Ibadurrahman Tidak Mengucapkan Selamat Natal

Ibadurrahman Tidak Mengucapkan Selamat Natal

Setiap kali akhir bulan Desember, ujian bagi umat Islam terhadap akidah mereka. Dengan dalih sudah menjadi adat kebiasaan, sungkan sama atasan, toleransi beragama, atau termakan ucapan tokoh-tokoh yang membolehkan. Ucapan selamat untuk hari raya umat lain; Merry Christmas, Selamat Natal, memberikan hadiah atau memakai atribut perayaan mereka, dst.

Satu ayat dalam al-Qur’an yang patut kita renungkan dalam hal ini, ketika Allah menyebutkan tentang sifat-sifat ‘Ibadurrahman, yaitu hamba-hamba Allah yang terbaik. Dimana di antara sifat mereka adalah:

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
Dan orang-orang yang tidak menyaksikan az-Zuur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Al-Furqan: 72)

Disebutkan oleh Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam kitab tafsir beliau ketika menerangkan ayat yang mulia ini, beliau berkata:

وَفِي رِوَايَةٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ أَعْيَاد الْمُشْرِكِين
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, bahwasanya Az-Zuur adalah perayaan-perayaan orang-orang musyrik. (Tafsir Al-Qurtuby: 15/484)

Dengan demikian berarti makna dari ayat yang mulia ini, bahwasanya salah satu sifat Ibadurrahman adalah mereka tidak menyaksikan perayaan-perayaan orang-orang musyrik. Kalau kita mau merenungkan lagi, jika melihat saja mereka tidak mau maka apalagi mengucapkan selamat, atau ikut serta merayakan dengan memakai atribut-atribut mereka, tentu mereka lebih tidak mau lagi.

Oleh sebab itu, marilah kita kembali kepada Al-Qur’an dan menjadi Ibadurrahman. Renungkanlah ayat yang mulia ini, jangan benturkan dengan pendapat dan ucapan sifulan dan sifulan, karena ucapan Allah lebih utama untuk dikedepankan dan dipegang daripada ucapan manusia.

Sampaikan kepada atasan atau pihak tempat kita bekerja dengan baik-baik, bahwa kita tidak berkenan bukan karena apa-apa, tapi semata karena ini masalah akidah yang tidak bisa bertoleransi. Jika kemudian kita masih dibilang begini dan begitu, maka tebalkan saja telinga. Sebab tentu ridha Allah lebih utama kita cari daripada ridha manusia.

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi
artikel maribaraja.com

Tidak ada komentar: