Tarif Tol kok Mahal, siapa yang harus di salahkan ?

Tarif Tol kok Mahal


Tarif tol mahal? Jangan buru2 mencela pemerintah. Ingat! membangun itu perlu biaya yang besar dan seperti yg dijelaskan oleh Menhub, dikutip dari tribunnews•com (13-02-2019) bahwa berbeda dengan jalan biasa yg dibiayai APBN, jalan tol itu dibangun dengan dana swasta, karena memang pada dasarnya pemerintah tak punya banyak uang. Adapun swasta, pastilah memiliki kalkulasi bisnis sendiri, dimana rumus bakunya adalah ogah rugi.

Joint venture dengan swasta ini biasa diterapkan dalam proyek2 pembangunan jalan dan infrastruktur di banyak negara. Ambil contoh di Turki, wakanda land-nya para harakiyyun; Presiden Erdogan membangun banyak jalan, jembatan, bahkan airport dengan skema BOT, build-operate-transfer. Swasta membangun, lalu mengoperasikannya, dimana pemerintah menjamin sejumlah pemasukan tertentu untuk investasi mereka.

Karena kebanyakan adalah juga proyek mercusuar, untuk menarik investor, Presiden Erdogan menjanjikan fix income per tahun dan mewajibkan transfer asset dalam waktu sesingkat 25 thn, sehingga akibatnya adalah pemberlakuan tarif yg sangat mahal di tingkat konsumen. Saking mahalnya, fasilitas2 itu sepi dimanfaatkan oleh konsumen, dimana ujung2nya pemerintah lah yg harus menanggung selisih kerugian investor sesuai perjanjian BOT. Inilah kesalahan besar BOT di Turki, yg pada gilirannya menjadi satu faktor penyebab ekonomi Turki nyungsep dan tersandera hutang 445M dollar (atau sekira 1500 trilyun rupiah lebih besar dibanding utang indonesia).

Saya tak tahu persis bagaimana skema kerjasama yg diterapkan pemerintah dalam menggandeng swasta. Saya cuma bisa mendoakan agar kasus serupa di Turki tidak terjadi di Indonesia. Apapun kondisinya, dari ilustrasi tsb terlihat jelas bahwa besaran tarif tol tak mungkin sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; ada mekanisme ekonomi pasar yg harus diperhatikan. Jadi sangat tidak fair, jika kita menyalahkan pemerintah terkait mahalnya tarif beberapa ruas jalan tol di Indonesia.

Tapi, bukankah pemerintah yg bertanggung jawab atas pembangunan jalan tol tersebut? Jadi tetap pemerintah dong yg salah. Nein, tidak sepenuhnya benar, karena faktanya rakyat lah yg memenuhi ruas-ruas jalan dengan kendaraan mereka yg terus bertambah setiap tahunnya; dibeli dengan riba pulak kan? Nah, bukankah ini artinya hutang pemerintah itu didorong nafsu (berhutang) rakyatnya sendiri? Well, ketahuilah hal yg sama juga terjadi di Turki; sampai dengan thn 2016 sebenarnya sisi eropa dan sisi asia kota Istanbul sudah terhubung oleh 3 buah jembatan yg melintas di atas Selat Bosphorus, belum lagi ferry dan MRT yg menghubungkan kedua sisi kota.

Tapi ya begitu deh, sama seperti di indonesia ... kehidupan glamour membuat orang Turki yg terkenal kece badai mengeluhkan kemacetan. Dan akhirnya, satu lagi jalur penghubung dibangun untuk mengurangi kemacetan, kali ini lewat terowongan bawah laut yg diberi nama Eurasia. Mengapa dipilih terowongan bawah laut yg mahal? Proyek mercusuar ... selain mengurangi kemacetan, Eurasia juga dibangun untuk menyaingi Eurotunnel, yaitu terowongan bawah laut yg terlebih dulu ada menghubungkan Inggris dan Perancis.

Tapi mengapa di negara lain, Malaysia contohnya, harga tarif tol bisa murah? Jangan buru2 berkesimpulan ... coba lihat tahun berapa jalan2 tol di negeri jiran itu dibangun! Di thn 2017/18 ketika Indonesia baru punya jalur tol sepanjang 1000-an km, Malaysia sudah membangun jauh lebih panjang hampir 4 kali lipat.

Ini artinya, tahun dan besaran investasinya berbeda, biaya pembebasan tanahnya juga berbeda, sehingga wajar tarif-tolnya secara umum lebih mahal di indonesia. Dan sadarkah anda, mengapa Indonesia terlambat membangun infrastruktur dibanding Malaysia? Karena kita rakyat Indonesia kebanyakan menuntut dan terbiasa hidup dalam subsidi sejak lama ... akibatnya, duit negara habis cuma untuk membayar subsidi bbm, beras, pupuk, listrik dlsb sehingga tak tersisa lagi dana untuk pembangunan sarana fisik.

Jadi, mau diputer ke kiri atau ke kanan, dibolak balik kemana saja, problemnya terletak pada rakyat, yaitu rakyat yg terobsesi gaya hidup hedonis, manja dengan subsidi, dan jauh dari rasa bersyukur. Hirup teh ngan komplen jeung komplen weh unggal poe. Semua salah presiden, katanya; padahal kalau dipikir2 presiden tak pernah menyuruh kita kredit mobil yg pastinya perlu bensin murah dan jalan bebas macet ... Nggih nopo nggih?

-------
☝ Tulisan Rasa01, murjingah nusantara? #rapopo, asal mencerdaskan dan bisa membebaskan orang dari halusinasi akut berujung kebencian. Itu saja sih tujuannya, lha wong kecil kemungkinan juga yg bikin tulisan di atas diangkat jadi menhub. Alih-alih jadi menteri, sang penulis malah harus berpikir keras bagaimana bakulan 'rengginang'-nya tetap kompetitif di saat biaya distribusi membengkak akibat mahalnya tarif tol. Tapi ya sante wae, samadya wae ... tumerap pasrah marang Allah ar-Razzaq. Tol mahal? Kuwat dilewati, ra kuwat dipikir karo ngopi.

oleh Akhy Katon Kurniawan

Tidak ada komentar: