ADAB-ADAB MEMBACA AL QUR-AN

ADAB-ADAB MEMBACA AL QUR-AN

➡(1) Memurnikan niat, ikhlash karena Alloh semata, tidak karena ingin dilihat, didengar atau mendapat sanjungan dan upah dari orang lain.

عن عمران بن حصين رضي الله عنهما أنه مر على قارىء يقرأ ثم سأل فاسترجع ثم قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : «من قرأ القرآن فليسأل الله به فإنه سيجيء أقوام يقرؤون القرآن يسألون به الناس »
Dari Imron bin Hushain Radhiyallohu’anhu, bahwa beliau pernah menjumpai seorang qori yang sedang membaca Al Quran kemudian ia meminta (upah). Maka beliau ber-istirja’[1] lalu berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membaca Al Quran maka mintalah (pahala) dari Alloh. Sesungguhnya akan muncul suatu kaum yang membaca Al Quran dan mengharapkan upah dari manusia. HR At-Tirmidzi dan berkata: “Hadits ini Shahih.” Dishahihkan pula oleh Al Albany dalam Shahih Targhib wat Tarhib

➡(2) Suci dari hadats besar maupun kecil.

Berdasarkan keumuman dalil baik dari Al Quran ataupun As-Sunnah.

➡(3) Suci dan bersihnya tempat, badan, dan pakaian.

Karena sesunggguhnya Alloh Al-Jamil[2] mencintai kebaikan dan keindahan.

➡(4) Membersihkan mulut (bersiwak).

Berdasarkan keumuman dalil tentang anjuran bersiwak

➡(5) Isti’adzah Yaitu memohon perlindungan kepada Alloh dari gangguan syaithan yang terkutuk. Berdasarkan firman Alloh :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” An-Nahl: 98

➡(6) Membaca Al Quran dengan hati yang khusyu’, badan yang tenang dan merasakan keagungan kalamullah.

Alloh berfirman :

لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعاً مُّتَصَدِّعاً مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ?
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. Al-Hasyr: 21

➡(7) Menghayati dan merenungkan makna ayat yang dibaca

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ?
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. Shaad: 29

Berkata Ali bin Abi Thalib Radhiyallohu’anhu, :

لا خير في عبادة لا فقه فيها، ولا في قراءة لا تدبر فيها.
Tidak ada Kebaikan yang diharapkan dari ibadah bila dikerjakan tanpa ilmu, tidak ada pula kebaikan dalam bacaan Al Quran tanpa tadabur di dalamnya.

Berkata Ibnu ‘Abbas :

لأن أقرأ إذا زلزلت والقارعة أتدبرهما، أحب إليّ من أقرأ البقرة وآل عمران تهذيرا.
Sungguh Aku lebih senang membaca Az-Zalzalah danAl-Qori’ah (dengan pelahan) mentadaburi keduanya, daripada membaca Al Baqoroh dan Ali ‘Imron tapi dengan cepat (tanpa bisa mentadaburinya).

Berkata Ibnu Mas’ud :

من أراد علم الأولين والآخرين، فليتدبر القرآن.
Barang siapa ingin mendapatkan ilmu umat terdahulu hingga umat akhir zaman, hayatilah Al Qur’an.

Berkata Al Hasan Al Bashri

إن من كان قبلكم رأوا أن هذا القرآن رسائل إليهم من ربهم فكانوا يتدبرونها بالليل وينفذونها في النهار.
Sesungguhnya para shahabat benar-benar menganggap Al Quran sebagai pesan-pesan yang ditujukan untuk mereka datang dari Alloh, Sehingga merekapun mentadaburinya di malam hari dan menjalankan pesan-pesan itu di siang hari.

➡(8) Membaca Al Quran dengan tartil, tidak tergesa-gesa, hingga mengkhatamkannya kurang dari tiga hari. Jangan pula yang menjadi target ketika membaca adalah bagaimana bisa cepat mencapai akhir surat.

Nabi bersabda :

لا يفقه من قرأ القرآن في أقل من ثلاث.
HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani.

➡(9) Memohon rahmat Alloh ketika melewati ayat-ayat tentang rahmat dan beristi’adzah dari adzab-Nya ketika melewati ayat-ayat tentang adzab.

عن عوف بن مالك الأشجعي قال : قمت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة فقام فقرأ سورة البقرة لا يمر بآية رحمة إلا وقف فسأل ولا يمر بآية عذاب إلا وقف فتعوذ.
Dari ‘Auf bin Malik Al Asyja’i Radhiyallohu’anhu,berkata: aku bermakmum di belakang Rasulullah ketika shalat malam, beliau membaca Al Baqoroh. Tatkala melewati ayat-ayat tentang rahmat beliau selalu berhenti dan berdoa memintanya. Begitupun ketika melewati ayat-ayat adzab, beliau selalu berhenti dan berlindung kepada Alloh darinya. HR Ahmad dan Abu Dawud dan An Nasa’i dan dishahihkan oleh Al Albani.

➡(10) Memperindah suara dan bacaan

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله : ليس منا من لم يتغن بالقرآن وزاد غيره يجهر به. رواه البخاري
Dari Abu Hurairah Radhiyallohu’anhu, berkata : Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam bersabda : bukanlah termasuk dari umatku orang yang tidak (memperindah) suara dan bacaan Al Quran.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ وَقَالَ صَاحِبٌ لَهُ يُرِيدُ أَنْ يَجْهَرَ بِهِ
Dari abu hurairah Radhiyallohu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam bersabda : tidaklah Alloh mendengarkan suatu bacaan seperti apa yang Alloh dengarkan dari bacaan Al Qur’an Nabi r. Beliau memperindah bacaannya.

وعنه أيضا أن رسول صلى الله عليه وسلم قال: زينوا القرآن بأصواتكم. رواه أحمد وأبوداود والنسائي وابن ماجة وصححه الشيخ الألباني.
Dari abu hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam bersabda : Hiasilah Al Quran dengan suara-suara kalian. HR Ahmad, Abu Dawud, An Nasa`i, dan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani.

(Dinukilkan beberapa adab ini dari buku: Zadul Qari Fi Tajwidi Kalamil Bari, penyusun: Abu Hamid Fauzi bin Isnain )

______
[1] Istirja’ adalah ucapan “innalillahi wa inna ilaihi rajiun”, dzikir yang dibaca ketika ditimpa musibah.

[2] Al-Jamil, salah satu nama-nama Allah yang Maha indah (Asmaul Husna) sebagaimana ditetapkan dalam sabda Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam: dalam Shahih Muslim no. 91

KETERANGAN :

Setelah selesai membaca al Qur’an dianjurkan untuk mengucapkan bacaan berikut ini:

((سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ)).
Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. Yang artinya: maha suci Engkau ya Allah sambil memuji-Mu. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

الدليل: عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ : مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ مَجْلِسًا قَطُّ، وَلاَ تَلاَ قُرْآناً، وَلاَ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِساً، وَلاَ تَتْلُو قُرْآنًا، وَلاَ تُصَلِّي صَلاَةً إِلاَّ خَتَمْتَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ ؟

قَالَ: (( نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ [اللَّهُمَّ] وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ))([]).
Dalilnya, dari Aisyah beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di suatu tempat atau membaca al Qur’an ataupun melaksanakan shalat kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat”. Akupun bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Ya Rasulullah, tidaklah anda duduk di suatu tempat,membaca al Qur’an ataupun mengerjakan shalat melainkan anda akhiri dengan beberapa kalimat?” Jawaban beliau, “Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. ”
Hadits di atas sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasai dalam Sunan Kubro 9/123/1006, Thabrani dalam ad Du-a no 1912, Sam’ani dalam Adab al Imla’ wa al Istimla’ hal 75 dan Ibnu Nashiruddin dalam Khatimah Taudhih al Musytabih 9/282.

Al Hafizh Ibnu Hajar dalam an Nukat 2/733 mengatakan, “Sanadnya shahih”. Syaikh al Albani dalam Shahihah 7/495 mengatakan, “Sanad ini adalah sanad yang juga shahih menurut kriteria Muslim”. Syaikh Muqbil al Wadi’I dalam al Jami’ al Shahih mimma laisa fi al Shahihain 2/12 mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang shahih”.

Hadits ini diberi judul bab oleh Nasai dengan judul :

[ما تُختم به تلاوة القرآن]
“Bacaan penutup setelah membaca al Qur’an”.

Sumber: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=18477

✏Catatan :

Realita menunjukkan bahwa ketika banyak orang meninggalkan amalan yang sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka muncullah amalan yang mengada-ada.

Banyak orang mengganti bacaan yang sesuai sunah Nabi di atas dengan bacaan tashdiq yaitu ucapan "Shadaqallahul ‘azhim" yang tidak ada dalilnya.

Wallahu a'lam.
___

Penyusun : Abu Syamil Humaidy ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ

Tidak ada komentar: