Salah Satu Kesaksian Tentang Kesesatan Ldii Dari Mantan Pengikut Ldii

Mantan Pengikut Ldii

Ingatlah bahwa MUI sudah sejak masa Orde Baru menegaskan kesesatan LDII, alias organisasi yang pernah bernama Lemkari, Islam Jama'ah, Darul Hadits. Mereka kelompok dan organisasi yang berkedok Islam, asli buatan Kediri, Jawa Timur.

Satu di antara kesesatannya yang cukup terkenal, adalah bahwa kaum manapun seluruh dunia harus berislaam dengan berbai'at kepada Madigol alias yang kemudian berganti nama menjadi Nur Hasan Lubis (singkatan dari "Luar Biasa") dan kepada keturunannya.

Dengan berbagai bentuk kesetiaan, termasuk dengan menyetorkan sejumlah uang dari penghasilan pengikutnya, rutin. Dan jika imam (ada beberapa tingkatan imam) meminta istrinya, maka si istri harus diceraikan, diikhlaskan, untuk si imam. Dan sebagainya.

Jika tidak, maka keislamanannya tidak sah, najis, bahkan kafir. Semua orang yang bukan LDII adalah demikian. Bagi mereka.

Yang keluar dari LDII, akan dikejar-kejar, dipersekusi, diancami, dsb.

Ini adalah paham Khowarij jenis baru, yang dibuat di Indonesia. Alhamdulillaah, pendirinya, si Madigol alias Nur Hasan Lubis itu, sudah meninggal dunia dalam keadaan mengenaskan.

Di masa Orde Baru itu, walaupun MUI yang adalah gabungan ulama dari sekitar 70 organisasi Islam RI sudah menyatakan fatwanya, LDII praktis tak cukup dapat disentuh, apalagi dibubarkan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mereka merapat ke Golkar dan dipelihara Golkar, penguasa Orde Baru. Bahkan orang-orang LDII dikenal juga cukup banyak di kepolisian, hingga di pemerintahan dan sejumlah artis pesohor.

Kini, menurut kabar para ulama dan aktvis Islaam, mereka juga merapat ke MUI, dan amat 'menservis' salah satu tokoh kunci MUI yang amat terkenal kini (terutama dalam masa kampanye dan Pemilu 2019). Hingga rancangan fatwa baru MUI yang lebih tegas tentang LDII, bahkan diganjal - terutama - olehnya.

Berikut ini adalah kesaksian mantan anggota LDII yang bertaubat, dan kembali ke Islaam, ke Ahlus Sunnah, al Jama'ah, as Salafiyyaah.

Lihatlah, mereka, jama'ah LDII itu, bahkan tidak mau sholat berjama'ah di Masjidil Harom.

Karena imam Masjidil Harom bukan orang LDIII!

Sumber: https://www.facebook.com/164655911047924/posts/389987055181474/

Saya adalah jamaah LDII yang tinggal di Arab Saudi, hampir semua distrik di arab saudi terdapat islam jamaah dan dibuat sub kelompok. Saya sendiri bergabung di kelompok Saptco Makkah yang berjumlah sekitar 50 jamaah.

Setiap Jum'at pagi ada pengajian sa-desa di Rumah sabilillah di daerah Nuzza , sekitar 3 km dari Masjidil Haram arah ke Jeddah , acara dimulai 9 pagi sampai 11 siang sebelum sholat jumaat.

Tetapi setiap bubaran pengajian, kami islam jamaah berbondong bondong pulang ke Campnya masing masing, mereka tidak bergegas untuk sholat jum'at bersama di Masjidi Haram, padahal jaraknya sangat dekat, kami menyelinap masuk ke kamar untuk Sholat Jumaat, sedangkan yang Campnya jauh tetap tinggal di nuzza untuk sholat jumat disitu dan ini bukan oknum tapi sa'Desa sampai Sa Daerah

Begitupun Kelompok saya "Saptco Makkah" mereka di Camp membuat satu kamar khusus untuk dijadikan tempat pengajian kelompok dan sholat berjamaah.

Saya sendiri termasuk jokam yang bandel, setiap waktu sholat, saya tidak pernah sholat dikamar itu, saya lebih memilih sholat di masjid perusahaan, imamnya orang Burma yang sudah menjadi warga Saudi, dia merupakan alumni Ummul Qura, setiap waktu sholat saya yang Adzan, bahkan ketika sang imam berhalangan hadir saya yg didapuk menjadi imam.

Suatu hari saya di panggil oleh Pengurus Islam Jamaah, mereka menasehati jangan sampai sholat di masjid, lebih baik sholat berjamaah di kamar, karena Kamar Juga termasuk masjid dan yang terpenting bisa sholat berjamaah bersama jokam, karena meskipun sholat di masjid bersama orang HUM(non LDII) tetap hukumnya sholat sendirian.

Kepahaman tidak mau sholat bersama HUM bukan segelintir oknum, tapi sudah menjadi kepahaman bersama warga Islam Jamaah.

✍khairil anas

Tidak ada komentar: