Apakah semua keinginan anak harus diberikan ?

Apakah semua keinginan anak harus diberikan ?

KENALI KEINGINAN DAN KEBUTUHAN ANAK

Bila kita perhatikan anak kita, tatkala dia sudah mulai bisa bicara dan mengungkapkan isi hatinya, muncullah keinginan-keinginan; ingin memiliki sesuatu yang dia lihat, ingin memiliki sesuatu yang dimiliki oleh temannya, bahkan ketika sudah mulai dewasa pun lebih banyak tuntutannya, ingin dibelikan HP, sepeda motor dan lain lain.

Namun perlu dimaklumi, terkadang keinginan mereka itu bersifat baik, maka alangkah baiknya bila orang tua memenuhi keinginan mereka apabila orang tua mampu. Seperti ingin dibelikan al-Quran, alat tulis, makan dan minuman yang halal dan sehat.

Tetapi sedikit sekali mereka yang punya keinginan yang baik dan bermanfaat untuk agama atau kesehatan badannya. Mungkin karena keterbatasan pikiran dan keilmuannya.

Bahkan yang sering kita saksikan, mereka menginginkan sesuatu yang hanya sekedar bisa memuaskan rasa ingin memiliki atau karena ingin serupa dengan orang lain yang memiliki benda tersebut. Mereka tidak tahu sejauh mana maslahatnya bila ditinjau dari sisi agama atau kesehatan badan mereka.

Sikap orang tua ketika anak meminta sesuatu

Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd Rahimahullah berkata, “Ketika anak meminta sesuatu kepada sebagian orang tua, tanpa berpikir panjang orang tua segera memenuhi apa saja yang menjadi kesenangannya. Mudah memberi. Padahal umumnya anak akan menyia-nyiakan harta dan membelanjakannya kepada hal yang tidak bermanfaat, bahkan kepada kebatilan yang membuat mereka tidak mengerti kegunaan harta, pun tidak terampil membelanjakannya.

Ada juga tipe orang yang ketika anaknya menangis meminta sesuatu, tanpa berpikir panjang dia harus memenuhi keinginannya agar anak tidak menangis. Kita jumpai juga tatkala anak kecil meminta ayah atau ibu terhadap yang ia lihat. Jika tidak segera dilayani, anak akan berteriak menangis lalu orang tua segera menurutinya karena kasihan atau agar anak cepat diam dan supaya selesai perkaranya, maka ini hanya akan mendidik anak menjadi manja dan lemah.” (At-Taqshir fi Tarbiyatil Aulad: 1/14, dengan sedikit perubahan redaksi)

Orang tua hendaknya memperhatikan keinginan anak juga berpikir sejenak sebelum menolak atau memenuhi keinginan si anak. Adakah manfaatnya dari sisi keselamatan akidah mereka, kecerdasan akal dan kesehatan badannya? Jika memang ada, mampukah kita memenuhinya ataukah harus utang sana-sini sehingga menjadi beban di kemudian hari? Ini adalah langkah yang pertama.

Langkah berikutnya, tatkala kita menolak permintaan mereka, berilah mereka pengertian, mengapa permintaan mereka ditolak. Agar mereka berfikir dan tahu alasannya, sehingga orang tua tidak dinilai bakhil, tidak sayang kepada anak dan tuduhan-tuduhan jelek lainnya.

Jika orang tua harus memenuhi permintaannya karena dipandang ada manfaatnya, maka jelaskan kepada mereka tentang faedahnya, dan jangan sampai dipalingkan kepada hal yang tidak benar. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى أَهْلِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga tersebut.” (HR. Bukhari: 3/497)

Jangan sampai harta disia-siakan. Sering kita saksikan, banyak orang kaya yang menghamburkan harta untuk kepentingan hawa nafsunya dan menuruti permintaan anaknya, sehingga ia jatuh kepada jurang kemaksiatan dan perbuatan hina.

Jangan sembarangan memberi harta, perhatikan apakah ada maslahatnya atau tidak bagi orang tua, anak, dan keluarga. Jadikan harta untuk kebaikan dunia dan akhirat, karena ia (harta) hanyalah wasilah untuk ketaatan kita kepada Allah Azza wajalla.

Semoga bermanfaat.

Oleh: Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Diterbitkan oleh: Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja
artikel maribaraja.com

Tidak ada komentar: