Diprediksi april ini puncak infeksi virus corona di indonesia oleh peneliti ITB



puncak endemi virus corona di Indonesia diproyeksikan baru akan terjadi pada April. Sementara, akhir endemi yang mulanya diproyeksikan terjadi pada Mei, bergeser ke Juni.

"Data masih bersifat dinamis. Pergeseran waktu puncak dan proyeksi akumulasi data juga bisa berubah," ungkap Peneliti Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung, Nuning Nuraini, saat dihubungi IDN Times, Minggu (22/3).

1. Perubahan proyeksi puncak endemi berdasarkan Kurva Richard

Nuning mengatakan perubahan proyeksi puncak endemi tersebut berdasarkan pemodelan dengan menggunakan formulasi Kurva Richard. Pendekatan model Matematika yang digunakan memproyeksikan secara kasar bagaimana puncak dan akumulasi kasus. Hal itu untuk meningkatkan kepedulian semua elemen masyarakat dan pemerintah.

"Saling bahu membahu mengatasi hal ini," kata Nuning.

2. Social distancing dapat mengurangi penderita COVID-19

Menurut Nuning, imbauan social distancing akan membantu penurunan jumlah korban apabila ditaati oleh masyarakat. Sebab, pembatasan kontak fisik dapat mengurangi peningkatan kasus.

"Kalau yang sudah (menjadi) pasien, mustinya RS sudah punya SOP untuk isolasi, ya," katanya.

3. Tren penyebaran wabah virus corona saat ini mirip dengan AS

Sebelumnya, Nuning dkk mengeluarkan hasil penelitian berjudul Data dan Simulasi COVID-19 Dipandang dari Pendekatan Model Matematika. Penelitian tersebut diunggah dalam portal E-Prints ITB.

Dari hasil simulasi berdasarkan Kurva Richards, puncak epidemi diproyeksikan akhir Maret 2020. Sementara, akhir epidemi pada pertengahan April 2020. Proyeksi tersebut diperoleh menggunakan parameter model hasil estimasi dari Korea Selatan.

Namun, setelah ada lonjakan penderita pada 18 Maret 2020 sebesar 227 orang, proyeksi pun berubah. Menurut Nuning, tren saat ini mirip dengan Amerika Serikat. Apabila mengikuti data tren tersebut, puncak epidemi diproyeksikan terjadi pada April 2020. idntimes.com

Tidak ada komentar: