DEMONSTRASI BUKANLAH JIHAD

DEMONSTRASI BUKANLAH JIHAD

Diantara Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah:

1) Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada perkara besar maupun kecil yang belum disampaikan oleh Islam hukumnya, apalagi perkara politik. Firman Allah:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu." (Al-Ma'idah:3)

2) Islam telah mengatur bahwa setiap muslim wajib mentaati pemerintahnya yang muslim dalam setiap hal yag ma'ruf, walaupun pemimpinnya dzalim secara terang-terangan, selama dia bukan orang kafir.

Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, ia berkata:

دعانا النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فبايعناه، فقال فيما أخذ علينا : أن بايعنا على السمعِ والطاعةِ، في منشطِنا ومكرهِنا، وعسرِنا ويسرِنا وأثرةٍ علينا، وأن لا ننازعَ الأمرَ أهلَه، إلا أن تروا كُفرًا بَواحًا، عندكم من اللهِ فيه برهانٌ
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah memanggil kami, kemudian membaiat kami. Ketika membaiat kami beliau mengucapkan poin-poin baiat yaitu: taat dan patuh kepada pemimpin, baik dalam perkara yang kami sukai ataupun perkara yang tidak kami sukai, baik dalam keadaan sulit maupun keadaan lapang, dan tidak melepaskan ketaatan dari orang yang berhak ditaati (pemimpin). Kecuali ketika kalian melihat kekafiran yang jelas, yang kalian punya buktinya di hadapan Allah.” (HR. Bukhari no. 7056, Muslim no. 1709)

3) Ketaatan para salaf kepada pemerintah tidak berhenti jika ada pemimpin negaranya yang meraih kekuasaan dengan cara curang. Bahkan mereka mewajibkan metaati pemerintahnya walaupun dia meraih tahta kekuasaannya dengan cara yang curang.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Siapa saja pemimpin yang berhasil menang atas yang lainya dengan pedang, sehingga dia menjadi khalifah dan pemimpin muslim, maka tidak halal bagi siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak menerimanya sebagai pemimpin, baik pemimpinnya shaleh ataupun fasiq. "

Beliau juga berkata: " Jika ada seorang (calon) pemimpin bersama kaumnya, sedangkan ada seorang (calon) pemimpin yang lain bersama kaumnya keduanya saling merebut kepemimpinan, maka yang menang dari keduanya dialah yang menjadi pemimpin (pemerintah)." Beliau berdalil dengan perkataan Ibnu Umar -Radhiallahu 'Anhuma ketika peristiwa al-Harrah di zaman kekuasaan Yazid bin Mu'awiyah, sembari beliau mengatakan: "نحن مع من غلب"، Kami akan tetap bersama (pemimpin) yang menang. (al-Ahkam as-Sulthaniyah fi kaifiyyah in'iqad al-Imamah: 23)

4) Menghina pemerintah secara terang-terangan merupakan santapan kaum khawarij.

Imam Tirmidzi dan selainnya dari Ziyad bin Kusaib Al-Adawi, katanya:

كُنْتُ مَعَ أَبِيْ بَكْرَةَ تَحْتَ مِنْبَرِ أَبِيْ عَامِرٍ وَهُوَ يَخْطُبُ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ رِقَاقٌ, فَقَالَ أَبُوْ بِلاَلٍ: انْظُرُوْا إِلَى أَمِيْرِنَا يَلْبَسُ لِبَاسَ الْفُسَّاقِ, فَقَالَ أَبُوْ بَكْرَةَ : اسْكُتْ! سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِيْ الأَرْضِ أَهَانَهُ اللهُ
“Saya pernah bersama Abu Bakrah di bawah mimbar Ibnu Amir yang sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Abu Bilal berkata: Lihatlah pemimipin kita, dia mengenakan pakaian orang-orang fasiq. Abu Bakrah menegurnya seraya berkata: Diamlah, saya mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menghina pemimpin di muka bumi, niscaya Allah akan menghinakannya.“” (Lihat Shahih Sunan Tirmdzi: 1812 oleh Al-Albani).

5) Mengingkari Kedzaliman Pemerintah Muslim dengan lisan secara terang-terangan dan dengan tangan atau senjata bukanlah jihad. tetapi adalah peperangan yang Bathil. Karena pemerintah dan bawahannya dari kalangan aparat keamanan adalah terdiri dari orang Islam, sedangkan kedua kubuh Islam yang saling berperang maka pembunuh dan yang terbunuh tempatnya di neraka. Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا، فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ» ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ، فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ؟ قَالَ: «إِنَّهُ أَرَادَ قَتْلَ صَاحِبِهِ»
“Jika dua orang muslim berperang dengan pedang mereka, yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka,” para sahabat bertanya,“Wahai Rasûlullâh, yang membunuh tentu saja, tetapi bagaimana dengan yang terbunuh?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yang terbunuh juga ingin membunuh lawannya.” [HR al-Bukhâri, no. 31 dan Muslim, no. 2.888].

6) Jika ada pemimpin dzalim yang berhasil menang maka tidak akan membahayakan iman rakyatnya jika mereka bertakwa.

Allah berfirman:

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan membahayakan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan. (Ali Imran:120)

7) Mulailah memilih pemimpin yang baik dengan cara memperbaiki pribadi masing-masing rakyat dengan bertakwa kepada Allah dan bertaubat dari seluruh dosa. Karena kebaikan pemimpin dilahirkan dari kebaikan rakyatnya. Sedangkan keburukan pemimpin dilahirkan dari keburukan rakyatnya.

Allah berfirman:

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim pemimpin bagi sebagian lainnya, disebabkan apa yang mereka kerjakan. (al-An'am:129)

Seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah mendengar perkataan buruk rakyatnya tentang khilafah yang dipimpinnya. Karena hal itu, sang khalifah mengundang dan mengumpulkan para tokoh dan orang-orang yang berpengaruh dari rakyatnya. Dalam pertemuan itu khalifah berkata, “Wahai rakyatku sekalian! apakah kalian ingin aku menjadi khalifah seperti Abu Bakar dan Umar?. Mereka pun menjawab, “ya”. Kemudian khalifah berkata lagi, “Jika kalian menginginkan hal itu, maka jadilah kalian seperti rakyatnya Abu bakar dan Umar! karena Allah Subhanahu wa ta’ala yang maha bijaksana akan memberikan pemimpin pada suatu kaum sesuai dengan amal-amal yang dikerjakannya. Jika amal mereka buruk, maka pemimpinnya pun akan buruk. Dan jika amal mereka baik, maka pemimpinnya pun akan baik. (Syarh Riyadh Al-Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin)

Semoga Allah memperbaiki keadaan seluruh kaum muslimin yang ada di negeri ini dan seluruh negeri Islam, dan menyatukan kaum muslimin di atas aqidah yang benar aqidah para salafus shalih Radhiallahu 'anhum ajma'iin, aamiin.

Abu Husam Ahmad Bamualim

Tidak ada komentar: