Dai yang lalai dari Mendakwahkan Tauhid

SYAIKH SHALIH BIN 'ABDUL 'AZIZ SINDI -hafizhahullaah-

PERTANYAAN: Bagaimana jika ada sebagian da'i yang memiliki ilmu tentang 'aqidah, akan tetapi lalai dari mendakwahkannya?

JAWAB:

[1]- Ini adalah kekalahan, ketika ia meninggalkan dakwah 'aqidah dan menyibukkan diri dengan lainnya; maka kasihan dirinya, karena ia telah mencegah kebaikan dari dirinya sendiri.

[2]- Segala sesuatu dalam syari'at betapa pun pentingnya; maka masih kalah dibandingkan dengan pentingnya Tauhid.

Tauhid adalah yang pertama (harus didakwahkan), didakwahkan), Tauhid adalah yang paling penting, dan Tauhid adalah yang paling agung.

[3]- Tauhid wajib mendapatkan porsi terbesar dalam dakwah. Hal itu bukan berarti kita melalaikan perkara-perkara lainnya, akan tetapi hendaknya (da'i) memberikan perhatian lebih besar untuk mendakwahkan tauhid dan lebih mengedepankan Tauhid atas hal lain, terlebih lagi pada zaman sekarang; ketika banyak tersebar penyimpangan 'aqidah.

Dai yang lalai dari Mendakwahkan Tauhid

Ketika didapati ada orang yang berbuat syirik (mempersekutukan Allah dalam ibadah), akan tetapi ia berhias dengan akhlak-akhlak yang mulia: maka tidak sepantasnya kita mendakwahinya dengan permasalahan yang berkaitan dengan adab.

[4]- Syari'at memiliki "aulaawiyyaat" (skala prioritas); yakni: di dalam syari'at ada yang harus dinomorsatukan, ada nomor dua, dan seterusnya. Seperti dalam hadits Mu'adz (ketika mengutusnya ke Yaman):

((إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ [إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ]،...))
"Sungguh, engkau akan mendatangi orang-orang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani); maka hendaklah PERTAMA KALI yang harus engkau dakwahkan adalah: [Agar mereka mentauhidkan Allah],…”

Maka, ada yang harus PERTAMA KALI (didakwahkan), ada yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Yang pertama adalah Tauhid.

[5]- Agama Allah pasti ditolong (oleh-Nya). Maka pada hakikatnya dakwah tidak membutuhkan anda wahai da'i, akan tetapi engkaulah yang butuh untuk berdakwah agar engkau bebas dari tanggung jawab. Maka janganlah engkau kurang dalam menunaikan amanah ini; karena engkau bisa diganti oleh Allah: dengan orang lain.

-ditulis dengan ringkas oleh: Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar: