Standar Istiqomah yang benar dalam syariat islam

Wajib kiranya bagi seorang hamba agar ia tidak bersandar kepada amalannya meski sebaik dan selurus apapun istiqomahnya.

Ia tidak boleh tertipu dengan ibadahnya, tertipu dengan banyaknya berdzikir kepada Allâh atau amalan-amalan ketaatan lainnya.

Berkenaan dengan makna di atas, Ibnul Qoyyim Rahimahullâhu berkata : “Yang dituntut dari seorang hamba dalam istiqomah-nya adalah hendaknya ia berlaku lurus (sadâd). Apabila ia tidak mampu mengerjakannya, maka hendaknya ia mendekati (muqôrobah); jika lebih rendah lagi dari muqôrobah maka ia telah jatuh kepada tafrîth (mengentengkan) dan idhô’ah (menyia-nyiakan), sebagaimana disebutkan di dalam Shahîhain dari ‘Aisyah Radhiyallâhu ‘anhâ dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda :

سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ
“ Berlaku luruslah, mendekatlah dan berikan berita gembira. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang masuk ke dalam surga karena semata-mata amalannya.”

Para sahabat bertanya :

وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“ Tidak pulakah anda wahai Rasulullah?”

Rasulullâh ﷺ menjawab :

وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ
“ Begitu pula denganku, kecuali apabila Allâh meliputiku dengan ampunan dan kasih sayang-Nya.”

“Maka terkumpullah di dalam hadits ini seluruh tingkatan agama. Nabi memerintahkan untuk istiqomah, yaitu berlaku lurus dan benar di dalam niat, ucapan dan perbuatan.

waktu sholat masuk

Nabi ﷺ mengabarkan di dalam hadits Tsaubân, yaitu: “Istiqomahlah dan janganlah memperhitungkan.

Ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah sholat.” Bahwa mereka ini sejatinya tidaklah sanggup (melakukan istiqomah), karena itulah mereka berpindah ke muqôrobah yaitu mendekati istiqomah sebatas kemampuannya.

Layaknya orang yang melempar ke suatu target yang apabila tidak bisa mengenainya maka setidaknya mendekati (target).

Meski demikian Nabi ﷺ tetap mengabarkan kepada mereka bahwa istiqomah dan muqôrobah itu sejatinya tidak dapat menyelamatkannya di hari kiamat.

Karena itu janganlah ada seseorang yang bersandar kepada amalannya semata dan merasa bangga dengannya.

Jangan pula ia memandang bahwa keberhasilannya adalah lantaran amalannya ini saja.

Namun keberhasilannya adalah lantaran rahmat dari Allâh, maaf dan karunia-Nya.

[ bersambung Insyaa Allah ]

-----------------------------------
Dicuplik dari Ebooks berjudul : " 10 PRINSIP MERAIH ISTIQOMAH " karya Prof Dr Abdurrazzaq al-Badr.

Dialihbahasakan oleh Abu Salma Muhammad.

Tidak ada komentar: