Hukum Memajang Foto Tokoh Spiritual !!!

Sebagian orang ada yang memajang foto tokoh spiritual/agama (Kyai,Tengku, Ustadz) dengan tujuan sekedar dipajang/dikenang, ada tujuan lainnya untuk ngalap berkah, bahkan untuk pesugihan (cepat kaya). Bahkan bukan hanya tokoh spiritual, tokoh ghaib pun dipajang spt foto Nyi Roro Kidul..bkn nyi Roro utara loh yaa..hhh.

Bismillah...

Semakin keras larangan memajang foto jika yang dipasang adl foto tokoh spiritual atau agama. Karena sebab peribadahan kepada orang shalih adalah bermula dari gambar. Gambar yang dipajang tersebu akhirnya diagungkan & terjadi lah kesyirikan di masa silam.

Hukum Memajang Foto Tokoh Spiritual !!!

Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan tentang gereja yg mereka lihat di negeri Habasyah. Di dalamnya terdapat gambar-gambar. Mereka menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda,

إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ ، فَأُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya mrk itu apabila di antara mereka terdapat orang yang shalih yang meninggal dunia, maka mrk pun memba ngun di atas kuburnya masjid (tempat ibadah) dan mrk memasang di dalamnya gambar2 untuk mengenang orang2 shalih tsb. Mrk itu adl makhluk yg paling buruk di sisi Allah pd hr kiamat kelak” (HR. Bukhari no. 427 & Muslim no. 528).

Begitu pula kita dapat mengambil pelajaran dari firman Allah Ta’ala,

وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr” (QS. Nuh: 23).

Disebutkan dalam Shahih Al Bukhari,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – صَارَتِ الأَوْثَانُ الَّتِى كَانَتْ فِى قَوْمِ نُوحٍ فِى الْعَرَبِ بَعْدُ ، أَمَّا وُدٌّ كَانَتْ لِكَلْبٍ بِدَوْمَةِ الْجَنْدَلِ ، وَأَمَّا سُوَاعٌ كَانَتْ لِهُذَيْلٍ ، وَأَمَّا يَغُوثُ فَكَانَتْ لِمُرَادٍ ثُمَّ لِبَنِى غُطَيْفٍ بِالْجُرُفِ عِنْدَ سَبَا ، وَأَمَّا يَعُوقُ فَكَانَتْ لِهَمْدَانَ ، وَأَمَّا نَسْرٌ فَكَانَتْ لِحِمْيَرَ ، لآلِ ذِى الْكَلاَعِ . أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Patung-patung yang ada di kaum Nuh menjadi sesembahan orang Arab setelah itu. (Patung) Wadd menjadi sesembahan bagi Bani Kalb di Dumatul-Jandal, (patung) Suwaa’ bg Bani Hud zail, (patung) Yaghuuts bg Bani Murad & Bani Ghuthaif di Al-Jauf sblh Saba’, Ya’uuq bg Bani Hamdaan & Nasr bg Bani Himyar & kemudian bg keluarga Dzul-Kalaa’.

Mereka adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nuh. Ktk mereka meninggal, maka syaithan membisikkan kpd kaum mrk (yaitu kaum Nuh) agar meletakkan patung-patung mereka dalam majelis-majelis dimana kaum Nuh biasa menga dakan pertemuan, sekaligus memberi nama patung-patung tersebut dengan nama2 mrk. Mk mrk pun melakukannya. Patung tsb tdklah disem bah pd waktu itu. Akhirnya stlh generasi pertama mrk meninggal & ilmu tlh dilupa kan, mk patung2 tsb akhirnya disembah”

(Diriwayatkan oleh Bukhari no. 4920).

Jadi intinya..

Bermula dari membuat gambar/patung, lalu dipajang, lantas beralih pada pengagungan & menyembahnya. perbuatan seperti itu adalah jalan menuju kesyirikan sehingga dilarang.

Hanya Allah yg memberi taufik & hidayah. Moga Allah senantiasa membimbing kita pada akidah yang benar.

Oleh Al Faqir Ilallah: M. Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com

Tidak ada komentar: