Kisah Bakti Haywah bin Suraih ulama besar di zamannya

Kisah Bakti Haywah bin Suraih

BEGINILAH MEREKA BERBAKTI

Kisah tentang seorang ulama yang bernama Haywah bin Suraih...

Diceritakan bahwa Haywah adalah seorang ulama besar di zamannya...

Dia memiliki seorang ibu yang sudah renta, dan ibunya agak kurang sehat akalnya (kurang waras)...

Seperti biasa, Haywah memberikan pengajian didepan jamaahnya di masjid yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan jamaah...

Ketika beliau sedang menyampaikan pengajian tadi, tiba-tiba sang ibu pergi ke masjid,

kemudian membuka jendela masjid, dari jendela itu ibunya melongok,

kemudian dia memanggil-manggil anaknya: "Haywah... Haiywah !"...

Jamaah pada kaget: "Siapa (wanita) ini (yang) memanggil gurunya dengan namanya sendiri?"...

⇒ Biasanya, orang kalau memanggil gurunya dengan ustadz, syaikh, tuan guru (di daerah Lombok), kyai (di Jawa)...

Kira-kira apa yang Anda pikirkan?...
Apa yang diinginkan sang ibu?...

(Seseorang) sedang mengisi pengajian besar, kemudian dipanggil-panggil...

Meskinya ada sesuatu yang besar (misal rumahnya kecolongan, kebakaran, dll)...

Ternyata apa?...

Wanita itu berkata: "Haywah, itu ayam-ayam dirumah belum kamu kasih makan, kenapa tidak kamu kasih makan dulu?!"...

Subhanallāh.....
Lagi tengah-tengah mengisi pengajian besar tahu-tahu dipanggil oleh ibunya yang kurang sehat Untuk memberi makan anak ayam yang ada dirumahnya...

Lalu Apa yang dilakukan Haywah?...
Apa dia merasa malu?...

"Wah, masa seorang kyai ditengah-tengah pengajiannya diputus hanya untuk ngasih makan ayam?"...

Lalu Haywah memandang kepada jama'ahnya, dia sapa jama'ahnya tersebut,

kemudian dia berkata: "Wahai para jama'ahku, saya mengajar kalian hukumnya sunnah, adapun saya berbakti kepada ibu saya hukumnya wajib, dan maaf, saya mau melakukan yang wajib dulu"...

Kemudian ditutup kitabnya, dan dia keluar menggandeng tangan ibunya dengan penuh tunduk...

Lalu dia kasih ayam itu makan...

Setelah selesai memberi makan ayam, dia kembali ke masjid untuk memulai pelajarannya lagi...

Haywah mempraktekan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ 
"Dan merendahlah diri kalian dihadapan orang tua kalian karena kasih sayang" (QS Al Isrā: 24)

Banyak diantara kita tidak merendahkan dirinya dihadapan orangtuanya...

Merasa sarjana, sedangkan ibunya tamat SD saja tidak...

Merasa dia sudah menjadi pejabat, sedangkan ibunya adalah orang yang biasa...

Merasa bahwa dirinya telah memiliki kedudukan yang tinggi, sedangkan ibunya adalah manusia yang biasa-biasa saja...

Kemudian dia merasa lebih tinggi dari ibunya, merasa ini dan itu, bahkan merasa malu untuk berjalan beserta ibunya...

Apakah ini praktek dari berbakti kepada orang tua?...

Kita masih perlu untuk terus menggali kisah-kisah para ulama kita, dalam berbakti kepada orang tua, agar kita bisa meneladani mereka...

Hadits tentang berbakti kepada kedua orangtua sudah sering kita dengar, tapi belum tentu kita sudah mempraktekkannya...

banyak diantara kita yang cara bergaulnya kepada kolega bisnisnya, atau bosnya,

atau (maaf) pacarnya, atau tetangganya, atau teman akrabnya, lebih baik daripada cara bergaul dia kepada orang tuanya...

Apakah dia sudah mempraktekkan hadits Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam?...

Kenapa dia bisa bermuka senyum, bermuka manis, dan berkata lembut kepada kolega bisnisnya?...

Sedangkan ketika bertemu dengan orangtuanya, dia bermuka masam, membentak orang tuanya...

Seakan-akan (maaf) seperti membentak seekor binatang yang hina...

Apakah itu praktek dari hadits Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam?...

Kutipan dari Transkip Tausiah: Ustadz Abdullāh Zaen, M.A. (bimbinganislam.com)
Referensi : http://yufid.tv/2904-beginilah-mereka-berbakti.html

Tidak ada komentar: