Berkembangnya dakwah sunnah membuat ku berat tinggalkan kota pekanbaru

berkembang dakwah sunnah di kota pekanbaru

Beberapa waktu yang lalu saya duduk didepan seorang dosen sejarah Islam, ada beberapa pertanyaan saya kepada beliau mengenai faktor apa yang menyebabkan berkembangnya Kajian Sunnah yang demikian pesat di Riau terutama di Pekanbaru.

Ulasan beliau panjang lebar, sampai tidak terasa duduk dua jam mendengarkan penjelasan beliau, namun intinya menurut dia karena akar sejarah di Riau sejak jaman penjajahan Belanda memang sudah berkembang Manhaj Salaf, atau yang lebih dikenal Wahabisme, misal seperti tokoh Tuanku Tambusai yang ikut membantu Tuanku Imam Bonjol dan kaum paderinya memerangi kaum Musyrikin dan Ahlul Bid'ah di tanah Minang, dan berlanjut kepada peperangan melawan Belanda.

Ini sungguh sesuai dengan penjelasan Buya Hamka pada buku karya beliau tentang sejarah Islam Nusantara yang menyebutkan bahwa Tuanku Imam Bonjol adalah penganut Wahabisme, yakni gerakan pemurnian Aqidah yang terinspirasi gerakan Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab di Tanah Haramain.

Faktor sejarah silam ini mungkin yang menjadi modal utama berkembangnya Kajian Sunnah di Riau saat ini, jika kita lihat di Pekanbaru saja banyak masjid berbasis Kajian Sunnah, banyak kajian kitab berbasis Sunnah, bahkan setiap hari insyaallah ada kajian di Kota Pekanbaru, juga banyak sekali kelas bacaan Tajwid, untuk kelas bacaan Tajwid bahkan sampai di perumahan-perumahan masyarakat.

Kadang jika kita berjalan dapat berjumpa dengan ustadz dan kemudian menanyakan hal yang tidak kita ketahui, karena memang banyak ustadz dikota ini.

Dan yang jelas dengan berkembangnya Kajian Sunnah terasa kota lebih aman jika dibandingkan dengan keadaan dimasa lalu, ini juga menjadi alasan kenapa Pemerintah daerah selalu mendukung kegiatan yang berkaitan dengan Kajian Sunnah.

Dan hampir tidak ada hambatan berat yang berarti jika dibandingkan dengan keadaan ditempat lain seperti di Jawa misalnya.

Di Pekanbaru saya nilai lebih sedikit amalan kesyirikan dan kebid'ahan jika dibandingkan seperti halnya banyak kota di Pulau Jawa, ini didasarkan pada yang saya alami selama hidup di Pekanbaru dan juga di Jawa , misalkan saja di Pekanbaru belum pernah saya temui ada acara seperti Suroan, sekatenan, ngirab pusaka, Larung sajen, dan semacamnya. Yang merupakan acara wajib di sebagian kota di Jawa pada waktu tertentu.

Oleh karenanya beberapa kali ada rencana untuk hijrah meninggalkan Pekanbaru akhirnya berujung batal, karena berat meninggalkan kota ini.

Banyak hal positif yang ada di Pekanbaru juga Riau yang mungkin sulit akan saya temui di kota lain di negri ini.

Semoga Kajian Sunnah di Kota Pekanbaru juga daerah Riau lainnya berkembang pesat dan menjadikan kota-kota di Riau menjadi Kota berbasis Paham Ahlu Sunnah, Manhaj Salaf, aamiin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

Oleh Siswo Kusyudhanto

Tidak ada komentar: