Ustadz Aunur Rofiq: Bila Kesehatan Si Kecil Terganggu

Bila Kesehatan Si Kecil Terganggu

Ketika orang tua melihat si kecil sakit, agar hati tidak tegang, tidak gelisah serta putus asa atau menuduh yang bukan-bukan, orang tua hendaknya meyakini bahwa semua peristiwa dan musibah itu atas kehendak dan takdir Allah untuk menguji hamba. Untuk mengetahui siapa yang bersabar dan berusaha mencari obatnya serta mencari pahala, dan siapa yang putus asa dan bertambah dosanya?

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa yang terkena musibah dan ia yakin bahwa musibah itu datangnya dari Allah, lalu bersabar, mencari pahala dan ridha dengan takdir, maka Allah Azza wajalla akan menunjuki hatinya sebagai ganti dunia yang luput darinya.”

Berdoalah hanya kepada Allah Ta’ala


Kadang kita jumpai orang tua ketika anaknya sedang sakit, dia bingung mencari pengobatan alternatif, memohon ke dukun dan para normal. Ini adalah keliru dan berdosa. Bagaimana meminta kesembuhan kepada dukun sedangkan dia dan keluarganya juga sakit? Umat Islam memang harus berusaha, tetapi yang dibolehkan oleh syar’i. Maka usaha paling puncak adalah berdoa dan memohon kesembuhan kepada Allah, karena Dialah yang menciptakan sakit dan sehat.

Lalu bagaimana kita berdoa kepada Allah agar anak kita sembuh? Anas pernah berkata kepada Tsabit Radhiallahu ‘anhum ajma’in: “Tidakkah kau ingin ku-ruqyah dengan ruqyah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam?” Dia menjawab, Tentu, mau.” Lalu Anas berdoa:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَأْسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ اشْفِهِ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, ya Rabb manusia yang berkuasa menghilangkan penderitaan. Sembuhkanlah penyakitku, karena Engkaulah Dzat yang memberi kesembuhan dan tiada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Engkau, ya Allah. Karena itu, sembuhkanlah dia dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. (HR. Bukhari: 3890)

Atau dengan doa: “Ya Allah, sembuhkan anakku. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan Sa’d bin Khaulah ketika sakit:

اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا
“Ya Allah, sembuhkan Sa’d, Ya Allah, sembuhkan Sa’d.” (HR. Bukhari: 5/72)

Penyakit itu ada penyebabnya

Sakit tentu mengganggu kesehatan badan anak dan mengganggu istirahat orang tua. Ketika sakit biasanya anak sulit tidur, sering menangis, minta digendong. Maka orang tua hendaknya mencari penyebabnya, sehingga dia mampu menghindarinya. Misalnya, anak tidak betah kena angin, jika kena angin ia muntah dan masuk angin, anak tidak terbiasa minum atau makan makanan tertentu, jika makan dia sakit alergi, gatal badannya atau muntah, jika makan makanan yang mengandung pengawet dia batuk, flu dan demam. Nah, jika sudah diketahui penyebabnya, hendaknya dilarang untuk mengonsumsinya untuk menjaga kesehatannya.

Jika tidak tahu sebabnya, segera datangi dokter untuk mencari keterangan dan segera berobat agar tidak terlalu parah sakitnya, karena anak kecil belum mampu mengungkapkan keluhannya.
Jangan mengobati anak sembarangan karena sangat berbahaya. Bukankah penyakit banyak macamnya? Obatnya pun beda pula. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita juga perlu mengobatkan anak, karena suatu saat obat itu bisa menyembuhkan penyakit dengan izin Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Setiap penyakit pasti ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah.” (HR. Muslim: 1473)

Anak sakit bisa jadi diganggu jin

Penyakit kadang bukan karena makanan atau gangguan fisik, tetapi karena jin yang mengganggu tubuhnya sehingga dia sakit. Misalnya; geraknya aneh, muka pucat, ketakutan. Bila diperkirakan dia diganggu jin, hendaknya dibacakan surat al-Fatihah, ayat Kursi, surat al-Falaq, an-Nas serta surat lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat di rumahnya ada budak perempuan yang wajahnya pucat, muram dan hitam. Beliau bersabda: “Ruqyahlah dia, karena dia terkena gangguan makhluk halus. (HR. Bukhari: 7/171)

Atau bisa jadi kena penyakit ain dari pandangan orang yang hasad (sawan). Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Penyakit al-‘ain itu ada. Seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir, tentu penyakit ‘ain-lah yang mendahuluinya. Bila kamu diminta memandikan, maka mandikanlah dia. (HR. Muslim: 7/13)

Bagaimana cara mengobatinya? Imam Malik berkata: “Apabila kamu diminta untuk memandikan orang yang terkena penyakit ain, maka basuh wajahnya, dua tangannya, dua sikunya, dua lututnya dan ujung jari kakinya dan semua badannya dengan air yang dimasak.“

Jika anak terkena gigitan serangga beracun alangkah baiknya bila dibacakan al-Fatihah dan surat lainnya atau dibawa ke dokter.

Bila penyakit menular datang

Penyakit kadang menular tentunya dengan izin Allah Azza wajalla. Jika anak kena penyakit menular hendaknya dijauhkan dari saudaranya yang sehat, sebagai usaha kita agar kita tidak menyesal di kemudian hari bila anak kita yang lain mengalami sakit yang serupa, atau menuduh bahwa anakku ini yang menulari saudaranya. Sebab semua makhluk sudah ditentukan takdirnya. Mungkin kita pernah mendengar nasihat dokter, anak tidak boleh masuk ruangan orang yang berpenyakit menular. Hal itu agar kita tidak salah paham. Adapun orang yang kuat imannya dengan takdir, tidak mengapa anak bertemu dengan saudaranya yang sakit menular, karena ia yakin semua itu tergantung dengan takdir-Nya. namun untuk menjaga tuduhan yang tidak benar. Rasulullah berpesan: “Dan larilah dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari singa.” (HR. Bukhari: 5/2158)

Berobat dengan pengobatan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam

Islam bukan hanya membahas tentang akidah, ibadah dan muamalah sesama manusia saja, tetapi membahas berbagai penyakit dan obatnya. Tatkala anak kita atau diri kita sakit, alangkah baiknya bila kita menggunakan obat sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, sekalipun kita bisa berobat ke dokter, sebagaimana keterangan hadits di atas. Karena ditinjau dari sisi biaya, berobat dengan pengobatan nabawi mungkin lebih ringan, terlebih buat kaum dhuafa.

Sebagai contoh, jika anak sering sakit perut dan buang air besar hendaknya diminumi madu. (HR. Muslim: 7/26) Bila belum sembuh, hendaknya diminumi lagi sampai sembuh, karena kadang kesembuhan penyakit butuh waktu.

Jika anak sakit panas dingin, hendaknya dikompres dengan air. Ada seorang perempuan yang sedang sakit demam dibawa kepada Asma` Radhiallahu ‘anha. Lalu Asma` meminta air. Kemudian ia kompres dada perempuan itu sambil berkata, “Sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda, ‘Kompreslah sakit demam itu dengan air!’ Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya sakit demam atau panas itu berasal dari luapan neraka Jahannam.’” (HR. Muslim: 1474)

Untuk mengurangi sakit dan kesedihan anak yang sakit bila mungkin dapat diberi makanan yang lembut seperti bubur susu. Aisyah berkata, “Makanlah ini (bubur susu), karena saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Bubur susu dapat melembutkan hati orang yang sakit dan menghilangkan sebagian rasa sedih.‘” (HR. Muslim: 7/26)
Ada lagi obat mujarab yang sering dilupakan, yaitu habbatussauda atau jinten hitam. Ia obat untuk semua penyakit, kecuali penyakit tua dan kematian. Jika si kecil sakit, bisa ditetesi minyaknya beberapa tetes. In syaa Allah sembuh dengan izin-Nya.

Agar anak menjadi gemuk dan sehat

Gemuk dan kurus memang sudah ketentuan takdir, namun kita berusaha bagaimana anak menjadi sehat dan gemuk, karena dia hidup pada masa pertumbuhan badan. Ketika anak sakit tentu kurang selera makan sehingga badannya kurus, maka untuk menggemukkan badannya hendaknya diberikan makanan yang mengandung lemak, semisal susu, karena susu mengandung lemak yang tinggi, daging atau yang lainnya.

Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata: “Ibuku ingin membuatkanku resep penggemuk saat menghadap Rasulullah, namun aku tidak menerima keinginannya itu hingga ibuku akhirnya memberikan mentimun dan kurma kepadaku. Lalu aku olesi lemak yang membuatnya menjadi obat penggemuk yang paling baik.” (HR. Abu Dawud: 3903, dishahihkan oleh al-Albani)

Jika anak sulit minum obat

Telah kita pahami bahwa tidaklah Allah menjadikan penyakit melainkan ada obatnya. Namun umumnya anak kecil enggan minum obat, karena memang tidak suka. Dan umumnya obat rasanya pahit. Bagaimana jika dia enggan minum? Hendaknya orang tua memaksakannya dengan berusaha memasukkan obat lewat samping mulutnya. Hal ini dinamakan ladud. Kecuali kondisi anak sedang kritis dan diperkirakan mau meninggal, maka tidak boleh dipaksakan. Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata, “Kami pernah mengobati Rasulullah dengan ladud ketika beliau sakit. Kemudian beliau memberi isyarat, ‘Jangan kamu obati aku dengan ladud.’ Maka kami katakan, ‘Orang sakit memang tidak suka obat.’ Setelah sadar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Tidak ada seorang pun di antara kalian yang masih hidup melainkan ia pernah diobati dengan ladud, kecuali Abbas.” (HR. Muslim 7/24)

Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Rasulullah memerintah orang yang sakit agar dipaksa diberi minum obat lewat samping mulutnya, sebagai hukuman dia enggan minum obat sendiri.

Adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam enggan diberi minum obat oleh Aisyah lewat mulutnya, karena beliau telah yakin bahwa dirinya akan meninggal dunia.

Kita mungkin pernah menyaksikan bila anak sakit mendekati ajalnya, dokter menyuruh membawanya pulang dan tidak memberi obat lagi. Ini juga pelajaran untuk orang tua agar tanggap dengan kondisi anaknya; kapan memberi obat dan kapan harus menghentikannya. Semoga dengan kembali kepada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dalam segala kehidupan kita diridhai oleh Allah Tabaaraka wata’ala. Aamiin…

Semoga bermanfaat.

oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Diterbitkan oleh: Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja
artikel maribaraja.com

Tidak ada komentar: