Nasehat bagi mereka yang cendrung menuruti hawa nafsu

KASUS 1

(-) : "Ustadz, saya biasa makan babi dan suka makan babi. Apa nasihat ustadz untuk saya?".
(+) : "Kalau darurat boleh".
--------------

KASUS 2

(-) : "Ustadz, saya biasa makan babi dan suka makan babi. Apa nasihat ustadz untuk saya?".
(+) : "Babi haram. Anda harus segera berhenti makan babi, karena makanan halal insyaallah banyak".
-----------------

Nasehat bagi mereka yang cendrung menuruti hawa nafsu

Manusia akan senantiasa cenderung menuruti hawa nafsu. Seperti halnya jika ada dua pilihan, bekerja atau istirahat; maka jiwa cenderung memilih istirahat. Puasa atau makan lezat; maka cenderung akan dipilih makan lezat. Allah ta'ala berfirman :

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang" [QS. Yuusuf : 53].

Seorang penasihat yang mempunyai bashirah mengetahui hal ini dan ia akan senantiasa berusaha memotong jalan hawa nafsu. Keluar dari kebiasaan, kenyamanan, dan kelezatan hobi makan daging babi mungkin saja menimbulkan kegelisahan. Keluar dari pekerjaan bala tentara lintah darat memang berat, keluar dari zona nyaman. Daging sapi, kambing, ayam, dan yang lainnya selain daging babi, insyaallah banyak. Tinggal kita doyan apa tidak. Bekerja jadi jongos, kuli, tukang cuci piring, dagang, juru ketik, tukang ojek, karyawan kantor, dan yang lainnya insyaallah masih terbuka. Tinggal kita mau melakukannya apa tidak.

Kondisi darurat ada, tapi bukan menjadi hukum umum. Tidak setiap 'kesulitan' melahirkan situasi demikian. Hijrah PASTI ada kesulitan. Jalan menuju surga tidak diperoleh tanpa ujian. Pasti ada aral menghadang.

Nb : bijakmu seringkali salah tempat.
Copas dari status Ustadz Dony Arif Wibowo

Tidak ada komentar: