siapapun juaranya, kita tetap sibuk dengan urusan masing-masing

berlari

Whatever it is, pemenang pertarungan sudah diputuskan, sang juara sudah diumumkan. Tak perlu anda, kita, dan semuanya terus2an memusuhinya. Apa untungnya jika kita larut dalam kebencian dan rasa saling bermusuhan? Toh siapapun juaranya, tetap saja kita kembali ke urusan masing2. Yg dagang kembali dagang, guru kembali ke kelas2, petani juga kembali ke sawah dst dst. Bukankah semua ada peranannya masing2 yg telah Allah takdirkan?

So, let's move on! Doakan saja sang juara menjadikan kejawaraannya itu untuk mengayomi dan melindungi kita semua dan bukan memanfaatkannya untuk menindas kaum yg lemah!

Eeeeh .... itu tentang pertandingan tinju deh kayaknya. Dua paragraf awalnya seharusnya terbaca begini:

Bayangkan! Anda melihat orang yg bertarung gebuk di atas ring tinju demi sekarung berlian. Jika anda mendekati arena itu dan ikut2an mendukung salah satu petinju yg bertanding, maka konsekuensinya adalah anda harus bersiap diri untuk jatuh cinta atau bersimpati kepadanya; entah karena kegantengannya, entah karena kesederhanaannya atau karena apa saja yg bahkan tidak ada relevansinya dgn pertandingan tinju tadi, apapun yg dikatakannya akan cenderung anda iyakan.

Anda akan membelanya mati2an atau setidaknya akan mentolerir kegilaan para hooligans, misalnya ketika mereka bermaksud naik ke atas ring tinju menyerbu sang wasit yg dianggap curang. Dan anda pun akhirnya tak lagi membantah kezaliman pertandingan tinju itu sendiri, tetapi fokus pada kecurangan2 yg konon diderita jagoannya sambil menutup mata, bahwa jagoannya pun tidak sedikit melakukan kecurangan.

Wait, wait, wait gaees .... mirip gak sih pertandingan tinju dengan pertarungan demokrasi alias pemilu? .... Ojo ngegas gitu, dab. Ulun ni handak batakun, julak ai. Ayo bubar ... bubar tinggalkan ring tinju!

sumber fb katon kurniawan

Tidak ada komentar: