Bolehkah Dai Join Hobi dengan Ahli Maksiat ?

PERTANYAAN:

Sebagian da’i bergabung dengan para pemuda dalam hobi mobil, motor, dan lainnya dari hobi-hobi para pemuda, dan (da’i) ini bergabung dengan mereka dalam hobi-hobi ini. Yang dia inginkan dari hal itu adalah: untuk mendakwahi mereka dan memberi petunjuk kepada mereka. Maka apa pendapat anda tentang cara ini?

SYAIKH IBRAHIM BIN ‘AMIR AR-RUHAILI -hafizhahullaah- menjawab:

Ini adalah cara yang tidak benar, dan kalau masalah ini diberlakukan secara umum; maka besoknya dia akan pergi bersama pemain bola untuk bermain, besoknya lagi pergi bersama penari untuk berjoget dengan mereka, bersama penyanyi untuk menyanyi. Dan ini telah dilakukan oleh sebagian mereka.

Ada orang yang mengabarkan kepadaku: bahwa ada seorang pemuda yang dulunya banyak dosa kemudian Allah beri petunjuk kepadanya. Dan pemuda ini ahli dalam memainkan gitar -yaitu: alat yang biasa mereka gunakan untuk bermain musik-. Dan telah masyhur di kalangan para pemuda bahwa (pemuda) ini termasuk pemain gitar yang handal. Maka (ada orang) yang menyayangkannya (berhenti bergitar) dan mengatakan: “Kenapa kok dia bertaubat? Padahal setahu saya dia pemain gitar tanpa lawan.”

Bolehkah Dai Join Hobi dengan Ahli Maksiat ?

(Suatu hari) dia (pemuda tersebut) melewati para pemuda yang sedang bermain gitar, hal itu setelah dia istiqomah (dalam taubatnya). Maka dia pun duduk bersama mereka dan berkata: “Bawa sini gitarnya!” Maka dia pun memainkannya dan orang pun kagum dengan permainannya dan berkata: “Demi Allah, ini seperti petikan si fulan.” Maka dia (pemuda itu) berkata: “Sayalah fulan (yang engkau maksud).” Setelah itu mulailah dia menasehati mereka, dan ada yang bertaubat.

Maka cara seperti ini adalah tidak boleh, (bagaimana mungkin) dia mengharapkan pahala (dengan menasehati orang) sambil bermain musik?! Padahal Allah -‘Azza Wa Jalla- telah memberikannya petunjuk; maka bagaimana bisa kok dia kembali kepada maksiat?!

Dan ini merupakan suatu hal yang berbahaya, ini termasuk cara-cara yang dilakukan oleh sebagian orang yang menisbatkan diri kepada dakwah dari kalangan orang-orang bodoh dari sebagian Jama’ah yang sudah kalian kenal.

Tidak boleh bagi seorang (da’i) untuk bergabung dengan ahli maksiat, dan tidak boleh juga bergabung dengan mereka dalam permainan. Hendaknya dia berada di atas jalan ulama dan petunjuk ulama.

Tidak mengapa (da’i) mendatangi mereka pada tempat mereka jika tidak ada maksiat pada tempat tersebut. Seperti: kalau ada tempat yang digunakan untuk main motor, dan dia mendatangi mereka dengan mengatakan: “Saya ingin menasehati kalian.” Akan tetapi dia tidak main bersama mereka, sebagaimana Nabi -shallalalaahu ‘alaihi wa sallam- mendatangi manusia pada majlis-majlis mereka. Adapun kalau di tempat tersebut ada hal sia-sia, permainan, tarian dan ada khamr di antara mereka; maka tidak boleh untuk memasuki majlis-majlis semacam ini.

Jadi, kala datang ke tempat yang tidak ada penyelisihan (terhadap syari’at) dan dia datang untuk menasehati mereka; maka tidak mengapa. Adapun kalau datang untuk bergabung dengan kegiatan mereka: merokok bersama para perokok, menari dengan orang-orang yang menari, menyanyi bersama para penyanyi, dan dia berkata bahwa wasilah ini termasuk wasilah dakwah: maka ini tidak benar, dan ini cacat dalam Manhaj.

Engkau tidak bertanggung jawab untuk memberi hidayah (taufik) kepada hati orang lain. Engkau hanyalah bertanggung jawab untuk memberi hidayah irsyad (menjelaskan kebenaran). Hidayah irsyad adalah: engkau mengerahkan berbagai sebab untuk menjelaskan kebenaran tanpa meninggalkan sesuatu pun dari agama (syari’at) Allah -‘Azza Wa Jalla-.

Dan pernah saya katakan suatu kali -dan semoga Allah menetapkanku di atas hal itu-: Kalau dikatakan kepadaku: “Demi Allah, Eropa semuanya akan masuk Islam asalkan engkau mencukur jenggotmu.” Maka aku tidak akan mencukur jenggotku. Kenapa? Karena saya sudah banyak dosa (jangan ditambah lagi -pent).

Kalau [dikatakan kepadamu]: “Engkau cukur jenggotmu, dan yakinilah bahwa mencukurnya adalah salah satu wasilah dakwah agar Eropa yang kafir itu mendapat petunjuk.” Maka tidak engkau lakukan. Kenapa? Karena engkau hanya bertanggung jawab atas hal-hal yang diwajibkan atasmu. Adapun apakah mereka mendapat petunjuk ataukah mereka tidak mendapat petunjuk; maka Allah -‘Azza Wa Jalla- berfirman kepada Nabi-Nya -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-: “Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.: (QS. Al-Ghasyiyah: 22)

Kita mendakwahkan mereka dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah, maka barangsiapa yang Allah kehendaki petunjuk baginya; maka dia akan mendapat petunjuk. Dan jika mereka tidak mendapat petunjuk dengan Al-Qur-an, As-Sunnah dan dengan petunjuk Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-; maka tidak mungkin mereka akan mendapat petunjuk dengan cara-cara yang dibuat-buat oleh mereka ini.

(Liqa’ Maftuh bersama Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili -hafizhahullaah- pada Daurah Syar’iyyah Kelima, Ponpes Imam Bukhari Solo)

السؤال: خالط بعض الدعاة الشباب هواية السيارات والدرجات الناريّة وغيرها مِن هوايات الشباب ويشاركهم في هذه الهوايات، ويقصد مِن وراء ذلك: دعوتهم وهدايتهم. فما رأيكم في هذه الطريقة؟

الجواب: هذه الطريقة غير صحيحة، لأنّ طرد هذه المسألة: غدًا سيذهب مع أهل الكرة يلعب، وغدًا سيذهب مع أهل المراقص فيرقص، ويذهب مع المغنّين يغنّي. وهذا فعله بعضهم.

حدّثني شخص يقول أنّ شابًّا كان مسرفًا على نفسه فهداه الله، فكان هذا الشابّ يحسن العزف على العود -وهذه الآلة التي يعزفون عليها-، والمشهور بين الشباب أنّ هذا مِن أحسن الناس في العزف، فتاب. فتحسّر عليه وقال: كيف تاب، ما أدري أحدًا يعزف مثله.

مرّ على الشباب يعزفون على العود بعد أن استقام، جلس معهم، قال: أعطوني العود. وعزف وأعجبه، وقال: والله كأنّه عزف فلان. قال: أنا فلان. بعد هذا أخذ ينصحهم، فرجع مَن رجع. هذا لا يجوز؛ رجاء الأجر وهو يعزف. [قد] هداه الله -عزّ وجلّ-؛ كيف يرجع إلى المعصية؟!

وهذا شيء خطير، وهذه مِن المسالك التي وقع فيها بعض مَن ينتسب للدعوة مِن أهل الجهل مِن بعض الجماعة التي تعرفونه.

لا يجوز للإنسان أن يشارك أهل المعاصي، ولا يجوز له أن يشارك هؤلاء في اللعب، وإنما يكون على سمت العلماء وهدي العلماء.

ولا بأس أن يأتيهم في مكانهم إذا كان ما فيه معصية. لو كان المكان الذي يلعب فيه الدرّاجات، وجاءهم وقال: أريد أن أنصحكم. ولم يلعب معهم. كما كان النبي -صلّى الله عليه وسلّم- يغشى الناس في مجالسهم. وأمّا إذا كان المكان فيه لهو ولعب ورقص وبينهم خمر؛ لا يجوز أن يدخل هذه المجالس. فإذا كان هذا الشيء ليس فيه مخالفة وجاء ونصحهم؛ لا بأس. أمّا أن يأتي يشارك فيما هم فيه: يدخّن مع المدخّنين، ويرقص مع المراقصين، يغنّي مع المغنّين، يقول: هذه الوسيلة مِن وسائل الدعوة؛ فهذا غير صحيح، فهذا خلل في المنهج.

أنت لست المسؤول عن هداية قلوب الآخرين، وإنما أنت مسؤول عن هداية الإرشاد. هداية الإرشاد: أن تبذل الأسباب فيه هداية الإرشاد ولا تترك شيئًا مِن دين الله -عزّ وجلّ-.

وأنا قلت -والله- مرّة -وعسى الله أن يثبّتني على ذلك-: لو قيل لي: والله أوروبّا كلّها تدخل في الإسلام على أن تحلق لحيتك؛ ما حلقت لحيتي. لماذا؟ لأنّ لي ذنوبًا كثيرة.

لو [قيل لك]: تحلق لحيتك واعتقد أنّ حلقها وسيلة للدعوة تهتدي أوروبّا الكافرة؛ ما فعلت. لماذا؟ لأنّك مسؤول عمّا يجب عليك، وأمّا كون هؤلاء يهتدون أو لا يهتدون؛ فالله -عزّ وجلّ- قال لنبيّه -صلّى الله عليه وسلّم-: {لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ}.

نحن ندعوهم بالكتاب والسنّة، فمَن شاء الله هدايته؛ اهتدى، وإذا لم يهتدوا بالكتاب والسنّة وبهدي النبيّ -صلّى الله عليع وسلّم-؛ لا يمكن أن يهتدوا بهذه الأساليب التي أحدثها هؤلاء.

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar: