Demokrasi adalah sumber kerusakan bukan wahabi

Demokrasi adalah sumber kerusakan

Problemnya adalah demokrasi. Demokrasi membuat orang berkelompok2 dan memupuk loyalitas 'crazy high' pada ormas yg diikutinya. Demokrasi membuat banyak orang mengira semua tujuan bisa diraih dengan unjuk kekuatan, demo, premanisme dan yg semisal. Maka ya wajar, jika di negara demokrasi seperti indonesia atau india misalnya dakwah sunnah akan terus mendapat tekanan dari orang islam sendiri yg kepentingannya merasa terganggu; meskipun seandainya mereka mampu mencerna dan mengakui isi dakwah tsb sesuai dengan bukti2 dan dalil yg otentik.

Di negara2 yg tidak atau kurang demokratis, di Mesir misalnya, di pusatnya ajaran asy'ariyyah sendiri .. apa pernah ada pengajian yg didemo atau dibubarkan oleh orang islam? Apa mungkin orang2 yg biasa ngalap berkah di Masjid Hussein di Cairo datang mendemo pengajian di Masjid Ansharussunnah? Atau memprotes kajian Syaikh Hasan AbdulWahhab al-Banna di Heliopolis? No way, lha wong baru kumpul2 aja mungkin langsung diciduk aparat keamanan, apalagi demo dengan membawa sejumlah massa berpentungan. Selama tempat2 kajian itu mendapat izin resmi atau da'i-nya tidak dalam daftar hitam pemerintah, tak seorangpun bisa menyentuh membubarkan majelisnya.

Tapi di negara2 barat (yg demokratis) juga tidak ada tuh orang islam yg membubarkan pengajian. Jadi bukan karena demokrasi-nya dong? Well, ada perbedaan fundamental yg harus diperhatikan; perbedaannya adalah, dalam kasus negara2 barat, tak pernah ada sekelompok orang islam yg merasa kepentingannya terganggu oleh bahasan kajian kelompok lain (let's say wahabi). Lha iya, apa ada di eropa kuburan2 keramat yg biasa didatangi untuk ngalap berkah? apa ada ormas islam yg berpolitik sehingga khawatir manuvernya digembosi dakwah wahabi?

Kelompok ini, biasa didominasi etnik india pakistan bangladesh dan turki, yg saya lebih suka menyebutnya sufi liberal .... liberal karena beda dgn sufi umumnya yg suka berdiam di tempat2 keramat, sufi liberal ini hobinya plesir ke diskotik, pub, atau tempat2 pesta lainnya. Mereka ini sufi atau asy'ariyyah dalam aqidah tapi liberal atau 'kedonyan' dalam keseharian, sehingga sebenarnya tak lagi peduli dengan urusan2 agama. Barangkali juga karena sebagian yg hidup sekarang adalah generasi ketiga atau keempat imigran yg tentunya sudah semakin terliberalkan. Bagi mereka ini .. sufi atau asy'ariyyah? mangga, islam liberal? ra urus, wahabi? kajeun teuing.

Itulah sebabnya di negara2 eropa, dakwah sunnah justru sangat mudah diterima banyak kalangan. Mualaf pun, jika ia memeluk islam bukan karena faktor perkawinan, maka hampir bisa dipastikan mereka memeluk islam dari jalur wahabi itu tadi. Sederhananya, karena yg paling aktif melakukan dakwah islam di eropa adalah para wahabi itu. Ambil contoh di Manchester, setidaknya sekarang ada 3 pusat kajian/dakwah wahabi: di Cheetham Hill, di Rochdale, di Rusholme, padahal Manchester ini dikenal sebagai rumah bagi komunitas etnik ipb.

Wahabi sendiri mudah diterima di banyak tempat (entah negara demokratis atau tidak), karena sifatnya yg tak mau mengusik2 kekuasaan, politik dan sebangsanya. Wahabi yg saya pahami tak berurusan dgn isyu2 semisal people power atau terorism, beda dgn semisal HT, ISIS, atau IM. Jika demikian, apa alasan penguasa memberangus wahabi? Yg memberangus itu adalah kelompok2 yg hasad atau tersaingi pengaruhnya. Mereka ini memperalat demokrasi, kebebasan berpendapat/berserikat dll untuk mewujudkan ambisinya di negeri islam yg demokratis.

Jadi jelas ... demokrasi adalah sumber kerusakan dan tidak akan pernah cocok diterapkan di negara2 dgn mayoritas pemeluk islam, setidaknya sampai penduduk muslim di negara tsb berhasil diliberalkan.

Masih tidak yakin demokrasi sumber masalah? Lihat saja, para enol dua pasti akan tidak enak hati jika disodori fakta bahwa pembubaran kajian ustadz Firanda di Aceh kemarin dihubung-hubungkan dengan para agen 002 dan bukannya agen 007. Iya kan, iya kan?

Wis ra sah eyel2an ... yakinkan diri bahwa demokrasi itu jelek dan jahat. Tinggalkan! That's all ...

katon kurniawan

Tidak ada komentar: