Kenapa Kita Tidak Bisa Bahasa Arab ?

Kenapa Kita Tidak Bisa Bahasa Arab ?
Ada empat alasan.
Yang ke (4) karena kita: Tidak ikuti metode yang pas. Dan tidak berguru ke guru yg pas.

Tapi, walaupun guru kita hebat dan walaupun metode teruji puluhan tahun, tetap saja ini berada di urutan yg ke-4.

Ada lagi yg membuat kita tidak bisa bahasa Arab, yg lbh menentukan dr sekedar Metode dan Guru, yaitu alasan ke (3) yaitu karena kita: Tidak istiqomah.

Banyak orang yang jauh tertinggal lalu ia kemudian meninggalkan teman2 lain yg berguguran. Ia kini lebih pintar, mahir dan jago.

Ia tidak peduli ia AWAL-nya Nol. Yg ia pentingkan adalah MENGAWALI dari Satu, lalu istiqomah.

Ia tak peduli teman2 lain berhenti, bahkan gurunya menghentikan program skalipun, ia terus mencari guru baru,apapun metodenya.

Ia tak banyak alasan: berat, pusing, mahal, jauh, tak ada teman, HP error, kurang nyaman. Yang ia tahu cuma satu,saya harus terus belajar.

Sebab, di sana ada orang2 yg mendapatkan materi pelajaran yg sebenarnya ringan, biaya murah bahkan kadang ada yg gratis, tempat dekat, banyak teman, suasana nyaman, HP tak bermasalah, tapi tetap tak membuatnya istiqomah.

Ok. Akan tetapi faktanya ada orang yg istiqomah namun masih Tak Bisa Bahasa Arab juga, kenapa?

Itu Karena alasan ke (2) yaitu Paradigma-nya salah.

- Ia fikir bahasa Arab adalah bhs Asing. Pdhal bhs ini yg pertama kita dengar saat lahir. Dan bhs ini jg yg dibisikkan terus menerus oleh orang di sekitar saat jelang ajal. Bahkan hari² di TV, Radio, dan Kampung² azan diteriakkan nyaring dgn bahasa yg dituduh asing ini.

- Dikira bhs Arab itu butuh bakat dan minat. Pdhal sholat, baca al Quran, panjatkan doa harian, ritual haji dan umrah, itu semua kegiatan yg tak pakai minat dan bakat. Tak ada org bicara bakat dan minat dlm sholat dan baca al Quran. Dan semua kgiatan itu. berbahasa Arab bukan? Kenapa kita mengucapkan bacaan-bacaan itu tanpa mau memahami maknanya?

- Dianggap yg blajar bhs Arab itu adalah yg mau jd Ustadz saja atau aktivis agama saja. Yang profesinya dokter, arsitek, petani, nelayan, nakhoda, analis kimia, dll tak perlu, beda bidang katanya.

Padahal semua orang, skali lagi, harus memahami bacaannya dlm sholat, dlm doa, dalam tilawah, dalam ritual haji dan umrah.

- Dirasa otak sdh tak mampu lagi dimasuki bhs Arab. Lagi pula otak manusia beda-beda, ada yg otak bahasa, ada yang sains, ada yg politik, ada yg bisnis, ada yg otaknya udang. Begitu katanya.

Padahal otak manusia semua sama. Yg membedakan hanya kemauan.

Otak manusia disediakan oleh Allah dapat menampung lebih dari 90 juta jilid buku.

Anugerah ini patut disyukuri jgn disiakan, dgn memperbanyak isi otak, terlebih utama diisi dg ilmu yg baik-baik. Dan bahasa Arab itu paling banter 1 jilid. Jauuuuh dari kapasitas yg 90 juta jilid itu.

- Bhs Arab tidak wajib. Iya betul, tdk wajib. Kata Imam Syafi'i belajar bhs Arab itu FARDHU... jadi, betul aja...tdk WAJIB, cuman Fardhu.

Tapi, walau paradigma ini sudah benar, kenapa masih tidak bisa bahasa Arab? Hal itu karena (dan ini yg utama):

(1) Tidak ada orientasi, atau tak jelas orientasi, atau disorientasi alias kehilangan orientasi yg sdh pernah dipunyai.

Banyak yang mulanya belajar bahasa Arab semangat membara.

Katanya ingin bisa baca al Quran dan faham artinya kelak tanpa lihat terjemahan. Ada lg yg mimpi bisa baca kitab gundul. Ada lagi yg bercita-cita ingin mahir percakapan.

Ada lagi yg bercita mulia.Ingin membangkitkan umat krn umat mundur setelah bhs Arab ditinggalkan. Ada lagi yg punya obsesi pribadi,ingin jadi mujtahid, pemikir Islam, sekolah di Timur Tengah, dll.

Tapi, kadang hanya karena tdk cocok metode atau sedikit berselisih dengan guru atau sedikit tdk nyaman dgn suasana belajar, lalu belajar berhenti. Seakan orientasi dikalahkan oleh metode.

Padahal Metode dan Guru hanyalah faktor ke-4 yg membuat orang bisa bahasa Arab.

Masih ada 3 faktor di atasnya yg lebih menentukan dan hrs lebih diprioritaskan.

Maka, siapapun yg ingin sukses belanjar bhs Arab, tata ulang kembali 3 hal ini (disusun berdasarkan urutan prioritas) :

1- Orientasi. Jangan lepas atau hilang
2- Paradigma. Harus benar menempatkan urgensi bahasa Arab dalam hidup.
3- Istiqomah. Jangan pernah berhenti sepanjang hayat.

Kalau yang 3 ini sudah diwujudkan, baru masuk yg ke-4, yaitu Metode dan Guru.

Metode dan Guru hanya memfasilitasi. Bukan penentu. Yang lebih menentukan adalah yang 3 faktor sebelumnya.

Sumber : Zamroni Ahmad
(Al Arabiyyah Motivator)
Website : www.koinarab.id

Tidak ada komentar: