Jika akal dihinggapi keraguan tentang al-Khaaliq, camkan 5 hal berikut ini;
1. Akal adalah makhluk sebagaimana mata juga makhluk. Jika kemampuan mata terbatas, maka begitu pula dengan akal.
2. Banyak makhluk yang masih belum bisa dijangkau akal. Nah, apalagi al-Khaaliq (Pencipta).
3. Lingkaran pencipta adalah suatu hal yang mustahil. Harus ada Pencipta yang pertama, yang tidak tercipta.
4. Jika akal bertanya; "siapa yang menciptakan Allah (Sang Pencipta)..??", maka camkanlah bahwa itu adalah bisikan syaitan. Secara akal sehat (berdasarkan poin 3 di atas), pertanyaan tersebut sudah salah di awal. Jika sesuatu ada setelah sebelumnya tiada, berarti dia makhluk, bukan Pencipta.
1. Akal adalah makhluk sebagaimana mata juga makhluk. Jika kemampuan mata terbatas, maka begitu pula dengan akal.
2. Banyak makhluk yang masih belum bisa dijangkau akal. Nah, apalagi al-Khaaliq (Pencipta).
3. Lingkaran pencipta adalah suatu hal yang mustahil. Harus ada Pencipta yang pertama, yang tidak tercipta.
4. Jika akal bertanya; "siapa yang menciptakan Allah (Sang Pencipta)..??", maka camkanlah bahwa itu adalah bisikan syaitan. Secara akal sehat (berdasarkan poin 3 di atas), pertanyaan tersebut sudah salah di awal. Jika sesuatu ada setelah sebelumnya tiada, berarti dia makhluk, bukan Pencipta.
5. Terkait poin 4 di atas, manakala syaitan datang membisikkan keraguan, amalkan 3 petunjuk Rasulullah ﷺ sebagaimana tersirat dalam hadits...!!; stop berpikir tentang perkara yang tidak mungkin dijangkau akal, ta'aawudz dari syaitan, lawan dengan iman pada Allah.
Demikian intisari penjelasan Ibnu Sa'di rahimahullaah dalam kitabnya "Bahjatu Quluubil Abroor", hlm. 39-41.
✍ Al-Ustâdz Abu Ziyan, Johan Saputra Halim, M.HI.
• Channel: t.me/kristaliman
Demikian intisari penjelasan Ibnu Sa'di rahimahullaah dalam kitabnya "Bahjatu Quluubil Abroor", hlm. 39-41.
✍ Al-Ustâdz Abu Ziyan, Johan Saputra Halim, M.HI.
• Channel: t.me/kristaliman
Tidak ada komentar: