dampak wabah corona, harga masker melambung, masyarakat mengeluh

dampak wabah corona, harga masker melambung

Keberuntungan di tengah kepanikan wabah virus corona adalah mendapatkan masker bedah dengan harga miring. Begitulah yang dirasakan warga Depok, Nidia, yang kesulitan mendapatkan masker dengan harga wajar bahkan sebelum pengumuman pasien positif virus corona atau Covid-19. 

Nidia mendapatkan masker bedah satu bungkus isi enam lembar dengan harga Rp 8 ribu di sebuah minimarket di Bandung. "Sekalian membeli 3 pax karena harganya murah," kata Nidia kepada Katadata.co.id, Rabu (4/3). Nidia memang tak menderita batuk, demam atau sakit tenggorokan. Sebelum virus corona mewabah, dia punya kebiasaan menutup separuh wajahnya dengan masker bedah sekali pakai setiap naik kereta api. 

Dia tak merasa aman karena menganggap sebagian besar para pengguna kereta memiliki kesadaran kesehatan yang minim. "Ada yang batuk dan pilek tapi tak menggunakan masker, sehingga saya yang harus melindungi diri," kata Nidia. Pengumuman pasien virus corona yang berasal dari Depok, semakin membuat Nidia semakin merasa membutuhkan masker. Namun dia enggan membeli masker yang dibanderol puluhan kali dari harga normal.

"Alhamdulillah, saya bisa mendapatkan dengan harga yang terjangkau," kata Nidia. Belakangan ini memang sulit sekali mendapatkan masker bedah dengan harga yang wajar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang. Gerai Indomaret dan Alfa memang masih menjual masker dengan harga normal yakni Rp 9.500 isi lima lembar. Namun, stok di gerai-gerai tersebut kosong. "Sudah satu bulan tak ada pasokan dari distributor," kata salah satu penjaga gerai Indomaret di Depok.

Beberapa apotek di Tangerang juga tak lagi menyediakan masker bedah. Pemilik apotek Murni II, Jatiuwung, Kota Tangerang, Iwan, menyatakan kesulitan memesan dari distributor. Distributor terakhir kali mengirim masker bedah merk Sensi ke apoteknya pada Januari. Ketika itu pun harga jualnya menjadi Rp 160 ribu per kotak yang berisi 50 lembar masker. “Selama tak ada kiriman dari distributor resmi, saya enggan mengambil dari pihak lain," kata Iwan. 

Sepertinya, masker hanya tersedia buat mereka yang berduit dan bersedia membayar lebih dari 10 kali lipat. Sebelum ada wabah virus corona dari Wuhan, Tiongkok, satu kotak masker bedah merk Sensi isi 50 lembar dibanderol Rp 20 ribu. Kini, masker bedah merk Sensi di pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, dijual sekitar Rp 300 ribu-Rp 350 ribu per kotak. 

Untuk masker jenis N95 dijual satu kotak Rp 1,4 juta yang berisi 20 buah. Padahal pada awal Februari, masker yang biasa dipakai petugas medis di laboratorium itu dijual Rp 20 ribu per lembar. Meski memasang harga selangit, kios-kios di pasar Pramuka kebanjiran para pembeli. Sekitar 4-6 pembeli mengerubungi kios-kios alat kesehatan saat Katadata.co.id berkunjung ke pasar itu pada Selasa (3/3). 

Pemilik kios di pasar Pramuka, Iung, menyatakan para pembeli mulai mencari masker sejak Februari, ketika makin banyak korban wabah corona di Wuhan. Lonjakan tajam saat pemerintah mengumumkan dua pasien positif corona di Indonesia pada Senin (2/3). Serbuan para pembeli pada Senin kemarin membuat stok masker di kios milik Iung hanya tersisa 10 kotak. “Saya kaget juga Senin kemarin. Masker diserbu, stok langsung hampir habis," kata Iung. Para pembeli juga menyerbu hand sanitizer dan antiseptik gel. Kedua produk itu kini tak bersisa sama sekali di kios Iung. 

Padahal dia membanderol Rp 135 ribu hingga Rp 170 ribu untuk ukuran 500 mililiter. Normalnya, dengan ukuran yang sama hand sanitizer dan antiseptik gel dijual dengan harga Rp 30 ribu-Rp 50 ribu. Ira (25), yang memiliki toko di lantai kedua pasar Pramuka juga menyatakan para pembeli menyerbu kiosnya pada Senin kemarin. Stok di toko Ira hampir habis, dan dia kesulitan memesan kembali dari distributor. 

"Permintaan ke distributor belum dipenuhi, antreannya panjang," kata dia. Salah seorang pembeli di pasar Pramuka, Karna, memborong delapan kotak masker bedah dengan harga Rp 1,8 juta. Dia membeli banyak sehingga mendapatkan diskon. 

Karna beralasan masker tersebut untuk memenuhi kebutuhan diri dan rekannya yang hendak berkunjung ke New Zealand. “Saya mau berangkat ke New Zealand. Pesanan ini untuk kawan-kawan dokter yang mau ke sana,” kata Karna. Karna menyatakan terpaksa membeli dengan harga mahal. Dia tak menemukan toko lain yang menjual dengan harga yang wajar. Dia berharap pemerintah menyediakan masker gratis untuk masyarakat, seperti yang dilakukan negara lain. “Pemerintah tidak menyediakan masker gratis, sehingga swasta bermain. Bila kondisinya seperti ini, hanya yang berduit yang dapat membeli,” kata Karna.

sumber katadata.co.id

Tidak ada komentar: