Hukum Musik dan Nyanyian

Hukum Musik dan Nyanyian

Perkataan Ulama Mengenai Keharaman Nyanyian yang Disertai Alat Musik

Jumhur ulama mengharamkan nyanyian yang disertai alat musik. Hal itu telah menjadi kesepakatan imam empat.

1. ’Utsman bin ’Affan radliyallaahu ’anhu , ia berkata :

‎ﻟَﻘَﺪِ ﺍﺧْﺘَﺒَﺄْﺕُ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻲ ﻋَﺸْﺮًﺍ ، ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺮَﺍﺑِﻊُ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻹِﺳْﻼﻡِ ، ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻌَﻨَّﻴْﺖُ ﻭَﻻ ﺗَﻤَﻨَّﻴْﺖُ
”Sungguh aku telah bersumbunyi dari Rab-ku selama sepuluh tahun. Dan aku adalah orang keempat dari empat orang yang pertama kali masuk Islam. Aku tidak pernah bernyanyi dan berangan-angan.....” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Mu’jamul-Kabiir no. 122 – Maktabah Sahab; hasan].

2. ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

‎ﺍﻟﻐﻨﺎﺀ ﻳﻨﺒﺖ ﺍﻟﻨﻔﺎﻕ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ
“Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunyaa dalam Dzammul-Malaahi 4/2 serta Al-Baihaqi dari jalannya dalam Sunan- nya 10/223 dan Syu’abul-Iman 4/5098-5099; shahih. Lihat Tahrim Alaatith-Tharb hal. 98; Maktabah Sahab]
.
3. ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma . Ibnul-Jauzi meriwayatkan sebagai berikut :

‎ﻭﻣﺮ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﻘﻮﻡ ﻣﺤﺮﻣﻴﻦ ﻭﻓﻴﻬﻢ ﺭﺟﻞ ﻳﺘﻐﻨﻰ ﻗﺎﻝ ﺃﻻ ﻻ ﺳﻤﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻜﻢ
”Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhu pernah melewati satu kaum yang sedang melakukan ihram dimana bersama mereka ada seorang laki-laki yang sedang bernyanyi. Maka Ibnu ’Umar berkata kepada mereka : ”Ketahuilah, semoga Allah tidak mendengar doa kalian” [Talbis Ibliis oleh Ibnul-Jauzi hal. 209 – Daarul-Fikr 1421].

4. ‘Abdullah bin ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma , ia berkata :

‎ﺍﻟﺪﻑ ﺣﺮﺍﻡ ، ﻭﺍﻟﻤﻌﺎﺯﻑ ﺣﺮﺍﻡ ، ﻭﺍﻟﻜﻮﺑﺔ ﺣﺮﺍﻡ ، ﻭﺍﻟﻤﺰﻣﺎﺭ ﺣﺮﺍﻡ
”Duff itu haram, alat musik ( ma’aazif ) itu haram, al-kuubah itu haram, dan seruling itu haram” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi 10/222; shahih].

5. Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziz rahimahullah .

Al-Auza’i berkata :

‎ﻛﺘﺐ ﻣﻊ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺇﻟﻰ ‏( ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﻮﻟﻴﺪ ‏) ﻛﺘﺎﺑﺎ ﻓﻴﻪ ...." ﻭ ﺇﻇﻬﺎﺭﻙ ﺍﻟﻤﻌﺎﺯﻑ ﻭﺍﻟﻤﺰﻣﺎﺭ ﺑﺪﻋﺔ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ، ﻭﻟﻘﺪ ﻫﻤﻤﺖ ﺃﻥ ﺃﺑﻌﺚ ﺇﻟﻴﻚ ﻣﻦ ﻳَﺠُﺰُّ ﺟُﻤَّﺘﻚ ﺟﻤَّﺔ ﺳﻮﺀ ."
‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziz pernah menulis surat kepada ‘Umar bin Al-Waliid yang di diantaranya berisi : “….Perbuatanmu yang memperkenalkan alat musik merupakan satu kebid’ahan dalam Islam. Dan sungguh aku telah berniat untuk mengutus seseorang kepadamu untuk memotong rambut kepalamu dengan cara yang kasar” [Dikeluarkan oleh An-Nasa’i dalam Sunan -nya (2/178) dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (5/270) dengan sanad shahih. Disebutkan juga oleh Ibnu ‘Abdil-Hakam dalam Siratu ‘Umar (154-157) dengan panjang lebar. Juga oleh Abu Nu’aim (5/309) dari jalan yang lain dengan sangat ringkas].

6. Abu Hanifah rahimahullah .

Ibnul-Jauzi berkata :

‎ﺃﺧﺒﺮﻧﺎ ﻫﺒﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﻟﺤﺮﻳﺮﻱ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﻄﺒﺮﻱ ﻗﺎﻝ ﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻳﻜﺮﻩ ﺍﻟﻐﻨﺎﺀ ﻣﻊ ﺇﺑﺎﺣﺘﻪ ﺷﺮﺏ ﺍﻟﻨﺒﻴﺬ ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺳﻤﺎﻉ ﺍﻟﻐﻨﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﻗﺎﻝ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻣﺬﻫﺐ ﺳﺎﺋﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﻮﻓﺔ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﺍﻟﺸﻌﺒﻲ ﻭﺣﻤﺎﺩ ﻭﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻻ ﺃﺧﺘﻼﻑ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻗﺎﻝ ﻭﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﻴﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺼﺮﺓ ﺧﻼﻑ ﻓﻲ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺫﻟﻚ ﻭﺍﻟﻤﻨﻊ ﻣﻨﻪ
“Telah mengkhabarkan kepada kami Hibatullah bin Ahmad Al-Hariry, dari Abuth-Thayyib Ath-Thabary ia berkata : “Adalah Abu Hanifah membenci nyanyian dan memperbolehkan perasan buah. Beliau memasukkan mendengar lagu sebagai satu dosa. Dan begitulah madzhab seluruh penduduk Kufah seperti Ibrahim (An-Nakha’i), Asy-Sya’bi, Hammad, Sufyan Ats-Tsauri, dan yang lainnya. Tidak ada perbedaan di antara mereka mengenai hal itu. Dan tidak diketahui pula perbedaan pendapat akan hal yang sama di antara penduduk Bashrah dalam kebencian dan larangan mengenai hal tersebut” [1] [Talbis Ibliis oleh Ibnul-Jauzi hal. 205 – Daarul-Fikr 1421].

7. Malik bin Anas rahimahullah .

Telah diriwayatkan dengan sanad shahih dari Ishaaq bin ‘Isa Ath-Thabbaa’ (termasuk perawi Muslim) oleh Abu Bakar Al-Khallal dalam Al-Amru bil-Ma’ruf (halaman 32) dan Ibnul-Jauzi dalam
Talbis Iblis (halaman 244), bahwa ia berkata :

‎ﺳﺄﻟﺖ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺃﻧﺲ ﻋﻤﺎ ﻳﺘﺮﺧﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻨﺎﺀ ؟ ﻓﻘﺎﻝ : " ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﺍﻟﻔﺴّﺎﻕ
“Aku bertanya kepada Malik bin Anas tentang nyanyian yang diperbolehkan oleh Ahlul-Madinah ?”. Maka ia menjawab : “Bahwasannya hal bagi kami hanya dilakukan oleh orang-orang fasiq” [selesai perkataan Imam Malik]. [2]

8. Muhammad bin Idris (Asy-Syafi’i)
rahimahullah berkata :

‎ﺇﻥ ﺍﻟﻐﻨﺎﺀ ﻟﻬﻮ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻳﺸﺒﻪ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ﻭﺍﻟﻤﺤﺎﻝ ﻭﻣﻦ ﺍﺳﺘﻜﺜﺮ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺳﻔﻴﻪ ﺗﺮﺩ ﺷﻬﺎﺩﺗﻪ
“Sesungguhnya nyanyian itu perkataan sia-sia lagi makruh, sama halnya dengan kebathilan. Barangsiapa yang sering mendengarkan nyanyian, maka dia itu bodoh, tidak diterima persaksiannya” [Adabul-Qadla’ - melalui perantara Al-I’laam bi-Naqdi Kitaab Al-Halal wal-Haram oleh Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan – Maktabah Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, Free Program from Islamspirit].

Beliau juga pernah berkata :

‎ﺗﺮﻛﺖ ﺑﺎﻟﻌﺮﺍﻕ ﺷﻴﺌﺎ ﻳﺴﻤﻮﻧﻪ ﺍﻟﺘﻐﺒﻴﺮ ﻭﺿﻌﺘﻪ ﺍﻟﺰﻧﺎﺩﻗﺔ ﻳﺼﺪﻭﻥ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
“Aku meninggalkan Baghdad karena munculnya sesuatu di sana yang mereka namakan dengan
At-Taghbiir yang telah dibuat oleh kaum Zanadiqah. Mereka memalingkan manusia dari Al-Qur’an” [Nuzhatul-Asmaa’ fii Mas-alatis-Simaa’ oleh Ibnu Rajab Al-Hanbaly, Daaruth-Thayyibah 1407].

Para ulama telah menjelaskan makna At-Taghbiir di sini dengan : ”Bait-bait syair yang mengajak bersikap zuhud terhadap dunia, dilantunkan oleh seorang penyanyi. Sebagian yang hadir kemudian memukulkan potongan ranting di atas hamparan tikar atau bantal, disesuaikan dengan jenis lagunya”. Jumhur fuqahaa telah melarang taghbiir
ini.

9. Sa’id bin Al-Musayib rahimahullah mengatakan :

‎ﺇﻧﻲ ﻷُﺑﻐﺾ ﺍﻟﻐﻨﺎﺀ ﻭﺃﺣﺐ ﺍﻟﺮﺟﺰ
“Sesungguhnya aku membenci nyanyian, dan lebih menyukai rajaz (semacam syi’ir )” [Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf (11/6/19743) dengan sanad shahih].

10. Ahmad bin Hanbal rahimahullah . Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata : ”Aku pernah mendengar ayahku (Ahmad bin Hanbal) berkomentar tentang seorang laki-laki yang kebetulan melihat (beberapa alat musik seperti) thanbur (gitar/rebab), ’uud, thabl (gendang), atau yang serupa dengannya, maka apa yang harus ia lakukan dengannya ?. Beliau berkata :

‎ﺍﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻐﻄﻰ ﻓﻼ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻜﺸﻮﻓﺎ ﻛﺴﺮﻩ
”Apabila alat-alat tersebut tidak tampak, maka jangan (engkau rusak). Namun bila alat-alat tersebut nampak, maka hendaknya ia rusakkan” [ Masaailul-Imam Ahmad bin Hanbal no. 1174].

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal pernah bertanya kepada ayahnya tentang nyanyian. Maka beliau menjawab :

‎ﻳﺜﺒﺖ ﺍﻟﻨﻔﺎﻕ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ........
”Menetapkan kemunafikan di dalam hati.......... [ idem, no. 1175].

artikel abul-jauzaa.blogspot.com

Tidak ada komentar: