Merasa Disalah-salahkan Ikuti Kajian Ustadz Fulan

Saudaraku...!

Terkadang saat menghadiri kajian, kita merasa tersinggung, merasa disalah-salahkan, merasa disudutkan dan sakit hati.

Beranggapan bahwa ustadznya "Sok benar sendiri", kayak dia aja yang benar dan yang lain salah, dan anggapan lainnya.

Sehingga kita malas untuk kembali ke kajian itu. Tidak mau mendengarkan nasehat itu lagi dan sehingga berusaha mencari Tokoh / da'i, atau Ustad lain yang bisa menyatakan bahwa amalan kita sudah benar.

Hingga akhirnya kita temui seseorang yang membenarkan amalan-amalan kita selama ini, menurutnya kita tidak salah, kitapun setuju dengan nya dan bertekad untuk mengidolakannya.

Saudaraku...!

Jika kita selalu mencari tokoh yang membenarkan amalan kita yang jelas-jelas salah, maka kapan lagi kita akan bertaubat dari kesalahan ?

Justru ketika kita terima saat dikatakan salah, saat dinasehati maka pintu taubat pun terbuka lebar di hadapan kita, karena sejatinya orang yang bertaubat adalah yang mengakui kesalahannya di hadapan Allah At-Tawwab (Yang maha menerima taubat).

Merasa Disalah-salahkan Ikuti Kajian Ustadz Fulan

Sesungguhnya yang menasehatimu tidaklah sedang menyakitimu. Justru ia sedang mencintaimu sebagai saudaranya, Ia adalah di antara sebab yang Allah jadikan perantara untukmu agar menerima kebenaran wahyu Illahi.

Apakah kita nyaman, saat amalan yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan, namun kita mengiranya sebagai sebuah kebenaran?

(قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا)
"Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling Rugi perbuatannya?”

(Yaitu) orang yang Tersesat Perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya."

[Surat Al-Kahfi 103 - 104]

Saudaraku...!

Timbangan kebenaran itu dengan Al -Qur'an dan Hadits Rasulullah sebagaimana yang dipahami Ulama pertama ummat ini (para sahabat, tabi'in dan tabit tabi'in).

Jangan timbang kebenaran itu dengan perkataan tokoh tertentu yang terlanjur kita idolakan, jangan pula ditimbang dengan perasaan, sehingga jika setuju diterima, jika tidak sesuai dengan perasaan maka ditolak.

Teruslah belajar, jika engkau temukan sesuatu dari Al-Qur'an dan As-Sunnah maka yakini bahwa itu adalah sebuah kebenaran.

استدل ثم اعتقد
Jangan terbalik: yaitu terlebih dahulu meyakini kebenaran sesuatu, kemudian baru mencari-cari dalil untuk menguatkan dan membenarkan yang telah diyakini.

ولا تعتقد ثم تستدل
قال الشيخ محمد بن صالح العثيمين - رحمه الله:
يجب على الإنسان أن يستدل ثم يبني ، لا أن يبني ، ثم يستدل.
لأن الدليل أصل والحكم فرع ، فلا يمكن أن يُقلب الوضع ، ونجعل الحكم الذي هو الفرع أصلاً ،والأصل الذي هو الدليل فرعاً.
ثم أن الإنسان إذا اعتقد قبل أن يستدل ولم تكن عنده النية الحسنة صار يلوي أعناق النصوص من الكتاب والسنة إلى ما يعتقده هو ، وحصل بذلك البقاء على هواه ، ولم يتبع الهدى ا.هـ
Telah berkata Syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin:

Sebuah kewajiban bagi manusia untuk mencari Dalil terlebih dahulu kemudian ia bangun Keyakinan di atasnya, bukan membangun keyakinan terlebih dahulu kemudian baru mencari-cari dalil.

Karena dalil itu adalah pokok, dan hukum adalah cabangnya, tidak mungkin dibalik posisinya dengan menjadikan hukum sebagai pokok dan dalil sebagai cabang.

Dan sesungguhnya manusia jika telah meyakini sesuatu sebelum tau dalilnya dan tidak terdapat niat baik padanya, maka ia akan membawakan dalil dari Al Qur'an dan As Sunnah kepada keyakinannya sendiri, dan al hasil: ia hanya mengikuti hawa nafsunya dan tidak mau menerima Petunjuk.

Sumber: منقول من كتابه "لقاءات الباب المفتوح "(2/141-142) ط. دار البصيرة.

Semoga Allah ta'ala selalu memberikan kita kelapangan hati untuk terus menerima kebenaran yang datang dari-Nya dan semoga hati kita selalu terbuka saat mendapati bahwa amalan kita selama ini adalah sebuah kesalahan agar kita langsung memohon ampun dan taubat kepada Nya.

Semoga Allah kumpulkan kita di akhirat dalam keadaan bersih dari semua noda dan dosa.

"Diketik oleh Ummu Akyas dari catatan Abu Akyas Hafzan Elhadi"

Tidak ada komentar: