Ciri khas Ahlus Sunnah "Mendoakan Kebaikan Bagi Pemimpin"

Diantara ciri dan karakter ahlu Sunnah wal Jama'ah adalah mendoakan kebaikan, keselamatan, petunjuk, kemudahan, dan lain lain dari kebaikan kebaikan kepada penguasa, bukan mendoakan kejelekan, mencela, menghina, apalagi melecehkan, baik dengan lisan ataupun dengan tulisan.

Diriwayatkan dari ‘Auf bin Malik -radhiyallahu anhu-, dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda;

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ»، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: «لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ، فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ، وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ»
“Sebaik baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka, dan mereka pun mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka, dan seburuk buruk pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, kalian mencaci mereka dan mereka pun mencaci kalian. Dikatakan, Wahai Rasulullah, apakah kita tidak memeranginya dengan pedang?, Maka beliau menjawab, Tidak selama mereka mendirikan shalat. Dan apabila kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian tidak suka, maka bencilah amalannya, dan tidak boleh mencabut ketaatan darinya” (HR Muslim : 65).

Mendoakan Kebaikan Bagi Pemimpin

Dalam masalah ini Imam Al Barbahari -rahimahullah- mengatakan :

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَدْعُوْ عَلَى السُلْطَانِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ صَاحِبُ هَوَىً، وَإِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَدْعُوْ لِلسُّلْطَانِ بِالصَّلَاحِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ صَاحِبُ سُنَّةٍ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Jika engkau melihat orang yang mendoakan keburukan bagi penguasa, maka ketahuilah bahwasanya ia adalah ahli bid’ah, tapi kalau engkau melihat ada orang yang mendoakan kebaikan bagi penguasa, maka ketahuilah bahwa ia ahlu sunnah insya Allah” (Syarhus Sunnah karya Al Barbahari hal. 113)

Abu Utsman As Shabuni -rahimahullah- mengatakan :

وَيَرَوْنَ الدُّعَاءَ لَهُمْ بِالْإِصْلاَحِ وَالتَّوْفِيْقِ وَالصَّلاَحِ، وَبَسْطِ الْعَدْلِ فِيْ الرَّعِيَّةِ
“Mereka (ahlus sunnah) berpendapat untuk mendoakan pemimpin, agar menjadi baik, mendapat taufiq, dan kebaikan serta meluaskan keadilan bagi rakyat”. (Aqidah Salaf Ashabul Hadits, hal. 92-93)

Al Fudhail bin ‘Iyadh -rahimahullah- berkata :

لَوْ كَانَتْ لِيْ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ مَا جَعَلْتُهَا إِلَّا لِلسُّلْطَانِ، قِيْلَ لَهُ: يَا أَبَا عَلِيْ فَسِّرْ لَنَا هَذَا؟ قَالَ: إِذَا جَعَلْتُهَا فِيْ نَفْسِيْ لَمْ تَعْدُنِيْ، وَإِذَا جَعَلْتُهَا فِيْ السُّلْطَانِ صَلَحَ، فَصَلَحَ بِصَلاَحِهِ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ
“Seandainya aku mempunyai doa baik yang dikabulkan maka aku tidak akan mempersembahkannya kecuali untuk pemimpin. Dikatakan kepadanya, wahai Abu ‘Ali jelaskan kepada kami apa maksudnya? Beliau berkata, “Bila doa itu hanya aku tujukan kepada diriku sendiri maka hanya akan bermanfaat untuk diriku sendiri, namun bila aku mempersembahkan kepada pemimpin, dan ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan Negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya”. (Ittihaful Qaari bit Ta’liqat ‘Ala Syarhi Sunnah, syaikh Al Fauzan 2/153). Wallahu waliyyut Taufiq.

✍ Ust Abu Ghozie As Sundawie

Tidak ada komentar: