Kedangkalan Ilmu syar'i sebab munculnya bid'ah

 Karena kedangkalan ilmu tentang syari’at yang Allah turunkan. Sebagaimana Imam Ahmad, ketika mensifati ahli bid’ah, Beliau berkata:

‎عقدوا ألوية البدعة وأطلقوا عقال الفتنة
‘Mereka yang menegakkan benderà bid’ah dan menebarkan fitnah’

‎فهم مختلفون في الكتاب مخالفون للكتاب
‘Mereka berselisih tentang Al Qur’an dan menyelisihi Al Qur’an’

‎مجمعون على مفارقة الكتاب
‘Bahkan bersepakat untuk meninggalkan Al Qur’an. artinya mengikuti hawa nafsunya’

‎يقولون على اللّٰه وفي اللّٰه وفي كتاب اللّٰه بغير علم
‘Mereka berkata atas Allah dan tentang Allah dan tentang Kitabullah dengan tanpa ilmu’

‎يتكلمون بالمتشابه من الكلام
‘Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang bersifat mutasyaabih (yang samar)’

‎ويخدعون جهّال الناس
‘Untuk menipu orang-orang yang awam’

‎بما يشبهو عليهم
‘Dengan cara menyamarkan’

‎فنعوذ باللّٰه من فتن المضلين
‘Dan kita berlindung kepada Allah dari fitnahnya orang-orang yang menyesatkan.’

Itu disebutkan dalam Kitab Arrod ‘ala zanadikoh Wal jahmiyah karya Imam Ahmad

Jadi syi’arnya orang-orang ahli bid’ah itu adalah merupakan mengikuti perkara-perkara yang mutasyaabihat.

Karena apa ?

Kedangkalan Ilmu syar'i sebab munculnya bid'ah

Sedikitnya ilmu mereka dan kebodohan ilmu itu mencakup banyak perkara yang menyebabkan mereka jatuh kepada kebid’ahan diantaranya :

1. Bodoh terhadap Hadits Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wasallam, tidak bisa membedakan antara yang shohih dengan yang dho’if. Bahkan pengetahuan mereka terhadap Haditspun juga sangat minim sekali, sehingga akhirnya karena kurangnya pemahaman mereka atau pengetahuan mereka terhadap Hadits, mereka seringkali menggunakan akal pikiran.

2. Bodoh terhadap atsar-atsar Salafush-sholih dan pemahaman para sahabat, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
Sehingga akhirnya mereka tidak faham aqidah dan manhaj Salafush-sholih.

3. Bodoh terhadap maksud daripada tujuan pensyari’atan,
sehingga akhirnya mereka ber buat bid’ah dengan perkiraan bahwa itu adalah maksud tujuan syari’at, padahal bukan.

4. Bodoh terhadap bahasa Arab dan tata caranya, yang berakibat mereka salah dalam memahami Al Qur’an dan Hadits Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam.

5. Bodoh terhadap kaidah-kaidah syari’at dan ushul-ushul fiqih.
Sehingga akhirnya karena bodoh terhadap kaidah-kaidah mereka tidak memahami dengan benar dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits.

6. Mereka suka mengambil hadits-hadits yang lemah bahkan palsu
karena kebodohan mereka terhadap ilmu hadits yang berakibat akhirnya mereka seringkali menggunakan hadits-hadits yang dhoif bahkan palsu yang mendukung pendapat mereka.

7. Karena kebodohan mereka juga akhirnya suka mengambil dalil sepotong-sepotong
tidak mengumpulkan dalil dalam suatu bab permasalahan seluruhnya, tapi hanya sebatas mengambil dalil yang sesuai dengan keinginan mereka lalu kemudian menuduh Ahlussunnah yang mengambil dalil sepotong-sepotong, bagaikan maling teriak maling.

8. Mereka menganggap bahwa pendapat imam mereka itulah yang harus diikuti, itulah yang sudah matang, sementara Al Qur’an dan Hadits menurut mereka masih mentah, masih samar, sehingga harus dipahami oleh imam-imam mereka yang sama-sama juga pengikut hawa nafsu, akibatnya mereka menganggap bahwa kebenaran itu yang dipahami oleh imam-imam mereka.

Inilah akibat daripada sedikitnya keilmuan mereka terhadap Al Qur’an dan Hadits, dan tata cara memahaminya yang benar.

Wallahu a'lam

Dari kitab yang berjudul “Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa“, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi hafizhahullahu ta'ala (9)

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Sumber: bbg-alilmu.com

Tidak ada komentar: