Direktur LPII: 300 Aliran Sesat di Indonesia Mengancam NKRI

300 Aliran Sesat di Indonesia Mengancam NKRI

AKHIR-AKHIR ini, aliran sesat di Indonesia kian marak. Dengan berbagai macam dogmanya, mereka seolah terus berlomba-lomba berburu jamaah sebanyak-banyaknya. Dan tak pelak, umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas seringkali menjadi target sasarannya. Ironinya, banyak dari kalangan umat Islam yang terjebak bahkan tertarik untuk mengikutinya.

Apalagi ketika melihat penampilan tokoh pimpinannya layaknya seorang ulama besar,bahkan fasih berbahasa Arab dan hafal ratusan dalil. Seakan umat Islam dengan mudahnya terpukau serta menerima setiap apa saja yang disampaikan, padahal sejatinya sebuah kesesatan.

Lantas, mengapa hal seperti itu bisa terjadi dan apa faktor penyebabnya? Bagaimana cara menghadapinya? Langkah apa yang bisa dilakukan umat Islam supaya tidak mudah terpengaruh? Wartawan hidayatullah.com berkesempatan mewawancarai secara eksklusif peneliti aliran-aliran sesat di Indonesia, Amin Djamaluddin. Berikut kutipannya.

Di Indonesia aliran sesat semakin marak dan tak sedikit umat Islam yang tertarik jadi pengikutnya. Apa penyebabnya?

Umat Islam di Indonesia Islamnya kebanyakan keturunan. Maksudnya, Islamnya hanya karena orang tua atau kakek dan neneknya beragama Islam. Di antara kita (umat Islam) masih banyak yang tidak mau belajar Islam secara sungguh-sungguh dan mendalam. Padahal, Islam harus dipelajari supaya mengerti mana yang ajaran Islam dan mana yang bukan, meskipun semua itu butuh proses dan tidak mudah. Ini faktor penyebab yang pertama, kurangnya pemahaman tentang ajaran Islam itu sendiri sehingga melemahkan aqidah.

Karena kejahilan kita terhadap ajaran Islam, ketika datang seseorang apalagi yang berjubah panjang lalu mengajarkan ajaran baru (ternyata sesat), dengan mudahnya kita terkesan bahkan menerima ajaran itu tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.

Faktor kedua, ada juga karena masalah ekonomi. Lagi-lagi ini karena ketidakpahaman tentang ajaran Islam sehingga menjadikan akidahnya lemah dan mudah goyah. Biasanya, orang-orang seperti ini dijadikan target untuk diajak bergabug menjadi pengikut atau jamaah. Ada yang melalui modus memberi bantuan atau pun pinjaman modal dan lain sebagainya.

Sejauh penelitian Anda, berapa banyak aliran sesat di Indonesia?

Menurut Kementerian Agama aliran sesat di Indonesia sekitar 300, sedang yang saya teliti tidak sampai dari 20 aliran. Itu pun yang banyak pengikutnya, sebab saya takmeneliti aliran yang tidakada pengikutnya. InsyaAllah, kalau ada pengikutnya saya upayakan untuk menelitinnya.

Salah satunya seperti yang pernah muncul di Cirebon, yaitu aliran Hidup Dibalik Hidup (HDH). Itu banyak pengikutnya, di mana pimpinannya mengklaim kemudian menyampaikan kepada pengikutnya kalau dia pernah naik ke Sidratul Muntaha ketemu Nabi Muhammad SAW. Dia lalu bertanya, “Wahai Rasul, kenapa kamu tidak pernah menjelaskan hal yang ghaib?” Rasul menjawab, “Karena saya sibuk menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan. Maka, kamulah yang harus menjelaskan hal yang ghaib itu kepada umat Islam.”

Akhirnya, dia pun turun lagi ke dunia dan karena merasa mengetahui hal-hal yang ghaib, dia membentuk aliran HDH dengan pengikutnya yang banyak di daerah Cirebon serta Bekasi. Jadi, ini salah satu contoh aliran sesat yang pernah saya teliti.

Selain itu?

Ada juga aliran sufi yang berpusat di Amerika yang banyak pengikutnya di Indonesia. Ini kesesatannya lebih sesat dan pengikutnya lebih banyak. Pimpinannya di Indonesia merupakan salah satu petinggi di sebuah partai politik yang pernah sukses mengusung calonnya menjadi presiden.

Selain itu, juga termasuk Syiah, Ahmadiyah, LDII, NII, Isa Bugis, Tuhan Cirebon, Aliran Kesucian, Prabu Kiasantang, Surga Eden (Malaikat Jibril), dan lainnya. Semua aliran sesat ini sudah pernah saya teliti dan saya punya data-datanya.

Metode apa yang mereka pakai dalam merekrut jamaah dan menyebarkan ajarannya?


Seperti Isa Bugis, perekrutan jamaah dimulai dengan penyebaran ajaran melalui buku pendidikan agama Islam. Seperti tahun 1990-an, melalui salah satu pengikutnya yang menjadi dosen di IKIP Jakarta, aliran Isa Bugis massif menyebarkan ajaran sesatnya melalui buku-buku pendidikan agama Islam. Secara perlahan, bagi mereka yang mulai tertarik dengan muatan dalam buku tersebut, kemudian diajak untuk bergabung menjadi pengikutnya.

Kalau Gafatar, selain modus kegiatan sosial juga terdapat dua metode perekrutan yaitu melalui bantuan bagi target yang kondisi perekonomiannya kurang, sebagaimana yang dilakukan Ahmadiyah, dan pendekatan personal secara massif.

Kesesatan yang paling krusial bahkan mengancam akidah maupun stabilitas NKRI itu seperti apa?

Kesesatan yang mengancam stabilitas negara yaitu dengan menafsirkan al-Qur’an seperti yang dilakukan aliran NII saat menjelaskan ayat tentang Musa yang diperintahkan untuk menyembelih baqaratun shafraaun (sapi emas,red). Ayat ini ditafsirkan NII menjadi burung garuda (lambang negara Indonesia,red). Selain itu, menafsirkan ayat inna dinna indallahi Islam yang ditafsirkan sesungguhnya negara yang diterima di sisi Allah hanyalah negara Islam.

Kesesatan yang bisa mengancam akidah umat Islam yaitu ajaran yang disebarkan aliran Syiah yang menuhankan Ali dan bahkan shalatnya berbeda dengan Rasulullah Shallallu ‘Alaihi Wassallam. Jadi, masalah Syiah selain akidah yang sesat dan menyesatkan, dari segi politik sangat mengancam stabilitas keutuhan NKRI.Sebab, ketika mereka sudah memiliki power yang kuat,mereka akan melakukan pemberontakan.

Langkah apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kaum Muslimin terjerumus aliran sesat?

Pertama, umat Islam harus lebih banyak belajar tentang Islam itu sendiri secara menyeluruh dan mendalam, harus mempunyai sikap kritis terhadap segala sesuatu yang belum diketahui, dan tidak bersikap taklid buta terhadap satu guru, ustadz, kiai atau habaib saja.

Kedua, pemerintah harus bersikap tegas dan kalau perlu membentuk regulasi khusus yang melarang aliran-aliran sesat berkembang di Indonesia, dan juga mengaktifkan kembali Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) sehingga bisa lebih optimal dalam menjalankan tugasnya.

artikel hidayatullah.com

Tidak ada komentar: