Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang itu sebagai pendusta (pembohong), ketika dia menceritakan semua (berita) yang dia dengar.” (HR. Muslim dalam Muqaddimah Shahih Muslim no. 5, Abu Dawud no. 4992 dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 11845)
‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,
‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,
بِحَسْبِ الْمَرْءِ مِنَ الْكَذِبِ أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang itu termasuk dalam pendusta, ketika dia menceritakan semua (berita) yang dia dengar.” (HR. Muslim dalam Muqaddimah Shahih Muslim 1: 8)
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga atsar dari sahabat ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu di atas menunjukkan bahwa hukum orang yang membuat berita dusta dan orang yang “sekedar” menyebarkan berita dusta tersebut adalah sama, yaitu sama-sama disebut sebagai pendusta.
Sehingga seseorang tidak boleh meremehkan masalah ini, dengan mengatakan bahwa dia hanya menyebarkan (men-share) berita, bukan orang yang pertama kali membuatnya. Sehingga kaidah Islam dalam masalah ini adalah “Menyebarkan berita bohong adalah pembohong.”
Mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut orang tersebut pembagai pembohong? Karena tentu saja tidak semua berita yang sampai kepadanya adalah berita yang benar, sebagiannya adalah berita palsu. Sehingga ketika dia menyebarkan semua berita yang dia dengar, bisa dipatikan dia adalah pembohong.
Seseorang itu tidak layak menjadi contoh teladan (panutan), sampai dia mampu memilah dan memilih berita mana yang akan disebarkan
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga atsar dari sahabat ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu di atas menunjukkan bahwa hukum orang yang membuat berita dusta dan orang yang “sekedar” menyebarkan berita dusta tersebut adalah sama, yaitu sama-sama disebut sebagai pendusta.
Sehingga seseorang tidak boleh meremehkan masalah ini, dengan mengatakan bahwa dia hanya menyebarkan (men-share) berita, bukan orang yang pertama kali membuatnya. Sehingga kaidah Islam dalam masalah ini adalah “Menyebarkan berita bohong adalah pembohong.”
Mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut orang tersebut pembagai pembohong? Karena tentu saja tidak semua berita yang sampai kepadanya adalah berita yang benar, sebagiannya adalah berita palsu. Sehingga ketika dia menyebarkan semua berita yang dia dengar, bisa dipatikan dia adalah pembohong.
Seseorang itu tidak layak menjadi contoh teladan (panutan), sampai dia mampu memilah dan memilih berita mana yang akan disebarkan
artikel radiomutiaraquran.com
Tidak ada komentar: