Banyak Beristighfar Untuk Mencegah Datangnya Penyakit

Telah jelas bahwa kemaksiatan kepada Allah adalah biang datangnya berbagai musibah dan wabah penyakit,

maka dapat dipahami bahwa istighfar dan mohon ampunan kepada-Nya adalah penangkal dan penawar berbagai wabah dan penyakit. Bukan hanya menangkal penyakit, akan tetapi istighfar juga akan mendatangkan kedamaian, kebahagiaan, keberkahan dan kemudahan dalam hidup.

Allah Ta’ala berfirman kepada umat Nabi Muhammad صلى اللّه عليه وسلم :

“Dan hendaknya kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya (Jika kamu mengerjakan yang demikian) niscaya Allah akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai pada waktu yang telah ditentukan.” (QS. Huud: 3)

Banyak Beristighfar

Syaikh Muhammad Amin as-Syinqithi menafsirkan ayat ini dengan berkata, “Pendapat yang paling kuat tentang maksud kenikmatan yang baik ialah: rizki yang melimpah, hidup yang lapang, dan keselamatan di dunia dan yang dimaksud dengan (waktu yang telah ditentukan) adalah kematian.” [1]

Allah Ta’ala mengisahkan perihal Nabi Hud bersama kaum ‘Aad.
Dikisahkan, kaum ‘Aad adalah satu kaum yang terkenal memiliki kekuatan yang luar biasa.

“Kaum ‘Aad berkata, “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami”
Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (QS. Fusshilat: 15)

Walau demikian, andai mereka beriman kepada Allah dan mensucikan jiwa mereka dari berbagai noda kemaksiatan dengan beristighfar, niscaya kekuatan mereka menjadi berlipat ganda:

“Wahai kaumku, beristighfar kamu kepada Tuhanmu, lalu bertaubatlah (kembalilah) kepada-Nya, niscaya Allah akan menurunkan hujan yang sangat lebat dan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu.” (QS. Huud: 52)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dalam kitab tafsirnya bahwa Abul Bilaad merasa keheranan tatkala membaca firman Allah Ta’ala:

“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” (QS. As-Syura:30)

Ia bertanya-tanya, bagaimana penerapan ayat ini kepada dirinya, yang telah menderita buta mata sejak ia dilahirkan. Karena rasa herannya inilah ia bertanya kepada Al-A’la bin Badr, “Bagaimana penafsiran firman Allah Ta’ala:

“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.”

Padahal aku ditimpa kebutaan sejak aku masih bayi? Maka Al-A’la menjawab: “Itu adalah akibat dari dosa kedua orang tuamu.” [2]

Inilah imunisasi syari’at sejati yang sepantasnya digalakkan sejak dini, agar kita menjadi bangsa yang perkasa dan berjaya.

Dan selanjutnya, generasi penerus kita tidak turut merasakan sebagian dari kesialan berbagai amal kemaksiatan kita.

Renungkan dan pikirkan baik-baik saudaraku! Apakah anda sampai hati untuk mewariskan kesialan amal maksiat anda kepada putra-putri anda?

Saya yakin anda adalah orangtua yang penyayang, sehingga andapun pasti terpanggil untuk menjauhkan warisan sial ini dari putra-putri anda. Tidak heran bila andapun banyak beristighfar dan berjuang sekuat tenaga untuk mensucikan diri anda dan keluarga anda dari kesialan amal maksiat. Selamat berjuang, semoga Allah Ta’ala memberkahi dan memudahkan perjuangan anda.

Catatan Kaki:
[1] Adwaul Bayan 3/12
[2] Tafsir Ibnu Abi Hatim 10/3279 & Tafsirr Al-Baghawi 7/355

Tidak ada komentar: