ah, tidak Maulidan, tidak menyalahfungsikan ziarah kubur menjadi melakukan ibadah ritual di kuburan bahkan mencari wangsit-wahyu di kuburan, dsb. - di Republik Indonesia saja ADALAH YANG MENJADI KETETAPAN umum dari 3 Organisasi Massa Islam Tertua RI, yakni

- Muhammadiyah (berdiri di tahun 1912 dengan akta Notaris 1914).

- Al 'Irsyaad Al Islamiyyaah atau yang sekarang dikenal sebagai Perhimpunan Al 'Irsyad (berdiri di tahun 1914 dengan Akta Notaris di tahun 1915).

- Persis (berdiri di tahun 1923).

Dan banyak muslimiin di Ormas Islam lain yang lahir sesudah kemerdekaan, SAMA SAJA, TIDAK MELAKUKAN yang di atas itu - yakni tidak Tahlilan, tidak Maulidan, tidak Haul, tidak berdzikir berjama'ah beribadah di kuburan, dll. - YAKNI macam Ormas Islam:

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Hidayatullah, Al Shofwah, Wahdah Islamiyah, HASMI, dll.

Dan yang tidak bergabung resmi dengan mereka.

Banyak.

Dan banyak sekali muslimiin lain, juga SAMA saja, TIDAK MELAKUKAN demikian - yakni tidak Tahlilan, tidak Haul, tidak Maulidan, tidak berdzikir berjama'ah - macam itu DI DUNIA. Bukan di Arab Saudi saja.

Mayoritas dari sekitar 1,5 Milyar kaum Muslimiin di Dunia, tidak melakukannya.

Dan mereka jelas MUSLIMIIN.

MEREKA AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH. SUNNI.

Bukan 'Wahhabi'.

TETAPI dikata-katai, DIMAKI sebagai 'Wahhabi', secara sepihak, yang istilah ini sendiri SALAH secara Tata Bahasa Arab, juga SALAH secara 'Aqidah, dan juga SALAH secara Sejarah.

Dalam tinjauan Tata Bahasa Arab, mereka TIDAK MUNGKIN disebut 'Wahhabi' karena sebutan itu dinisbatkan kepada pengikut ajaran Syaikh MUHAMMAD bin 'Abdul Wahhab At Tamimi. Tentu saja, nama beliau adalah: "Muhammad". Dan bapaknya adalah 'Abdul Wahhab. Mereka dari keluarga At Tamimi (artinya, dari keluarga Quraisy terhormat Bani Tamim).

Maka seharusnya pengikutnya disebut "Muhammadi" atau "Muhammadiyah". Bukan 'Wahhabi'.

Dalam tinjauan 'Aqidah, TIDAK MUNGKIN pula disebut 'Wahhabi' karena nama "Al Wahhab" adalah nama ALLAH. Dan secara 'aqidah, manusia tidak dibenarkan memakai nama Allah: "Al Wahhab". Walaupun arti dari kata "Wahhabi" artinya, adalah "Pengikut Allah al Wahhab", dan artinya bagus sekali malahan, namun ini janggal.

Dalam tinjauan Sejarah pun, TIDAK MUNGKIN pengikut Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab At Tamimi disebut 'Wahhabi', karena yang disebut demikian adalah pengikut dari 'Abdul Wahhab bin Rustum, seorang Khowarij masa Abad III-IV Hijriyyah.

Sementara Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab At Tamimi, hidup di masa Abad XII-XIII Hijriyyah.

Tetapi ada usaha mengesankan keduanya adalah sama. Untuk adu-domba.

🔹KESIMPULAN DAN PENUTUP

Karenanya golongan 'Wahabi' ini sebenarnya tidak pernah ada.

Dan ini adalah hasil FITNAH pencitraan buruk serta ADU-DOMBA besar dari musuh-musuh kebenaran.

Utamanya dilancarkan oleh Syi'ah dan sekutunya. Secara halus dan licik, dan dapat menunggangi kaum Habaib dan NU, dan masyarakat muslim awwam.

Fitnah ini ditujukan terhadap kaum Ahlus Snunnah Wal Jama'ah yang paling berusaha murni menjalankan ajaran Islam, bahkan 'Kaum Putihan Wali Songo', yang 'DULU di di masa menjelang dan awal kemerdekaan RI' disasarkan terhadap Muhammadiyah, Al 'Irsyad, Persis.

Dan 'SEKARANG setelah kemerdekaan RI', selain terhadap mereka, juga biasa disasarkan terhadap kaum yang disebut sebagai kaum Salafiyyuun (kaum Pengikut Salafush Sholih), juga Ormas Islam DDII, Hidayatullah, Wahdah Islamiyyah, Hasmi, dst., serta terhadap kaum ulama dan awwam dari negeri Arab Saudi-madzhab Hambali, dan para pengikutnya di banyak negara.

Kiranya karena mereka lah yang paling istiqomah memerangi kaum Syi'ah, Kekafiran (Khurafat), Syirik, Bid'ah, Mistik, Filsafat-Liberalisme-Sekulerisme-Pluralisme, Komunis, Kapitalis Barat Penjajah, Kolonialis, yang kaum-kaum ini memang dapat bersekutu menghadapi Islam.

Dan kenyataannya, kini, kaum Neo Komunis Rusia, RRC, Korea Utara, Vietnam, dll. memang membantui Syi'ah (Iran), melawan negara-negara dan kelompok-kelompok militan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah sedunia yang dipimpin Arab Saudi. Khususnya di Suriah. Juga di 'Iraq, dan Yaman.

Sementara Syi'ah adalah hasil pengacauan bentukan Yahudi kawanan 'Abdullah bin Saba. Dan ada sedikit keserupaan dengan kaum Sufi-Mistik, selama mereka membesar bersama di masa Daulah Abbasiyyaah.

Di RI, dua golongan ini dan golongan sekutunya menyusup ke sebuah Organisasi Islam besar NU, yang akhirnya OKNUM merekalah juga yang ikut memperluaskan fitnah ini. Baik sadar atau tidak.

Tentu saja mereka memerlukan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam Republik Indonesia.

Maka propaganda ini perlu terus mereka jalankan, untuk menggalang simpati dan melemahkan persatuan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.

Apalagi menjelang Perang Akhir Jaman, Al Malhamah Al Kubro alias Al Majiduun alias Armageddon yang memang akan berpusat di Syam (Palestina, Suriah, Iraq, Suriah) dan mendunia ini.

Berhati-hatilah saudaraku. Di Akhir Jaman memang banyak fitnah kebohongan.

Namun petunjuk Allah selalu ada bagi mereka yang mau memperhatikannya.

🌺 Al Qur'an Surah Al Hujuraat ayat 6:

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ ۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. 

🌺 Al Qur'an Surah Al Hujuraat ayat 12:

يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.

🔹"Yang menyebabkan agama cacat ialah hawa nafsu." (HR Asysyihaab)

🔹"Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

🔹"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhori)

artikel republish, jika ada kesalahan dalam penulikan, silahkan hubungi admin, syukron

Tidak ada komentar: