Mengkritisi artikel "kasus epidemi unta" tulisan imam besar masjid istiqlal jakarta

Mengkritisi artikel "kasus epidemi unta"

Pandemi Covid-19 rupa-rupanya mengilhami 'imam besar' Masjid Istiqlal membuat tulisan singkat di kolom Renungan Ramadan di harian Media Indonesia pagi ini (30/4/2020). "Kasus Epidemi Unta", begitu judul tulisannya saat mengulas adzab yang menimpa kaum Tsamud.

Inti tulisan tak bermutunya ingin menyampaikan pesan bahwa adzab yang menimpa kaum Tsamud bukan disebabkan oleh adzab Allah yang maknanya secara tekstual disebutkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. 

Mengutip Opitz, seorang kafir Jerman, ia sebutkan kaum Tsamud terserang penyakit sejenis typhus exanthematicus akibat makan daging unta. Untuk second opinion, ia sebut pendapat orang yang katanya 'ilmuwan muslim' bernama Ahmad Ramali yang berpendapat kaum Tsamud terserang antraks atau sampar. Apa yang menjadi dasar penarikan kesimpulan orang-orang ini?. Nihil, sekedar pendapat belaka agar teks Al-Qur'an mengalami pembaharuan tafsir, masuk akal, dan mengikuti perkembangan zaman. Bagi pengutip, mungkin, tulisannya menjadi terlihat keren karena menyambungkan teks wahyu dengan iptek modern. Padahal, sampah.

Allah ta'ala berfirman:

فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ * فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
"Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: 'Hai Saleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)'. Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka" [QS. Al-A'raaf : 77-78].

Abu Ja'far Ath-Thabariy rahimahullah saat menafsirkan QS. Al-A'raf ayat 78 berkata:

فأخذت الذين عقروا الناقة من ثمود الرجفة، وهي الصيحة.
والرجفة الفعلة، من قول القائل: رجف بفلان كذا، يَرْجُفُ رَجْفًا، وذلك إذا حركه وزعزعه، كما قال الأخطل:
إما تريني حناني الشيب من كبر كالنسر أرجف والإنسان مهدود
وإنما عنى بالرجفة هاهنا الصيحة التي زعزعتهم وحركتهم للهلاك ؛ لأن ثمود هلكت بالصيحة فيما ذكر أهل العلم.
"Orang-orang Tsamud yang menyembelih unta betina itu ditimpa 'ar-rajfah' (الرجفة), yaitu suara keras yang menggelegar. Dan kata ar-rajfah adalah al-fa'lah, yang berasal dari ucapan seseorang : 'rajafa bi-fulaan kadza, yarjufu rajfan', hal tersebut apabila ia menggerakkan dan menggoncangkan Fulaan.......
................

Adapun yang dimaksud ar-rajfah di sini adalah suara keras menggelegar yang menggoncang dan menggerakkan mereka sehingga membinasakan mereka. Kaum Tsamud binasa dengan sebab suara keras yang menggelegar sebagaimana disebutkan para ulama" [Tafsir Ath-Thabariy, 10/302].

Binasanya kaum Tsamud oleh adzab Allah ta'ala berupa suara yang menggelegar sehingga menggoncang mereka (gempa) merupakan penafsiran Mujaahid, As-Suddiy, Al-Farraa', dan yang lainnya. Penafsiran ini selaras dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang lain seperti:

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
"Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud" [QS. Fushshilat : 13].

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan" [QS. Fushshilat : 17].

وَفِي ثَمُودَ إِذْ قِيلَ لَهُمْ تَمَتَّعُوا حَتَّى حِينٍ * فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ وَهُمْ يَنْظُرُونَ
"Dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka, 'Bersenang-senanglah kamu sampai suatu waktu'. Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir sedang mereka melihatnya" [QS. Adz-Dzaariyaat : 43-44].

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ * وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang lalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya" [QS. Huud : 66-67].

Akibat adzab petir menggelegar yang mengguncang mereka, rumah-rumah mereka pun binasa sebagaimana firman Allah ta'ala:

فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
"Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kelaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui" [QS. An-Naml : 51-52].

Apakah dampak epidemi penyakit yang ditawarkan 'imam besar' sebagai penafsiran alternatif - seandainya benar terjadi - dapat menyebabkan rumah-rumah runtuh ?. 

Modernisasi tafsir/'aqidah seperti ini bukan barang baru. Sangat usang, peninggalan era Mu'tazilah. Menang di gaya, tapi substansinya (sangat) merusak. Semoga kaum muslimin senantiasa dilindungi oleh Allah ta'ala....

Tidak ada komentar: