Ya Allah, Jadikanlah Kami Anak Yang Pandai Berbakti Kepada Ibu

Berbakti Kepada Ibu

Kesempitan hidup, baik sempit secara lahir maupun sempit secara batin dan berbakti kepada ibu memiliki kolerasi yang sangat kuat. Perhatikanlah firman Allah ketika menghikayatkan ucapan Nabi Isa alaihissalam dalam surat Maryam:

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
Dan (menjadikanku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi sengsara. (QS. Maryam: 32)

Para ulama mengatakan bahwa ketika dalam ayat ini disebutkan berbakti kepada ibu dan kehidupan yang sengsara dalam satu konteks kalimat, maka ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki kaitan yang sangat erat.

Karenanya, jika hidup kita terasa sulit, baik secara lahir atau batin maka segeralah perhatikan bakti kita kepada ibu. Sebab bisa jadi kesusahan hidup kita itu adalah karena kurangnya bakti kita kepada ibu. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ada seorang laki-laki bertanya tentang siapa manusia yang paling berhak mendapatkan baktinya, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Ibumu!” dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” beliau menjawab: “Ibumu!” dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” beliau menjawab: “Kemudian Ibumu!” dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” dijawab: “Kemudian bapakmu!” (HR. Bukhari: 5971,Muslim: 2548)

Jika ada seorang yang enggan berbakti namun kehidupannya terlihat lapang, maka dari ayat ini kita tahu bahwa kelapangan itu hanya ada secara lahiriyah saja. Pasti batinnya itu remuk, terpuruk dan tidak pernah merasa lapang. Dia hidup mewah bisa tertawa dan terlihat bahagia, maka dapat dipastikan bahwa semuanya itu semu dan hanya kepura-puraan belaka. Dia hanya pandai menyimpan tangisnya dari mata manusia.

Oleh sebab itu, marilah kembali kita lihat bakti kita kepada ibu. Jika beliau masih hidup maka bahagiakanlah, dengan segala upaya dan apa saja yang kita miliki, karena beliaulah pintu surga kita. Dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, bahwa seorang laki-laki mendatanginya dan berkata:

إِنَّ لِيَ امْرَأَةً وَإِنَّ أُمِّي تَأْمُرُنِي بِطَلَاقِهَا قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوْ احْفَظْهُ
“Sesungguhnya aku memiliki seorang isteri, sedang ibuku menyuruhku untuk menceraikannya.” Abu Darda` berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kamu mampu, letakkanlah pintu tersebut atau jagalah.” (HR. Tirmidzi: 1900)

Mudah-mudahan kita termasuk anak-anak yang pandai berbakti kepada orang tua terutama ibu. Meski kita telah menjadi orang besar. Dan semoga Allah melindungi kita dari menyia-nyiakan ibu, saat beliau telah berada di usia senja. Ya Allah ya Rabb, jagalah ibu kami, ampunilah dosa-dosanya dan berikan ia husnul khatimah serta masukkan ia ke dalam golongan hamba-hamba yang Engkau cintai. Amin.

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi
artikel /maribaraja.com

Tidak ada komentar: