Inilah Alasan Arab Saudi dan Pakistan Tidak Hadiri KTT Kuala Lumpur 2019

KTT Kuala Lumpur 2019

Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara Muslim yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, 18-21 Desember 2019 gagal menarik kekuatan utama Timur Tengah di tengah perbedaan atas isu-isu regional. Arab Saudi dan Pakistan sebagai kekuatan utama dunia Islam menolak untuk hadir dalam konferensi tersebut.

PM Malaysia Mahathir Mohamad, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Iran Hassan Rouhani dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamid al-Thani menjadi tokoh kunci dalam KTT Kuala Lumpur, yang dimulai dengan makan malam sambutan pada hari Rabu dan ditutup pada hari Sabtu ini.

Para diplomat mengatakan pertemuan itu membahas membahas berbagai macam konflik di dunia muslim, termasuk : Konflik Kashmir, yang disengketakan antara India dan Pakistan, konflik di Suriah dan Yaman, nasib minoritas Muslim Rohingya Myanmar dan meningkatnya kemarahan di kamp-kamp China untuk Muslim Uighur di Xinjiang.

Menjelaskan keputusannya untuk tidak hadir dalam konferensi tersebut, Arab Saudi mengatakan KTT itu adalah forum yang salah untuk membahas hal-hal penting bagi 1,75 miliar Muslim dunia.

Kantor berita pemerintah Saudi, Saudi Press Agency melaporkan bahwa pada PM Mahathir melakukan panggilan telepon kepada Raja Salman pada Selasa malam. Raja Salman menegaskan bahwa masalah-masalah seperti itu harus didiskusikan melalui Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bukan forum lain.

Sementara itu, Pakistan membatalkan hadir di KTT tersebut setelah pertemuan PM Imran Khan dengan Putra Mahkota Muhammad Bin Salman.

Pemerintahan Mahathir mengatakan undangan telah dikirim ke semua 56 negara anggota OKI, tetapi para pejabat mengatakan hanya sedikit negara yang mengirim delegasi, dan lebih sedikit yang dipimpin oleh kepala negara.

Para pengamat Arab Saudi mengatakan KTT itu dimaksudkan untuk memperjuangkan perjuangan kelompok Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok regional Islam yang digolongkan sebagai jaringan teroris oleh Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain. Berdasarkan daftar tokoh yang hadir dalam KTT tersebut kebanyakan adalah tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin dan negara-negara yang mendukung gerakan mereka.

Untuk mempertahankan KTT, PM Mahathir mengeluarkan pernyataan yang mengatakan tidak ada niat untuk menciptakan “blok baru seperti yang disinggung oleh beberapa kritikusnya. “Selain itu, KTT itu bukan platform untuk membahas tentang agama atau urusan agama, tetapi secara khusus untuk membahas keadaan urusan umat Islam,” kata Mahathir.

PM Mahathir menyatakan frustrasi dengan ketidakmampuan OKI untuk membentuk front persatuan dan bertindak tegas. Selama wawancara itu, pemimpin Malaysia itu juga mengangkat kemungkinan bahwa dugaan perlakuan buruk terhadap Muslim Uighur di Xinjiang China.

Sumber : moslemtoday.com

Tidak ada komentar: