Berbicara pada sesi dialog pada Konferensi Internasional ke 25 tentang Masa Depan Asia (Konferensi Nikkei) di Tokyo, Jepang (Kamus, 30/5), dia mengklaim bahwa mata uang regional berdasarkan emas akan lebih stabil.
Mahathir menjelaskan, dengan mematok mata uang baru menjadi emas, maka itu dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan impor dan ekspor di antara negara-negara Asia Timur.
“Kita bisa melakukan penyelesaian menggunakan mata uang (baru) itu. Mata uang itu harus dipatok ke mata uang lokal sebagai nilai tukar, yang merupakan sesuatu yang dapat dikaitkan dengan kinerja negara," kata Mahathir.
"Dengan begitu kita tahu berapa banyak kita berutang, berapa banyak kita harus membayar dalam mata uang khusus Asia Timur," sambungnya, seperti dimuat Channel News Asia.
Dia menambahkan, mata uang baru ini juga dapat diperluas ke negara-negara di luar Asia Timur.
Mahathir mencatat, pasar global sekarang terikat dengan dolar Amerika Serikat. Hal tersebut membuat mata uang rentan terhadap manipulasi.
"Hanya karena satu negara itu terkena, ada infeksi ke negara lain. Malaysia sangat stabil pada tahun 1997 (selama krisis keuangan Asia), tetapi karena masalah yang terjadi di Thailand, mereka mengatakan kita harus mematok mata uang Malaysia (terhadap dolar AS)," jelasnya.
"Apa yang terjadi? Pedagang mata uang menjual mata uang Malaysia dan nilai mata uang Malaysia terdepresiasi," tambahnya.
"Perdagangan mata uang ini bukan sesuatu yang sehat karena ini bukan tentang kinerja (ekonomi) negara tetapi tentang manipulasi," sambungnya (rmol)
Tidak ada komentar: