Amir Jamaah Tabligh maulana Saad terancam pidana pelanggaran kebijakan lockdown di india


Kepolisian New Delhi tengah menyelidiki dugaan kasus pelanggaran kebijakan Lockdown oleh Amir Jamaah Tabligh Maulana Saad Kandahlavi. Di saat Kepolisian Delhi mengirimkan pemberitahuan kepada Jamaah Tabligh untuk mematuhi peraturan, Maulana Saad mengatakan kepada anggotanya untuk tidak khawatir dengan virus corona (COVID-19).

Dalam klip pertama yang diposting di saluran YouTube Delhi Markaz, Saad terdengar mengulangi pendirian sebelumnya bahwa virus corona (COVID-19) tidak akan mempengaruhi umat Islam. Saad menegaskan bahwa masjid adalah tempat terbaik untuk mati jika ada orang yang terinfeksi oleh virus.

Namun, dalam audio kedua yang dirilis beberapa jam kemudian, Maulana Saad menarik kembali pernyataannya dan sebagai gantinya meminta anggota Jamaah Tabligh untuk mengikuti pedoman pemerintah dan menghindari pertemuan bersama.

“Tidak ada keraguan bahwa apa yang terjadi di dunia adalah akibat dari kejahatan umat manusia. Kita harus tetap di rumah, itu adalah satu-satunya cara untuk menenangkan murka Allah,” kata Maulana Saad, seperti dilansir dari Times of India, Jumat, (3/4/2020).

Maulana Saad kemudian mengatakan dia sedang menjalani karantina atas saran dokter. “Seseorang harus mengikuti saran dokter dan bekerja sama dengan administrasi. Di mana pun anggota kami, mereka harus mengikuti perintah administrasi. Karantina sendiri, di mana pun Anda berada. Itu tidak bertentangan dengan Islam atau Syariah,” ujar Saad.

Polisi Delhi kemudian mengirim tim ke kediamannya di Muzaffarnagar di mana anggota keluarganya menerima pemberitahuan yang meminta Maulana Saad untuk bergabung dengan polisi menyelidiki adanya pembangkangan massal terhadap kebijakan lockdown India melawan COVID-19. Keluarga Saad kemudian memberi tahu polisi bahwa pengacara Saad akan menghubungi mereka.

Dalam laporan FIR yang telah teregistrasi, Kepolisian bersama tim yang dipimpin oleh hakim sub-divisi kota dan pejabat departemen kesehatan Delhi telah mengunjungi gedung Markaz Nizamuddin pada 26 dan 30 Maret dan menemukan hampir 1.300 orang tinggal di tempat itu dengan mengabaikan social distancing (jaga jarak aman). Polisi mengatakan tak satu pun dari mereka menggunakan masker atau menggunakan hand sanitiser.

Tidak ada komentar: