Herbal Penangkal Virus Corona Banyak Ditemukan di Indonesia

Herbal Penangkal Virus Corona Banyak Ditemukan di Indonesia

Virus Corona atau COVID-19 masih menjadi ancaman bagi banyak negara di dunia. Negara-negara maju segera menyiapkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Mereka memastikan fasilitas kesehatannya siap untuk menangani ancaman virus corona.

China sebagai negara yang pertama kali mendapat serangan virus ini melakukan berbagai hal untuk meminimalisasi corona tersebar luas. Kota Wuhan diisolasi dan warganya dilarang ke luar rumah.

Pemerintah China bahkan tak segan-segan menimbun pintu utama rumah warga dengan pasir untuk mencegah mereka ke luar rumah. Akses transportasi dari dan menuju ke Wuhan ditiadakan. Militer dikerahkan untuk menjaga perbatasan Wuhan dengan daerah lain.

Sampai saat ini Indonesia dinyatakan masih aman dari ancaman virus corona. Meskipun demikian, Indonesia tak lantas abai dengan ancaman virus ini. Sebagai negara berkembang dengan sistem kesehatan yang belum cukup kuat, Indonesia tetap perlu menaruh perhatian khusus pada virus corona.

Masalahnya warga negara Indonesia tidak seluruhnya berada di dalam negeri. Banyak tenaga kerja dan pelajar asal Indonesia yang sedang berada di negara lain. Kesehatan mereka juga harus dijamin sebagaimana WNI di dalam negeri. Dikabarkan 4 WNI kru kapal pesiar Diamond Princess Jepang dinyatakan positif corona.

Indonesia Punya Penangkal Virus Corona

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melalui akun instagramnya (18/2) mengunggah sebuah video. Video tersebut menjadi kabar gembira untuk seluruh masyarakat di Indonesia dan dunia. Karena salah satu peneliti asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur berhasil menemukan penangkal ampuh virus corona (COVID-19).

Siapa sangka penangkal corona itu adalah curcumin yang ada pada jahe, kunyit, sereh dan temulawak yang biasa dibuat bumbu masak serta minuman masyarakat Indonesia. Dan, mungkin inilah yang menjadi jawaban mengapa virus corona belum menyebar di Indonesia.

Unggahan tersebut sudah ditonton oleh hampir 52.000 orang dan mendapat komentar langsung sebanyak 370 kali. Sebuah akun @lemon_t__ menanggapi, "Alhamdulillah kalau begitu, cepat-cepatlah dijadiin obat, sebelum diklaim orang. Jangan lupa diuji coba pada pasien coronanya biar lebih paten." Khofifah menyampaikan keterangan dari Rektor Unair bahwa penelitian tersebut merupakan kerjasama antara Unair dengan Jepang.

Di balik penemuan penangkal virus corona itu ada peneliti yang bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh. Sosok tersebut adalah Chairul Anwar Nidom, seorang dosen di program studi Sains Veteriner Universitas Airlangga, Surabaya.

Penemuan terkait penangkal virus corona bukan hal pertama yang membuat namanya dikenal publik. Di Indonesia, namanya sering disebut-sebut setiap kali ada pembahasan mengenai flu burung.

Putra Asli Jawa Timur

Chairul Anwar Nidom ialah putra Jawa Timur asli. Ia lahir di Pasuruan pada 8 Maret 1958. Nidom juga merupakan salah satu peneliti di bidang flu burung yang dimiliki Indonesia. Ia mendalami spesialisasinya ini di University of Tokyo, Jepang.

Pada tahun 2003, Nidom mendapat tawaran dari Departemen Pertanian untuk menjadi bagian dari tim Peneliti Penyakit Unggas Nasional. Tim penelitian itu dibentuk untuk mencari tahu mengapa angka kematian unggas di Indonesia jumlahnya bisa sampai tidak terkontrol. Dari penelitiannya diketahui bahwa penyebab kematian unggas di Indonesia adalah jenis virus flu burung yang berasal dari Guangdong, China.

Penemuan itu membuat namanya dikenal publik, bahkan sampai di tataran dunia. Kini namanya kembali hadir ke permukaan setelah dikabarkan menemukan penangkal virus corona. Guru besar Biokimia dan Bilogi Molekuler Unair itu menemukan penangkal virus corona atau COVID-19 dari curcuma atau sari rempah-rempah.

Penangkal Virus Corona Banyak Ditemukan di Indonesia

Menurut Nidom, ada dua macam virus corona yaitu low pathogenic dan high pathogenic. Sifat virus corona yang low pathogenic berada di saluran atas dan memiliki sifat yang tidak terlalu ganas. Sementara virus corona high pathogenic respektornya berada di paru-paru dan bisa berakibat fatal pada manusia penderita corona.

Di Indonesia, tanaman yang mengandung curcuma seperti jahe, kunyit, sereh, temulawak sangat mudah ditemui. Ibu-ibu biasanya juga menanam tanaman-tanaman tersebut di kebun atau di halaman rumah.

sumber: merdeka.com

Tidak ada komentar: