Nasehat sang istri kepada madu suaminya yang menyejukkan hati

Maduku....... Ketahuilah bahwa aku harus mengasihimu, karena engkau adalah orang yang dikasihi oleh suamiku. Sebab tidaklah sempurna kasihku pada suamiku selagi aku gagal memberi kasih dan sayangku kepada orang yang dikasihinya.

Maduku.... Allah ta'ala telah mentaqdirkan kita membagi kasih dari suami yang sama, kita diikat dengan hubungan madu.... keluarga kita disatukan. Kenapa Allah memilihmu untuk menjadi maduku padahal kita tidak mengharapkannya walau sedetikpun?.

Duhai yang ada di hati suamiku.

Maha suci Allah ta'ala dari maksud jahat kepada kita dan suami kita. Dia pertemukan kita dalam anugrah mulia ini bukan untuk mengadu kita seperti kucing dan anjing atau seperti pertarung diarenanya. Tidak... sama sekali bukan itu maduku. Akan tetapi, anugrah ini diberikan kepada kita agar kita menjadi sahabat sejati, membantu suami kita mengurus madrasah Rabbaniyah ini, agar perjuangannya memperoleh hasil yang terpuji.

Nasehat sang istri kepada madu suaminya

Cobalah bertanya kepada suami kita.... tentang harapannya pada istri-istrinya. Apakah dia suka jika kita bertemu laksana kuncing dan anjing....? Kalaupun ia tidak menjawab dengan lidahnya lantaran kekuatan jiwanya, yang mampu menyembunyikan kesedihan dan keresahan jiwanya, tapi coba engkau lihat raut wajahnya. Ketika ia mengetahui kita tidak bertegur sapa, kau melihat raut wajahnya tetap manis dalam renungannya, dia diam seribu bahasa, kemesraan itu semakin berkurang, gairahnya semakin melemah dan akhirnya rumah yang seharusnya menjadi surga dunianya, ternyata begitu menyiksanya... ia pergi....????

Dan jika ia pergi dengan imannya.... ia bertafakur dalam kesendirian, dalam harapam dan do'anya. tetapi jika ia pergi dalam keputusasaan. Maka ketahuilah mungkin ia akan mencari medan kemaksiyatan untuk sekedar melabuhkan kerinduannya.

Kenyataan ini duhai maduku.... menandakan bahwa suami kita menginginkan kita bersatu dalam kebaikan. Dan Allah ta'ala memiliki kehendak jauh lebih baik dari itu. Allah ta'ala ingin kita membuktikan cinta kepada-Nya dan kepada suami kita dengan berta'awun 'alal birri wa taqwa.
Maduku.....

Engkau hadir sebagai pendidik jiwaku. Engkau didatangkan sebagai guru yang mengenalkanku pada diriku. Engkau memang layak untuk menjadi guru bagi jiwaku. Hingga aku bangkit dan memerangi nafsuku. Engkau membuat aku mengutuk kejahatanku. Engkau membuatku lebih mulia dalam melayani suamiku lebih baik. Engkau membuat aku merasa lemah dan hina. Kehadiranmu membangkitkan rasa penghambaanku terhadap Ilahi yang Maha Suci.

Dengan kehadiranmu aku melihat betapa besar Kekuasaan dan Kehendak-Nya, dan jika Ia menghendaki terjadinya sesuatu, maka tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi-Nya.
Dengan perlahan melalui kehadiranmu..... aku dibimbing menjadi seorang mukminah, sholehah dan semoga menjadi ahli jannah. Maduku.... ketahuilah bahwa engkaulah yang menyusahkanku. Tetapi engkau pula yang mengantarkan aku pada kemuliaan dan kebahagiaan.

Wahai yang merindui suamiku

Kehadiranmu dalam hidupku membawa sesuatu yang tidak kudapatkan dari orang-orang yang kucintai. Engkau menghadiahkan kepadaku sesuatu yang tidak kuperoleh dari orang lain kendatipun mereka sangat ingin memberikan dan memperolehnya...?

Engkau menghadiahkanku obat dari sifat tamakku. Dulu... aku ingin dunia ini jadi miliku seorang. Kini setelah hadiah itu.... aku pun terdidik untuk membagikannya kepada yang lain. Jika aku ingin bersuami, wanita lain juga demikian, termasuk engkau, laul aku memaksakan hatiku mengatakan : "Ya".

Ketika suamiku pergi untuk memenuhi giliranmu. Kekosongan hatiku....kulaporkan kepada Ilahi yang Maha Suci.... Aku pun mulai menyadari betapa besarnya kuasa Ilahi dalam hidup ini. Padahal sebelum kehadiranmu aku tidak pernah peduli.

Saat kau bermesraan dengan suamimu, aku pun memilih untuk bermunajad pada Ilahi.... kulaporkan segala keresahanku padanya.. kutumpahkan air mataku memohon ampunan Nya. Dan air mata itu ternyata telah membasahi jiwaku yang dahaga.... taman hatiku yang kering.... akhirnya aku pun mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan melebihi apa yang diberikan suamiku....

( Dinukil dari buku Risalah cinta yang merindu, Ust. Ali Ahmad bin Umar dengan sedikit perubahan )

Tidak ada komentar: